Anda di halaman 1dari 17

Materi I

PERUNDANG-UNDANGAN KESEHATAN

Program Studi Sarjana Farmasi


Fakultas Farmasi Universitas Pancasila
Budi Djanu Purwanto, SH, MH
Dr. Faiq Bahfen, SH
Dr. Fadjar Ayu Tofiana, MT, Apt
Semester Genap 2019/2020
KULIAH I
PENGANTAR

Hukum, hubungan antara Hukum dan Peraturan Perundang-undangan

Perspektif yang melihat Suatu Kegiatan dari Cabang Ilmu Hukum dan Perspektif yang melihat Suatu
Kegiatan dari berbagai Spesialisasi Bidang Hukum

Hukum Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Kesehatan

Jenis dan Hirarki Peraturan Perundang-undangan

Asas-Asas Pemberlakuan Peraturan Perundang-undangan


DEFINISI HUKUM ?

Kant; L.J. • Definisi hukum masih dicari-cari dan


van belum didapatkan, oleh karena hukum
Apeldorn, mencakup aneka macam segi dan aspek,
dan karena luasnya ruang lingkup hukum
1966

• Hukum adalah suatu paham yang mengandung


banyak sekali sudut seginya dan meliputi suatu
Subekti, 1982 bidang yang begitu luas, sehingga tiada suatu
definisi pun yang dapat menangkapnya dengan
lengkap dan sempurna.
PENGERTIAN HUKUM YANG DIBERIKAN OLEH
MASYARAKAT
(Purnadi Purbacaraka, 1975)

ILMU
PENGETAHUAN

JALINAN
DISIPLIN
NILAI-NILAI

SIKAP TINDAK
KAEDAH
AJEG
HUKUM
PROSES
PEMERINTAHA TATA HUKUM
N

KEPUTUSAN PETUGAS
PENGUASA

Pentingnya mengadakan identifikasi terhadap pelbagai arti hukum adalah,untuk mencegah terjadinya
kesimpangsiuran didalam melakukan studi terhadap hukum, maupun dalam penerapannya.
HUKUM
PERDATA

PERSPEKTIF
HUKUM YANG MELIHAT
INTERNASIONA SUATU HUKUM PIDANA
L KEGIATAN
DARI CABANG
ILMU HUKUM

HUKUM
HUKUM TATA
ADMINISTRASI
NEGARA
NEGARA

(Hikmahanto Juwana, 2002)


HUKUM
PERBANKAN

PERSPEKTIF
YG MELIHAT
SUATU
HUKUM KEGIATAN HUKUM PASAR
KESEHATAN DARI MODAL
BERBAGAI
HUKUM SPESIALISASI
KEFARMASIAN BIDANG
HUKUM
HUKUM
HUKUM
KEKAYAAN
PERSAINGAN
INTELEKTUAL

(Hikmahanto Juwana, 2002)


Hubungan UU No. 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen dengan UU Kesehatan

 Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum
untuk memberi perlindungan kepada konsumen
 Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk
hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
 Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk
badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau
melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam
berbagai bidang ekonomi.
Lanjutan…

 Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak
bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan,
dipakai, dipergunakan, atau dimanfaatkan oleh konsumen.
 Jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang disediakan bagi
masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen.
 Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen pada dasarnya bukan merupakan awal dan
akhir dari hukum yang mengatur tentang perlindungan konsumen, sebab sampai pada
terbentuknya Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen ini telah ada beberapa undang-
undang yang materinya melindungi kepentingan konsumen, seperti:
a. ....
i. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan;
j. ....
Lanjutan…

HAK BARANG
HAK

P
PELAKU A
S KONSUMEN
USAHA A
R

KEWAJIBAN JASA KEWAJIBAN


Peraturan Perundang-undangan

Peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang


mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan
oleh lembaga negara atau pejabat yang berwenang
melalui prosedur yang ditetapkan dalam Peraturan
Perundang-undangan.

(UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 1 angka 2 )


JENIS & HIRARKI
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UUD
Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Kekuatan hukum Ketetapan MPR


Peraturan Perundang-
undangan sesuai UU/Perppu
dengan hirarkinya.
PP

Perpres

Perda Provinsi

Perda Kabupaten/Kota

(UU No. 12 Tahun 2011, Pasal 7 ayat 1)


Lanjutan…
 Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7
ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh:
 MPR,
 DPR,
 DPD,
 MA,
 MK,
 BPK,
 KY,
 BI,
 Menteri,
 Badan, Lembaga, atau Komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang,
 DPRD Provinsi, Gubernur, DPRD Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
 Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang diperintahkan
oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau dibentuk berdasarkan
kewenangan.
[UU 12/2011, Pasal 8 ayat (1) ]
Lanjutan…
 Semua Keputusan Presiden, Keputusan Menteri,
Keputusan Gubernur, Keputusan Bupati/Walikota,
atau keputusan pejabat lainnya sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 97 yang sifatnya
mengatur, yang sudah ada sebelum Undang-
Undang ini berlaku, harus dimaknai sebagai
peraturan, sepanjang tidak bertentangan dengan
Undang-Undang ini. (UU 12/2011, Pasal 100)
PENGUNDANGAN

 Pengundangan adalah penempatan Peraturan Perundang-


undangan dalam Lembaran Negara Republik Indonesia,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Berita
Negara Republik Indonesia, Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia, Lembaran Daerah, Tambahan
Lembaran Daerah, atau Berita Daerah.
Lanjutan…
Asas-Asas Pemberlakuan
Peraturan Perundang-undangan
(Stufenbau Theory, Hans Nawiasky, Hans Kelsen)

lex supperior
• Peraturan yang lebih tinggi tingkatannya
derogat legi mengenyampingkan Peraturan yang lebih  rendah.
inferior

lex specialis
• Peraturan yang bersifat khusus mengenyampingkan
derogat legi Peraturan yang bersifat umum.
generale

lex posterior • Peraturan yang lahir kemudian mengenyampingkan


derogat legi Peraturan yang terdahulu, jika materi muatan peraturan
tersebut sama.
priori
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai