HUTANG NEGARA 8.1. Pendahuluan Suatu negara betapapun kecilnya negara tersebut pasti mempunyai suatu tujuan. Untuk mencapal tujuan itu maka dibutuhkan adanya berbagai aktivitas yang teratur dan jelas. Suatu aktivitas tanpa didukung adanya dana yang cukup maka bisa jadi aktivitas tersebut akan tersendat-sendat bahkan dapat macet. Dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktivitas negara tersebut perlu dikelola secara baik, hal ini dimaksudkan agar tercapai tingkat efisiensi dan efektivitas yang maksimal. Pengelolaan dana di dalam suatu negara biasanya dibedakan antara pengelolaan yang berhubungan dengan pendapatan (penerminaan) dan pengelolaan yang menyangkut masalah-masalah yang berhubungan dengan pengeluaran atau pembelanjaan. 8.2. Beberapa Pendapat Tentang Hutang Negara Suatu negara akan mencari pinjaman apabila untuk membiayai pengeluaran (pembelanjaan) sudah tidak dapat ditutup lagi dengan penerimaan. Sedangkan faktor yang menyebabkan pembelanjaan lebih besar daripada penerimaan ini antara lain negara dalam keadaan perang sehingga dalam suatu periode tertentu negara harus mengadakan pengeluaran yang luar biasa besarnya untuk. membeli persenjataan. 8.3. Jenis Hutang Negara Suatu negara betapapun kecilnya negara tersebut pasti mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Untuk bisa mencapai tujuan itu harus dilakukan berbagai jenis aktivitas, baik aktivitas yang secara langsung menuju kesasaran pencapaian tujuan maupun aktivitas-aktivitas yang secara tidak langsung mendukung tercapainya tujuan negara. Dengan adanya aktivitas tersebut maka perlu disediakan dana yang mencukupi, ini dimaksudkan agar segala aktivitas yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan negara tersebut bisa terealisasi. Dana yang dimaksud dialokasikan untuk membiayai seluruh pengeluaran (belanja) yang nantinya pengeluaran tersebut harus bisa ditutup dengan penerimaan negara. 8.4. Pengelolaan Hutang Negara Banyak negara-negara di dunia ini yang mencoba memanfaatkan potensi dalam negeri untuk dapat menutup kebutuhan pengeluaran. Salah satu usaha untuk memanfaatkan potensi ini antara lain mencoba melepaskan ketergantungan dari salah satu sumber (komoditi) yang dapat memberikan kontribusi paling besar dalam bidang pemasukan negara, misalnya minyak dan gas bumi. Di samping usaha untuk melepaskan diri dari ketergantungan salah satu sektor (komoditi) negara tersebut juga secara bertahap mencoba mengurangi ketergantungan pada bantuan luar negeri. Salah satu cara untuk dapat melepaskan ketergantungan dengan luar negeri, maka negara tersebut berusaha untuk menggali sumber- sumber dalam negeri yang terjamah atau berusaha mengintensifkan sumber-sumber yang belum dimanfaatkan secara penuh. 8.5. Beban Hutang Negara Dalam membahas beban hutang negara masalahnya hanya dibatasi tentang hutang- hutang dalam negeri dan luar negeri. Seperti telah diuraikan terdahulu bahwa agar di dalam melaksanakan APBN itu “aman” maka seluruh pengeluaran rutin harus mampu ditutup dengan pendapatan rutin. Ini dimaksudkan supaya kestabilan dalam negeri bisa terkendalikan dengan aman. 8.6. Pembangunan Ekonomi dan Pinjaman Luar Negeri Pinjaman luar negeri biasanya timbul karena suatu negara mengalami kekurangan dana, dana tidak mencukupi ini disebabkan sumber- sumber dalam negeri terbatas sehingga tidak mampu untuk menutup seluruh pengeluaran negara dalam suatu periode tertentu. Untuk negara-negara yang sedang berkembang dalam usahanya mengejar ketinggalan dari negara-negara yang sudah maju, maka pertumbuhan ekonomi sangat diprioritaskan, sehingga diharapkan dalam suatu periode tertentu pertumbuhan ekonomi ini akan bisa mengejar ketinggalan yang selama ini dialami. 8.7. Pinjaman Luar Negeri Sebagai Sumber Kapital Di sebagian besar negara-negara sedang berkembang, kemungkinan bagi akumulasi kapital terbatas karena di samping rendahnya produktivitas juga karena meningkatnya permintaan konsumen baik untuk sektor swasta maupun sektor pemerintah yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah penduduk dan adanya efek pamer (international demonstration effects). Untuk dapat melaksanakan pembangunan ekonomi dengan baik maka diperlukan impor baik yang berupa impor bahan dasar maupun barang-barang kapital termasuk pengetahuan teknik dan ahliahlinya yang semuanya itu tidak cukup tersedia di dalam negeri. Supaya dapat mengimpor barang-barang tersebut, negara-negara sedang berkembang harus punya devisa yang cukup banyak dan untuk mendapatkan devisa itu, langkah pertama yang harus ditempuh ialah meningkatkan kapasitas ekspor dan cara lain ialah mendapatkan bantuan luar negeri. Akan tetapi karena negara-negara sedang berkembang itu sebagian besar menghasilkan produksi primer maka penerimaan devisa dari hasil ekspor itu terlalu rendah dibanding dengan kebutuhan- kebutuhan impornya. Alasan mengapa barang-barang primer memberikan penerimaan devisa yang rendah karena: a. Rendahnya elastisitas permintaan. Untuk hampir semua barang-barang primer yang diekspor negara-negara sedang berkembang baik elastisitas permintaan dalam hubungan dengan harga (price elasticity of demand) maupun elastisitas permintaan dalam hubungannya dengan pendapatan (income elasticity of demand) terhadap barang- barang tersebut adalah rendah. b. Ketidakstabilan harga. Banyak dari barang- barang primer itu yang benar-benar hanya dihasilkan oleh negara-negara sedang berkembang, sehingga bila ada kenaikan harga barang-barang tersebut di luar negeri, maka penerimaan devisa dan pendapatan nasional negara-negara tersebut meningkat dan akan mendorong naiknya produksi barang-barang tersebut, walaupun tidak dalam waktu yang begitu pendek dan harga-harga akan turun kembali yang selanjutnya negara-negara tersebut akan kembali mengalami penurunan baik dalam hasil ekspor maupun pendapatan nasionalnya. c. Memburuknya nilai tukar (terms of trade). Seperti diketahui barang-barang ekspor negara-negara sedang berkembang itu terdiri dari barang-barang primer, dimana harga- harganya cenderung untuk tetap kalau tidak turun dan sebaliknya impor negara tersebut berupa barang-barang hasil industri pabrik yang harganya tidak cenderung turun tetapi sebaliknya karena kualitasnya senantiasa meningkat sehingga nilat tukar (terms of trade) barang-barang primer terhadap barang-barang pabrik itu semakin memburuk. d. Penggunaan barang-barang sintetis dan substitusi. Tidaklah lengkap bila menganalisis kesulitan-kesulitan dalam ekspor barang- barang primer tanpa membicarakan kemajuan teknologi. e. Rintangan-rintangan yang lain bagi ekspor produksi primer adalah karena adanya peraturan-peraturan tarif dan qouta barang- barang yang identik atau sejenis dengan barang yang dihasilkan di negaranegara yang telah maju. Dengan penjelasan di atas jelas bahwa negara-negara sedang berkembang mengalami banyak kesulitan untuk memupuk dana kapital guna mempercepat pembangunan ekonominya, karena rendahnya tingkat tabungan dan rendahnya penerimaan devisa dari ekspor. 8.8. Pemilihan Antara Internal dan External Debt Kegagalan tabungan dalam negeri dalam menghadapi kebutuhan investasi serta kegagalan penerimaan negara dari sumber di dalam negeri dalam melayani pengeluaran negara, menyebabkan peranan pinjaman negara menjadi meningkat. 8.8.1. Pada Masa Penerimaan Pinjaman Apabila pinjaman itu diterima dari luar negeri maka berarti bahwa pengeluaran negara ini dibelanjai dengan tangan negara lain dan ini merupakan tambahan dana yang tersedia. Apabila modal itu berupa pinjaman dalam negeri, maka jumlah dana yang tersedia pada tangan swasta akan berkurang sebesar jumlah pinjaman kepada pemerintah itu. 8.8.2. Pada Masa Pembayaran Kembali Pinjaman Adalah benar bahwa pinjaman yang datang dari luar negeri itu disertai beban yang ditunjukkan oleh pembayaran bunga dan pembayaran cicilan hutang yang dipikul oleh generasi kita di masa yang akan datang. Generasi yang akan datang akan dipungut pajak untuk membayar hutang kita untuk pada masa kini. Dengan kata lain kita harus memindahkan dana yang dimiliki anak cucu kita pada masa yang akan datang itu ke luar negeri sebagai pengembalian pinjaman. 8.9. Pinjaman Luar Negeri dan Inflasi Indonesia jelas termasuk dalam negara- negara sedang berkembang dan rencana pembangunan ekonomi Indonesia selalu dideking pinjaman-pinjaman luar negeri oleh karena kurangnya dana kapital di negeri ini. 8.10. Kapasitas Untuk Membiayai Pinjaman Luar Negeri Indonesia Pinjaman luar negeri memiliki atau menghadapi beberapa rintangan. Batasan umum adalah mengenai kapasitas negara peminjam tersebut untuk membayar kembali di masa yang akan datang. 8.11. Meringankan Beban Pinjaman Beberapa negara pada tahun 1970-an memerlukan bantuan untuk meringankan beban pinjaman masing-masing, walaupun banyak negara yang telah mampu membayar kembali pokok pinjaman maupun bunganya. Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum suatu negara mengadakan pinjaman ke luar negeri: (a) Dalam mencari pinjaman luar negeri, suatu negara hendaknya bersikap hati- hati, yaitu dalam mencari pinjaman harus memperhatikan syarat-syarat yang relatif murah bila dibandingkan dengan hasil pnoduksi hasil pemanfaatan pinjaman, maka diharapkan hasil tersebut bisa menutup angsuran dan bunga. (b) Dalam jangka pendek kapasitas memikul beban hutang itu sangat dipengaruhi oleh fluktuasi dalam perdagangan internasional dan dalam jangka panjang adalah sulit untuk menentukan karena ini sangat tergantung pada berhasilnya pembangunan ekonomi. (c) Pinjaman yang diterima hendaknya dipergunakan seefisien mungkin dan dapat bersifat membiayai sendiri (self financing), sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat menghasilkan devisa karena meningkatkan produksi ekspor dan menghemat penggunaan devisa karena adanya kegiatan impor substitusi. (d) Pada waktu menerima pinjaman maka skala pembayaran antara kombinasi tingkat bunga dan pokok pinjaman yang harus dibayar perlu dipertimbangkan. Semakin lama cicilan pokok pinjaman itu dapat dibayar pada masa yang akan datang dan semakin rendahnya tingkat bunga maka akan semakin besar pula faedah atau manfaat yang diterima dan kesempatan untuk membangun ekonomi negara debitur itu, yang pada akhirnya akan semakin kuat kapasitas untuk memikul beban pinjaman tadi. (e) Pada hakekatnya pinjaman luar negeri membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan investasi. Tetapi tingkat investasi mana yang dapat dikatakan paling baik adalah sulit ditentukan. Hampir semua negara ada batasan investasi yaitu bahwa setelah melewati batas waktu tertentu (katakanlah 5 s/d 10 tahun) kegiatan investasi pada proyek-proyek yang berguna tidak dapat meningkat lebih lanjut tanpa menghasilkan pemborosan pada setiap tambahan investasi karena adanya penurunan yang cepat dari marginal physical product. (f) Impor kapital netto (setelah dikurangi bunga, keuntungan dan cicilan pokok pinjaman) harus cukup untuk menaikkan pendapatan. Untuk itu maka suatu negara harus memperoleh pinjaman hanya sebesar tingkat yang layak sesuai dengan kemampuannya menyerap kapital (absortive capacity) dan harus berlangsung terus sampai negara tersebut benar-benar meningkatkan pendapatannya dan dapat menciptakan tabungan yang bisa disalurkan untuk investasi. Untuk mengurangi kesenjangan antara tabungan domestik dan investasi harus ditempuh melalui sistem perpajakan dan penciptaan pasar modal. TERIMA KASIH 7.4.3. Penyusunan Anggaran Menurut Sistem Penganggaran, Penyusunan Program dan Perencanaan (Planning, Programming and Budgeting System/PPBS) Kalau Performance Budgeting, penganggaran dilukiskan sebagai alat dari manajemen dan anggaran diartikan sebagai program kerja, maka perkembangan selanjutnya dalam sistem penganggaran yaitu Planning, Programing and Budgeting System, berorientasi pada perencanaan (planning) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara diartikan sebagai statement of policy. 7.5. Penerapan PPBS dan Anggaran Tradisional di Indonesia Memulai pembicaraan mengenai materi perencanaan, penyusunan, program dan pembuatan anggaran atau yang lebih dikenal dengan nama Planning, Programming and Budgeting System (PPBS), biasanya didahului dengan mengemukakan alasan-alasan mengapa sistem itu diciptakan orang. TERIMA KASIH