Anda di halaman 1dari 32

ASALLAMUALAIKUM

KELOMPOK:
1.DELVIANA
2.SINTA CLAUDIA

LINGKUP PATOLOGI KEBIDANAN


KEHAMILAN
A.      Definisi Vakum Ekstraksi
Vakum ekstraksia dalah suatu persalinan buatan, janin dilahirkan
dengan ekstraksi tenaga negatif (vacum) di kepalanya (Kapita
Selekta Kedokteran Jilid 1. 2001: 331).Vakum ekstraksiadalah
tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala
pengeluaran dengan sinergi tenaga mengejan ibu dan ekstraksi
pada bayi (Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. 2009: 495.)
Vakum ekstraktor adalah alat yang menggunakan daya hampa
udara (tekanan negatif) untuk melahirkan bayi dengan tarikan
pada kepala (Sarwono Prawirohardjo.2014. Ilmu Kebidanan:
831).
Gambar vakum ekstrasi
A.Indikasi dan Kontraindikasi Vakum Ekstraksi
1.Indikasi Ibu
a.Power Ibu Menurun
b.Tanda: freku ensi his semakin menurun
c.Decom Tingkat I
d.Tekanan Darah Naik
e.Tidak Kuat Mengejan
f.Penurunan kepala janin statis
g.Adanya Kenaikan Suhu

2.Indikasi Janin
a.Gawat Janin
DJJ  janin 160x/mnt
3.Indikasi Waktu
a.Kala II Memanjang
Tanda: pada primi peralinan kala II > 2 jam, pada multi > 1 jam

4.Kontraindikasi Vakum Ektraksi


Ibu: ibu yang menderita rupture uteri membakat, ibu yang tidak boleh
mengejan (ibu dengan penyakit jantung, asma, hipertensi).
Janin : Mal presentasi kepala janin (dahi, muka, bokong, puncak kepala), bayi prematur, gawat
janin, caput succedaneum yang sudah besar.
(Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan, 2010).
B.Syarat Vakum Ekstraksi
Syarat-syarat dilakukan vakum ekstraksi
-Pembukaan lengkap atau hampir lengkap.
-Presentasi kepala.
-Janin cukup bulan (tidak prematur).
-Tidak ada kesempitan panggul (disproporsi sefalo pelvik).
-Anak hidup dan tidak gawat janin.
-Penurunan H III/III + (puskesmas H IV/dasar panggul).
-Kontraksi baik.
-Ibu kooperatif dan masih mampu untuk mengejan.
-Ketuban sudah pecah atau dipecahkan.
Yang harus diperhatikan dalam tindakan vakum
ekstraksi:
a.Cup tidak boleh dipasang pada ubun-ubun besar.
b.Penurunan tekanan harus berangsur-angsur.
c.Cup dengan tekanan negatif tidak boleh terpasang
lebih dari ½ jam.
d.Penarikan waktu ekstraksi hanya dilakukan pada
waktu ada his dan ibu mengejan.
e.Apabila kepala masih agak tinggi (H III) sebaiknya
dipasang cup terbesar (diameter 7 cm)
f.Cup tidak boleh dipasang pada muka bayi
g.Vakum ekstraksi tidak boleh dilakukan pada bayi
prematur
C.Kriteria Kegagalan Vakum Ekstraksi
1.Kriteria kegagalan
a.Dalam 30 menit traksi tidak berhasil
b.Mangkuk terlepas 3x
2.Penyebab kegagalan
a.Tenaga vakum terlalu rendah, tekanan negatif dibuat
terlalu cepat.
b.Selaput ketuban melekat, bagian jalan lahir terjepit,
koordinasi tangan kurang baik, traksi terlalu kuat, cacat
otot yang sebelumnya tidak diketahui.
d.Komplikasi
Ibu : perdarahan akibat atonia uteri / trauma, trauma jalan lahir.
Bayi : ekstraksi kulit kepala, sefal hematoma, nekrosis kulit
kepala, perdarahan intracranial, fraktur kla vikula.
e.Keuntungan dan Kerugian Tindakan Vakum Ekstraksi
1.Cup dapat dipasang waktu kepala masih agak tinggi
2. Cup dapat di pasang meskipun pembukaan belum lengkap
3. Vakum ekstraktor dapat juga dipergunakan untuk memutar
kepala dan mengadakan fleksi kepala (misal pada letak dahi).
Kerugian tindakan vakum ekstraksi:
Kerugian dari tindakan vakum adalah waktu yang diperlukan
untuk pemasangan cup sampai dapat ditarik relatif lebih lama
(kurang lebih 10 menit).
f.pelaksanaan vakum ekstraksi langkah klinik
1.        Pasien
2.        Penolong ( operator dan asisten)
3.        Bayi
g.pencegahan infeksi sebelum tindakan tindakan
1.Instruksikan asisten untuk menyiapkan ekstraktor vakum dan pastikan petugas
dan persiapan untuk menolong bayi telah tersedia.
2.Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan terpenuhinya persyaratan
ekstraksi vakum.
3.Masukan tangan kedalam wadah yang mengandung larutan clorin 0,5%,
bersihkan darah dan cairan tubuh yang melekat pada sarung tangan, lepaskan
secara terbalik dan rendam dalam larutan tersebut.
4.Pakai sarung tangan DTT/steril yang baru.

h.pemasangan mangkok vakum


1.Masukan mangkok vakum melalui introitus vagina secara miring dan setelah
melewati introitus, pasangkan pada kepala bayi (perhatikan agar tepi
mangkok tidak terpasang pada bagian yang tidak rata/moulage didaerah ubun-
ubun kecil)
2.Dengan jari tengah dan telunjuk, tahan mangkok pada posisinya dan dengan
jari tengah dan telunjuk tangan lain, lakukan pemeriksaan disekeliling tepi
mangkok untuk memastikan tidak ada bagian vagina atau porsio yang
terjepit diantara mangkok dan kepala.
3.Setelah hasil pemeriksaan ternyata baik, keluarkan jari tangan pemeriksaan
dan tangan penahan mangkok tetap pada posisinya.
4.Instruksikan asisten untuk menurunkan tekanan (membuat vakum dalam
mangkok) secara bertahap.
5.Pompa hingga tekanan skala 10 (silastik) atau -2 (malmstroom) setelah 2
menit, naikan hingga skala 60 (silastik) dan -6 (malmstroom) dan tunggu 2
menit.
Ingat : jangan gunakan tekanan maksimal pada kepala bayi, lebih dari  8
menit
6.Sambil menunggu his, jelaskan pada pasien bahwa pada his puncak (fase
acme) pasien harus mengedan sekuat dan selama mungkin. Tarik lipat lutut
dengan  lipat siku agar tekanan badomen menjadi lebh efektif.

i penarikan
1.Pada fase acme (puncak) dari his
2.Bila belum berhasil pada tarikan pertama
j.melahirkan bayi
1. Kepala bayi dipegang biparietal, gerakan kebawah untuk melahirkan
bahu depan kemudian gerakan keatas untuk melahirkan bahu
belakang, kemudian lahirkan seluruh tubuh bayi.
2.Bersihkan muka (hidung dan mulut) bayi dengan kain bersih, potong
tali pusat dan serahkan bayi pada petugas bagian anak

k. lahirkan plasenta
1.Suntikan oxitocin
2.Periksa kelengkapan plasenta
3.Masukan plasenta kedalam tempatnya
l. eksplorasi jalan lahir
1. Masukan speculum sim’s/L atas dan bawah pada vagina.
2. Perhatikan apakah terdapat robekan perpanjangan luka episiotomy atau
robekan pada dinding vagina ditempat lain.
3. Ambil klemovum sebanyak 2 buah, lakukan penjepitan secara bergantian
kearah samping, searah jarum jam, perhatikan ada tidaknya robekan porsio.
m. penjahitan episiotomi
1. pasang penpang bokong (beri alas kain). Suntikan prokain 1% (yang  telah
disiapkan dalam tabung suntik) pada sisi dalam luka episiotomi (otot,
jaringan, mukosa dan subkutis) bagian atas dan bawah.
2.Uji hasil infiltrasi dengan menjepit kulit perineum yang dianestesi dengan
pinset bergigi.
3.Masukan tampon vagina kemudian jepit tali pengikat tampon dan kain
penutup perut bawah dengan kocher.
4.Dimulai dari ujung luka episiotomi bagian dalam, jahit otot dan mukosa
secara jelujur bersimpul kearah luar kemudian tautkan kembali kulit
secara subkutikuler atau jelujur matras.
5.Tarik tali pengikat tampon vagina secara perlahan-lahan hingga tampon
dapat dikeluarkan, kemudian kosongkan kandung kemih.
6.Bersihkan noda darah, cairan tubuh dan air ketuban dengan kapas yang
telah diberi larutan antiseptic.
7.Pasang kasa yang dibasahi dengan providon lodin pada tempat jahitan
episiotomi.
n.dekontaminasi
o.cuci tangan pasca tindakan
p.perawatan pasca tindakan
1. Periksa kembali tanda vital pasien, lakukan tindakan dan beri instruksi lanjut bila
diperlukan.
2.Catat kondisi pasien pasca tindakan dan buat laporan tindakan pada kolom yang
tersedia dalam status pasien.
3. Tegaskan pada petugas yang merawat untuk melaksanakan instruksi pengobatan dan
perawatan serta laporkan segara bila pada pemantauan lanjutan terjadi perubahan-
perubahan yang harus diwaspadai.
 
 
B. DEFINISI EKSTRAKSI PORCEPS
Forceps digunakan untuk menolong persalinan bayi dengan presentasi verteks, dapat
digolongkan sebagai berikut, menurut tingkatan dan posisi kepala bayi pada jalan lahir pada
saat daun forceps dipasang.
Tindakan forceps rendah (forceps pintu bawah panggul) adalah tindakan pemasangan
forceps setelah kepala bayi mencapai dasar perineum, sutura sagitalis berada pada
diameter anteroposterior dan kepala bayi tampak diintroitus vagina.
Tindakan forceps tengah (midforseps) adalah tindakan pemasangan porceps sebelum
kriteria untuk porceps rendah dipenuhi, tetapi setelah engagement kepala bayi terjadi
EKSTRAKSI PORCEPS
(Menurut sumber dari buku Obstetri Williams)
Ektraksi porceps adalah tindakan obstetrik yang bertujuan untuk
mempercepat kala pengeluaran dengan jalan menarik bagian terbawah
janin (kepala) dengan alat porceps
(Menurut sumber dari buku Pelayangan Kesehatan Maternatal & Neonatal)
Suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan dengan suatu tarikan
porceps yang dipasang pada kepalanya.

Tujuan Tindakan
1. Traksi yaitu menarik anak yang tidak dapat lahir spontan
2. Koreksi yaitu merubah letak kepala dimana ubun-ubun kecil dikiri atau
dikanan   depan atau sekali-kali UUK melintang kiri dan kanan atau
UUK ki /ka belakang menjadi UUK depan ( dibawah symphisis pubis)
3. Kompresor yaitu untuk menambah moulage kepala
 
b.Jenis Tindakan Forceps
1.Forceps rendah
2.Forceps tengah
3.Forceps tinggi
INDIKASI:
1.Indikasi ibu
a.Ruptura uteri mengancam, artinya lingkaran retraksi patologik band
sudah setinggi 3 jari dibawah pusat, sedang kepala sudah turun sampai
H III- H IV.
b.Adanya oedema pada vagina atau vulva. Adanya oedema pada jalan lahir
artinya partus sudah berlangsung lama.
c.Adanya tanda-tanda infeksi, seperti suhu badan meninggi, lochia
berbau.
d.Eklamsi yang mengancam
e.Indikasi pinard, yaitu kepala sudah di H IV,  pembukaan cervix lengkap,
ketuban sudah pecah atau  2jam mengedan janin belum lahir juga
f.Pada ibu-ibu yang tidak boleh mengedan lama, misal  Ibu dengan
decompensasi kordis , ibu dengan Koch pulmonum berat, ibu dengan
anemi berat (Hb 6 gr % atau kurang),  pre eklamsi berat,  ibu dengan
asma broncial.
g.Partus tidak maju-maju
h.Ibu-ibu yang sudah kehabisan tenaga.
2.Indikasi janin
a.Gawat janin
b.Tanda-tanda gawat janin antara lain :
c. - DJJ menjadi cepat takhikardi 160 X/menit dan tidak teratur.
- DJJ menjadi lebih lambat bradikardi 160 X/menit dan tidak teratur.
- Adanya mekonium (pada janin letak kepala).
d.Prolapsus funikulli, walaupun keadaan anak masih baik

Kontra Indikasi
1.        Janin sudah lama mati sehingga sudah tidak bulat dan keras lagi
sehingga kepala sulit dipegang oleh forceps
2.        Anencephalus
3.        Adanya disproporsi cepalo pelvik
4.        Kepala masih tinggi
5.        Pembukaan belum lengkap
 
6.        Pasien bekas operasi vesiko vagina fistel
7.        Jika lingkaran kontraksi patologi  bandl sudah setinggi pusat atau lebih
Komplikasi
1.Komplikasi langsung akibat aplikasi forceps
a.Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu
1.Perdarahan yang dapat disebabkan karena atonia uteri
2.Infeksi yang terjadi karena sudah terdapat sebelumnya
b.Komplikasi segera pada bayi
1.Asfiksia
2.Infeksi
3.Trauma
2.Komplikasi kemudian atau terlambat
Komplikasi pada ibu
1). Perdarahan yang disebabkan oleh plasenta rest, atonia uteri sekunderserta jahitan robekan jalan
lahir yang terlepas.
2). Infeksi
3). Penyebaran infeksi makin luas
4). Trauma jalan lahir yaitu terjadinya fistula vesiko vaginal, terjadinya fistula rekto vaginal dan
terjadinya fistula utero vaginal.
b. Komplikasi terlambat pada bayi dalam bentuk:
1). Trauma ekstraksi forceps dapat menyebabkan cacat karena aplikasi forceps
2). Infeksi yang berkembang menjadi sepsis yang dapat menyebabkan kematian serta encefalitis
sampai meningitis.
3). Gangguan susunan saraf pusat
4). Trauma langsung pada saraf pusat dapat menimbulkan gangguan intelektual.
5). Gangguan pendengaran dan keseimbangan.
SYARAT TINDAKAN EKSTRAKSI CUNAM:
1.Pasien dan keluarga sudah mengerti dan menyetujui tindakan ini
serta bersedia menandatangani "informed consent"
2.Tidak ada CPD-cephalo pelvic disproporsion sehingga janin
diperkirakan dapat lahir pervaginam.
3.Kepala sudah engage
EKSTRAKSI CUNAM
Cara Pemasangan Cunam ada dua:
1. Pemasangan sefalik (Cephalic forceps)
2. Instalasi pelvic (Pelvic forceps)

J.Persiapan dalam ekstraksi forceps:


1. Persiapan ibu
2. Persiapan untuk janin
3. Persiapan untuk dokter
Bakteri Penyebab Sepsis Puerperalis:
1.Streptococcus Hemoliticus Aerobicus
2. Stapylococcus Aureus
3. E.Coli
4. Clostridium Welchii
Penatalaksanaan Sepsis Puerperalis:
1.      Isolasi dan Batasan pada Perawatan Ibu
2.      Pemberian Dosis Tinggi Antibiotik Berspektrum Luas
3.      Pemberian cairan yang banyak
4.      Pengeluaran fragmen plasenta yang tertahan
5.      Pemberian asuhan keperawatan yang terlatih
6.      Penangan komplikasi
Peritonitis
Salpingo-Ooforitis dan parametritis
Septikemia
Abses
7. Penangannan infeksi pada robekan perenium, vulva,vagina, infeksi pada
episiotomy  
8.  Penatalaksanaan korioamnionitis
9. Penanganan Tetanus
K. Pemasangan Forceps dikatakan gagal apabila:
1. Forceps tidak dapat dipasang
2. Forceps tidak dapat dikunci
3. Tiga kali traksi janin tidak lahir
 
C.PENGERTIAN SEPSIS PUERPERALIS
Sepsis adalah adanya mikroorganisme patogen atau toxic lain didalam
darah atau jaringan tubuh. Dalam hal ini sepsis adalah suatu
peradangan yang terjadi sistemik atau biasa disebut
Systemic Inflamation Respon Syndrom ( SIRS).
Tanda-Tanda dan Gejala Sepsis Puerperalis
Nyeri pelvik
 Lochea yang abnormal
Suhu >380C atau <360
Denyut jantung >90 x permenit
leukosit >12.000/mm2
Nyeri tekan uterus
Etiologi
1.Bakteri Penyebab Sepsis Puerperalis, diantaranya :
a.Streptococcus Hemoliticus Aerobicus
b.Stapylococcus Aureus
c.E.Coli
d.Clostridium Welchii
Infeksi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gabungan
antara beberapa macam bakteri.
a.Bakteri Endogen
b.Bakteri Eksogen
Terjadinya Sepsis Puerperalis
Sepsis puerperalis dapat terjadi di masa intrapartum
atau postpartum. Sebelum kelahiran, membran
amniotik dan membran korionik dapat terinfeksi jika
ketuban pecah (ruptur membran) terjadi berjam-jam
sebelum persalinan dimulai. Bakteri kemudian
mempunyai cukup waktu untuk berjalan dari vagina ke
dalam uterus dan menginfeksi membran, plasenta, bayi,
dan ibu. Korioamnionitis merupakan suatu masalah
yang sangat serius dan dapat membahayakan hidup ibu
dan bayinya.
 
    1.      Isolasi dan Batasan pada Perawatan Ibu
Tujuan dari kegiatan ini adalah mencegah penyebaran infeksi pada ibu lain dan bayi
mereka.

Prinsip-prinsip keperawatan dasar adalah penting bidan harus :


a.Merawat ibu di suatu ruang terpisah atau jika hal ini tidak mungkin, di pojok
bangsal, terpisah dengan pasien lain. 
b.Menggunakan gown dan sarung tangan pada saat mengunjungi ibu dan gown serta
sarung tangan khusus ini hanya di pakai ketika berhadapan dengan ibu 
c.Menyimpan satu set peralatan, alat makan, peralatan dapur lainnya hanya
digunakan untuk ibu dan memastikan bahwa peralatan ini tidak digunakan oleh
orang lain. 
d.Mencuci tangan sampai bersih sebelum dan setelah mengurusi ibu.

2.Pemberian Dosis Tinggi Antibiotik Berspektrum Luas


Kegiatan ini biasanya diresepkan oleh dokter. Jika di tempat tersebut tidak
tersedia dokter, petugas kebidanan harus mengetahui cara meresepkan dan
memberikan obat-obatan yang tepat. Jika secara hukum tidak memungkinkan
peraturan tersebut harus dikaji kembali.
3.Pemberian cairan yang banyak
      Tujuan pemberian cairan ini adalah memperbaiki atau mencegah dehidrasi dan
membantu menurunkan demam.
4.Pengeluaran fragmen plasenta yang tertahan
            Fragmen plasenta yang tertahan dapat menjadi penyebab terjadinya sepsis
puerperalis curigai keadaan ini jika uterus lunak dan membesar,dan jika lokea
berlebihan dan mengandung bekuan darah.ibu harus segera dirujuk ke fasilitas
yang mempunyai peralatan dan petugas perawatan kesehatan terlatih untuk
melakukan kuretase.
 
5.Pemberian asuhan keperawatan yang terlatih
a.Menganjurkan ibu untuk beristirahat di tempat tidur
b.Memantau tanda-tanda vital
c.Mengukur asupan dan pengeluaran
d.Menjaga agar catatan tetap akurat
e.Mencegah penyebaran infeksi dan infeksi silang
f.Masalah praktek yang mungkin muncul, meliputi :
g.Fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan isolasi yang layak
h.Kurangnya staf menyebabkan tidak mungkin untuk mengalokasikan seorang
bidan atau perawat untuk memberikan perawatan
6.Penangan komplikasi
a.Peritonitis
b.Salpingo-Ooforitis dan parametritis
c.Septikemia
d.Abses
7. Penangannan infeksi pada robekan perenium, vulva,vagina, infeksi
pada episiotomy  
     Tanda-tanda dan gejala :
-          Nyeri
-          Bengkak
-          Kemerahan
-          Rabas pus
-           Demam
 
Penanganan :
-          Antipiretik atau analgesic
-          Sitz*bath tiga kali sehari
-          Bersihkan luka dengan hydrogen peropsida atau betadine dua kali sehari
setelah daerah genetalia di bersihkan dengan air
8.Penatalaksanaan korioamnionitis
Tanda-tanda dan gejala :
-          Demam
-          Nyeri pada uterus saat palpasi
-          Keluarnya cairan amniotic yang berbau busuk
-          Denyut cepat ( di atas 90/menit )
-          Bayi juga mempunyai denyut yang cepat ( di atas 160/menit )
-          Ada riwayat pecah ketuan yang lama
 
Penatalaksanaan :
Persalinan harus di lakukan segera mungkin. Kehidupan ibu dan
bayinya terancam :
-          Pasang infuse IV dan berikan cairan IV
-          Segera berikan antibiotik
-          Pantau tanda-tanda syok
-          Segera bawa ibu RS daerah tempat pertolongan obsetrik dan
pediatric yang terampil tersedia
9.Penanganan Tetanus
   Penatalaksanaan sepsis puerperalis akibat tetanus :
-          Segera bawa ibu kerumah sakit daerah
-          Sambil menunggu untuk pemindahan atau dalam
perjalanan ke Rumah Sakit:
·         Jaga ibu tetap berbaring miring sehingga cairan yang
keluar dari mulutnya tidak membua ibu tersedak.
·         Jaga jalan nafas tetap terbuka.
·         Berikan ibu sedasi (mis., 20 mg diazepam IM) untuk
mengendalikan spasme dan mengurangi kemungkinan
terjadi kejang. Lindungi ibu dari kebisingan dan cahaya.
·         mulai dengan antibiotik, misalnya bensilpenisilin 5 juta
unit IV atau IM stat.
 
 
TERIMAKASIH
Wasalamualaikum wr.wb

Anda mungkin juga menyukai