Pertemuan 12
Pertemuan 12
P = AVC + X% (AVC)
dimana P = harga yang ditetapkan
AVC = biaya rata-rata variabel
X% = besarnya persentase tertentu--> Mark-up.
Mark-up sebesar X% ini merupakan persentase kontribusi terhadap biaya
overhead dan keuntungan sehingga penentuan besarnya mark-up berarti
menentukan besarnya kontribusi margin (contribution margin), sehingga
persamaan diatas menjadi P = AVC + CM, dimana CM adalah kontribusi
marjin.
Mereka yang berkecimpung di dalam dunia usaha akan menjawab bahwa besarnya
mark-up yang dipilihnya tergantung pada "what the market will bear" atau "in order to
meet the competition". Pernyataan atau jawaban tersebut sebenarnya mengandung
pengertian elastisitas harga yang dihadapi oleh perusahaan. Ini berarti bahwa besar-
kecilnya mark-up didasarkan pada biaya dan permintaan.
10.4 PENENTUAN HARGA DI PASAR YANG SUDAH MAPAN
• Pada pasar barang yang sudah mapan tingkat harga umum mungkin
ditentukan sebagai hal yang memerlukan jangka waktu yang lama
( historically determined) dalam artian bahwa harga tersebut untuk saat ini
adalah merupakan proses yang panjang dan merupakan hal yang
memuaskan atau mengijinkan bagi perusahaan untuk terlibat didalam
penentuan harga tersebut.
• Mungkin dianggap bahwa harga yang terjadi di pasar yang sudah mapan
merupakan harga yang ditentukan oleh penentu harga (price leader) dan
harga tersebut biasanya ditentukan oleh setiap perusahaan secara individual
dengan mengetrapkan "mark-up" diatas biaya rata-rata variabel.
1. Harga posisi pasar (Price Positioning)
• Harga sesuatu barang relatip terhadap harga barang yang lain (yang bersaing
khususnya) harus ditetapkan di atas atau di bawah tergantung pada ada tidaknya
sesuatu hal yang diinginkan (menarik) oleh konsumen pada umumnya.
• Jumlah maksimum yang mau konsumen membayarnya untuk sesuatu produk
dikenal sebagai "Reservation price" bagi konsumen.
• Pembeli harga mau membayar harga untuk sesuatu barang hanya bila "harga
cadangan" lebih besar daripada harga yang diminta oleh penjual
2. Strategi Harga untuk Product-line (Product-line Price Strategy)
• Perbedaan harga diantara banyak barang tersebut menunjukkan tempat
dimana seluruh barang tersebut berada.
• Product-line perusahaan harus memperhatikan keterkaitan permintaan
akan barang-barang tersebut
• product-line sebaiknya ada sesuatu barang yang merupakan barang "flag
ship" bagi perusahaan tersebut.
3. Harga dan Kualitas (Pricing to Infer Quality)
• biaya riset (research-cost) termasuk uang dan waktu.
• Veblen Effect diartikan sebagai tendensi seseorang untuk membeli sesuatu
barang pada saat harga tinggi karena adanya "demonstration effect" dimana
membeli sesuatu barang pada harga tinggi dianggap kaya, berselera tinggi
dan gensi.
• Ini dikenal juga sebagai "Conspicuous consumption" karena konsumen
mungkin ingin menarik perhatian orang lain dengan membeli sesuatu
barang yang mahal harganya.
4. Harga sekelompok Barang (Pricing Product Bundles)
Beli ANU dapat ANUNYA gratis !.
Penentuan harga untuk sesuatu barang yang demikian dikenal dengan PRICING
PRODUCT BUNDLES yang telah diuji oleh Stigler, Adams & Yellen serta
Schmalensee dimana perusahaan menginginkan sejumlah keuntungan dengan
menjual secara paket (satu bundel) untuk merampas sejumlah tertentu dari
Consumer Surplus yang dimiliki oleh konsumen yang potensial.
5. Harga Promosi (Promotional Pricing)
Ada beberapa alasan kenapa perusahaan tersebut melakukan hal yang demikian, antara lain:
• perusahaan mungkin mempunyai kelebihan cadangan atau istilah yang lazim "cuci gudang"
• pemasok barang ke perusahaan mungkin telah menyediakan ha.rang yang memang untuk
di"obralkan"kan dengan tujuan memperluas pangsa pasar.
• memperluas jaringan distribusi
• mengurangi hilangnya pangsa pasar kalau perusahaan lainjuga meng"obral" barangnya.
• menarik pembeli
• mempertahankan konsumen dengan kebenaran perusahaan tersebut menjual harga
murah.
Ada beberapa kerugian juga dengan di"obralkan"nya barang tersebut, antara lain:
• hasil penjualan dan keuntungan mungkin berkurang jika permintaannya ineJ.astis.
• pembeli mungkin menunggu sampai barang tersebut di"obral" daripada harus membeli saat
ini dengan harga yang relatip mahal.
• mungkin merusak citra produk yang dijual sehingga akan menurunkan jumlah barang yang
diminta pada saat dijual pada harga biasa.
10.5 PENENTUAN HARGA BARANG BARU (NEW
PRODUCT PRICING)