Anda di halaman 1dari 34

Kebutuhan Cairan, Elektrolit, Dan Nutrisi Pasien Dengan

Kondisi Kritis
Kebutuhan Cairan
Pasien Dengan Kondisi
Kritis
Kebutuhan Cairan
Pasien Dengan Kondisi
Kritis
Patofisiologi Cairan Tubuh Pada Trauma Dan Perdarahan

JANTUNG

VOLUME PEMBULUH
DARAH DARAH
Cardiogenic shock
JANTUNG

VOLUME PEMBULUH
DARAH DARAH

- Anaphylactic shock
Hypovolemic shock - Septic shock
RESUSITASI
CAIRAN

Mempersingkat masa

1.Hipovolemi
2.Vasokonstriksi
3.Hipoperfusi organ
4.Hipoksia jaringan
RESUSITASI
CAIRAN

Natrium
Transfusi Hipertonis-
Kristalloid Kolloid Darah Dextran
Estimasi BB : ... 60 kg
Estimasi Blood Volume : ... 70 ml/kg x 60 = 4200 ml
Estimasi Blood Loss : .... % EBV = ..... ml

Tsyst 120 100 < 90 < 60-70


Nadi 80 100 > 120 >140 /ttb
Perf hangat pucat dingin basah

-- 15%EBV
NORMO -- 30%EBV
VOLEMIA -- 50%EBV

EBL = perdarahan 600 1200 2000 ml


Infus RL 1200-2000 2500-5000 4000-8000 ml
Penggantian perdarahan dengan cairan
Pasien Perdarahan
|
Posisi Shock
Pasang Infus Jarum Besar (#16/18, 2 Buah)
Ambil Sample Darah U/ Cari Donor
|
Infusi RL 1000 (+ 1000)
|

Perfusi HKM Perfusi, nadi, T-sist


nadi < 100 belum baik, masih shock
T-sist > 100 |
| tambah RL lagi sampai
Lambatkan infusi 2-4 x volume hilang
(kalau ada: transfusi)
Cairan masuk = Cairan keluar
Minum Urine
Infusi Keringat
Water of metab Uap air nafas (S&I)

Cairan Cairan
masuk keluar
Gangguan Keseimbangan
“Deficit”

• Kehilangan cairan meningkat


– Muntaber / GE
– Capillary leakage (DSS)
– Demam tinggi, luka
bakar
– Cairan lambung >>
– Ileus pada sepsis
– Peritonitis
• Masukan cairan berkurang :
– Mual, muntah
– Ileus
– Coma
– Puasa pasca bedah
– Tidak minum cukup
Kebutuhan Elektrolit Pasien Dengan Kondisi Kritis
Gangguan Elektrolit

• Gangguan Elektrolit ( dan juga


metabolisme) umum terjadi
pada sakit kritis dan pasien
pasien trauma yang terjadi
karena proses penyakit yang
mendasari
• Penting untuk mencari
penyebabnya dan juga
mengobati perubahan elektrolit
yang terjadi.
• Penting untuk mempertahankan
muatan listrik membran potensial
• Gangguan berakibat pada sistem
kardiovaskuler , neuromuskuler dan
gastrointestinal
Hiperkalemi
• Gangguan fungsi ginjal
• Kerusakan jaringan luas
• Luka bakar
Tanda Klinis
 Kesemutan ,kelemahan otot
 Aritmia : bradikardi , blok ,
hambatan konduksi
 EKG : tall T
 Apatis , gangguan mental
Terapi
• Pemberian
Calcium Glukonas
10 – 30 cc
• Sodium bikarbonat
50 -100mEq
• Dialisis
• Diuretika
Hipokalemi
• Disebabkan krn kehilangan (loss)
baik lewat ginjal atau diluar ginjal,
pergeseran(shift) transeluler atau
intake yang kurang
Penyebab
 Shift :
Alkalosis,insulin,hiperventilasi
 Ginjal:diuretik,diabetic
ketoasidosis
 Diluar ginjal : diare , keringat
banyak
 Intake kurang : malnutrisi ,
peminum alkohol
Terapi

Syarat pemberian Kalium


( KCL ) iv :
 Produksi urine 0,5 – 1 cc
/KgBB / jam
 Jangan lebih 20 meq / jam
 Harus diencerkan
 Kalau dosis besar lewat
vena sentral
 Terapi monitor lewat EKG
KEBUTUHAN NUTRISI PADA PASIEN KRITIS
Dampak Malnutrisi pada Pasien Yang
Sakit Kritis
•Malnutrisi pada pasien rawat inap
dengan kondisi penyakit akut atau kritis
dapat berdampak negatif pada hasil
perawatan, biaya perawatan kesehatan,
dan kualitas hidup pasien. Namun,
malnutrisi kurang terdiagnosis pada
pasien akut atau sakit kritis.
Pathophysiology
Asupan kalori dan protein yang tidak Pasien dengan penyakit kritisterjadi banyak kerusakan
sel akibat metabolisme anaerobik dan menurunnya
adekuat pada pasien dapat suplai oksigen. Pada pasienkritis, terjadi peningkatan
mengakibatkan kurangnya nutrisi. metabolisme (hipermetabolik) akibat rangsangan
Berkurangnya kadar glukosa di dalam inflamasi. Hipermetabolik dapat mengakibatkan
kehilangan protein sebesar 10-30 g /hari, meskipun
darah akan direspon oleh hati dengan penyediaan protein eksogen dan asupan kalori
dikeluarkannya glukosa ke dalam sirkulasi memenuhi perkiraan kebutuhan. Keadaan
oleh hepatosit sehingga terjadi hipermetabolik ini bertahan sampai proses inflamasi
mereda. Kondisi lain yang dapat mengakibatkan
gluconeogenesis. Lipolisis cadangan terjadinya inflamasi yang persisten adalah tindakan
lemak menghasilkan keton yang berasal operasi berulang atau infeksi nosokomial, menyebabkan
dari asam lemak, yang menyediakan berkurangnya cadangan protein yang berkelanjutan
meskipun ada upaya untuk memberikan asupan kalori
substrat oksidatif dan diperlukan untuk yang sama dengan kebutuhan kebutuhan pasien.
bahan bakar. Proses tersebut dapat Seiring berjalan waktu, tubuh pasien berupaya untuk
mengakibatkan berkurangnya masa otot menekan proses peradangan dengan mengaktifkan
respons antiinflamasi dan terjadi mekanisme penekanan
rangka dan berdampak pada penurunan fungsi kekebalan tubuh. Hal ini dapat mengakibatkan
kekuatan otot. Disamping itu, fungsi meningkatnya risiko infeksi dan disfungsi organ. Jika
kekebalan tubuh dan penyembuhan luka siklus inidiahmabat maka pasien akan mengalami infeksi
atau kegagalan organ ganda/ multiple organ failure.
terganggu karena hilangnya protein
visceral.
Diagnosis Malnutrisi
Metode diagnosis malnutrisi yang biasa Diagnosis malnutrisi pada pasien dewasa
digunakan adalah melalui data subjektif, seperti dapat ditegakkan dengan penilaian
riwayat pasien, serta temuan fisik, penilaian karakteristik malnutrisi, dua di antaranya
fungsional, dan abnormalitas hasil pemeriksaan harus ditemukan untuk diagnosis.
laboratorium. Namun, malnutrisi adalah Karakteristik tersebut adalah asupan
keadaan klinis dan tidak dapat didefinisikan energi yang tidak cukup, penurunan berat
oleh nilai-nilai laboratorium. Pengukuran badan, kehilangan massa otot, hilangnya
antopometri seperti berat badan atau lingkar lemak subkutan, akumulasi edema lokal
lengan atau temuan fisik seperti perubahan berat atau anasarca yang kadang-kadang dapat
badan atau edema dapat menampilkan data yang menutupi penurunan berat badan pasien.
tidak tepat pada pasien dalam kondisi sakit
kritis.
 
Tujuan Terapi Nutrisi Pada Pasien Kritis
Tujuan terapi nutrisi adalah untuk memberikan
dukungan nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan
metabolisme dan proses penyakit dan diharapkan
dapat meningkatkan hasil perawatan pasien.
Pendekatan multiprofesional dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien. Seorang ahli ahli
gizi dilibatkan dalam perencanaan gizi bagi pasien
berperan dalam menganalisis kebutuhan energi,
nutrisi, target asupan, dan menentukan rute pemberian
nutrisi yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien.
Kebutuhan nutrisi pasien bersifat individual, tetapi
dalam perencanaannya berdasarkan atas kisaran dosis
standar.
Teknik pemeberian nutrisi bagi pasien kritis dapat berupa enteral dan parenteral. Pemberian nutrisi
enteral dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisinya melalui rute oral
dan formula nutrisi diberikan melalui tube ke dalam lambung (gastric tube), nasogastric tube (NGT),
atau jejunum dan dapat diberikan secara manual maupun dengan bantuan pompa mesin. Sedangkan
pemberian nutrisi parenteral adalah teknik pemberian nutrisi yang diberikan langsung melalui
pembuluh darah. Nutrisi parenteral diberikan apabila saluran pencernaan tidak mampu menerima
nutrisi, selain itu dengan pertimbangan melengkapi kebutuhan nutrisi yang tidak mencukupi dengan
pemberian oral atau enteral. Orogastric tube

 
Pemberian nutrisi enteral lebih banyak dipilih dibandingkan pemberian melalui parenteral dalam
banyak kasus dengan pertimbangan untuk menjaga integritas usus dan memodulasi respon kekebalan
sistemik dan stress pada gaster (stress ulcer). Hal ini umumnya dipilih untuk pasien dengan Gastrostomy tube

gangguan neuromuskular, pasien yang tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi mereka dengan asupan  

oral saja, pasien yang hiperkatabolik, atau pasien yang tidak dapat makan akibat dari penyakit yang
mendasarinya, seperti pasien yang terpasang ventilasi mekanis. Pemberian makan enteral dikaitkan
dengan risiko infeksi yang jauh lebih rendah, dan harga relatif murah. Alasan lain dipilihnya
pemberian nutrisi enteral adalah dapat mencegah pertumbuhan berlebih bakteri dan migrasi bakteri
potensial melintasi dinding usus ke dalam aliran darah.
BB IDEAL
BB ACTUAL

Pada
MALNUTRISI
BB IDEAL
BB ACTUAL

OBESITAS
Nutrisi Parenteral (NPE)
• Terapi intravena dengan bahan nutrisi
– karbohidrat : glucose, fructose
– poli-alkohol : xylitol
– asam amino / protein : kombinasi berbagai
asam amino esensial dan non-esensial
– emulsi lemak
– Berapa banyak harus / boleh diberikan ?
1. KH adalah sumber utama non protein energy
2. Sangat mudah di absorbsi & dimetabolisme
3. Pada umumnya diberikan 50% - 60% dari total
kalori
4. Pada keadaan tertentu dapat diturunkan s.d 30% dr
total kalori
5. Mencegah protein anabolik
6. Catatan:
Protein anabolisme: proses dimana protein diubah di
jaringan menjadi energi
Jalur vena untuk Nutrisi Parenteral

• Jalur vena sentral


• Jalur vena perifer
Cairan Hipertonis
• Plasma normal 280-300 mOsm
• Dextrose 10% 506 mOsm
• KaEnMg3 695 mOsm
• NaCl 0.9%-Dext 5% 578 mOsm

• Kepekatan s/d 900 mOsm masih boleh diberikan lewat


vena perifer

Anda mungkin juga menyukai