Anda di halaman 1dari 36

PENGANTAR KEUANGAN NEGARA

Oleh : Dr. H. Uyat Suyatna, Drs.,M.Si


HUTANG NEGARA
8.1. Pendahuluan
Suatu negara betapapun kecilnya negara
tersebut pasti mempunyai suatu tujuan. Untuk
mencapal tujuan itu maka dibutuhkan adanya
berbagai aktivitas yang teratur dan jelas.
Suatu aktivitas tanpa didukung adanya dana
yang cukup maka bisa jadi aktivitas tersebut
akan tersendat-sendat bahkan dapat macet.
Dana yang dibutuhkan untuk membiayai aktivitas
negara tersebut perlu dikelola secara baik, hal ini
dimaksudkan agar tercapai tingkat efisiensi dan
efektivitas yang maksimal. Pengelolaan dana di
dalam suatu negara biasanya dibedakan antara
pengelolaan yang berhubungan dengan
pendapatan (penerminaan) dan pengelolaan yang
menyangkut masalah-masalah yang berhubungan
dengan pengeluaran atau pembelanjaan.
8.2. Beberapa Pendapat Tentang Hutang
Negara
Suatu negara akan mencari pinjaman apabila
untuk membiayai pengeluaran (pembelanjaan)
sudah tidak dapat ditutup lagi dengan
penerimaan. Sedangkan faktor yang
menyebabkan pembelanjaan lebih besar daripada
penerimaan ini antara lain negara dalam keadaan
perang sehingga dalam suatu periode tertentu
negara harus mengadakan pengeluaran yang luar
biasa besarnya untuk. membeli persenjataan.
8.3. Jenis Hutang Negara
Suatu negara betapapun kecilnya negara
tersebut pasti mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Untuk bisa mencapai tujuan itu harus
dilakukan berbagai jenis aktivitas, baik aktivitas
yang secara langsung menuju kesasaran
pencapaian tujuan maupun aktivitas-aktivitas
yang secara tidak langsung mendukung
tercapainya tujuan negara.
Dengan adanya aktivitas tersebut maka perlu
disediakan dana yang mencukupi, ini dimaksudkan
agar segala aktivitas yang dimaksudkan untuk
mencapai tujuan negara tersebut bisa terealisasi.
Dana yang dimaksud dialokasikan untuk membiayai
seluruh pengeluaran (belanja) yang nantinya
pengeluaran tersebut harus bisa ditutup dengan
penerimaan negara.
8.4. Pengelolaan Hutang Negara
Banyak negara-negara di dunia ini yang mencoba
memanfaatkan potensi dalam negeri untuk dapat
menutup kebutuhan pengeluaran. Salah satu
usaha untuk memanfaatkan potensi ini antara lain
mencoba melepaskan ketergantungan dari salah
satu sumber (komoditi) yang dapat memberikan
kontribusi paling besar dalam bidang pemasukan
negara, misalnya minyak dan gas bumi.
Di samping usaha untuk melepaskan diri dari
ketergantungan salah satu sektor (komoditi)
negara tersebut juga secara bertahap mencoba
mengurangi ketergantungan pada bantuan luar
negeri. Salah satu cara untuk dapat melepaskan
ketergantungan dengan luar negeri, maka negara
tersebut berusaha untuk menggali sumber-
sumber dalam negeri yang terjamah atau
berusaha mengintensifkan sumber-sumber yang
belum dimanfaatkan secara penuh.
8.5. Beban Hutang Negara
Dalam membahas beban hutang negara
masalahnya hanya dibatasi tentang hutang-
hutang dalam negeri dan luar negeri. Seperti telah
diuraikan terdahulu bahwa agar di dalam
melaksanakan APBN itu “aman” maka seluruh
pengeluaran rutin harus mampu ditutup dengan
pendapatan rutin. Ini dimaksudkan supaya
kestabilan dalam negeri bisa terkendalikan dengan
aman.
8.6. Pembangunan Ekonomi dan
Pinjaman Luar Negeri
Pinjaman luar negeri biasanya timbul karena
suatu negara mengalami kekurangan dana,
dana tidak mencukupi ini disebabkan sumber-­
sumber dalam negeri terbatas sehingga tidak
mampu untuk menutup seluruh pengeluaran
negara dalam suatu periode tertentu.
Untuk negara-negara yang sedang
berkembang dalam usahanya mengejar
ketinggalan dari negara-negara yang sudah
maju, maka pertumbuhan ekonomi sangat
diprioritaskan, sehingga diharapkan dalam
suatu periode tertentu pertumbuhan ekonomi
ini akan bisa mengejar ketinggalan yang
selama ini dialami.
8.7. Pinjaman Luar Negeri Sebagai
Sumber Kapital
Di sebagian besar negara-negara sedang
berkembang, kemungkinan bagi akumulasi
kapital terbatas karena di samping rendahnya
produktivitas juga karena meningkatnya
permintaan konsumen baik untuk sektor
swasta maupun sektor pemerintah yang
disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk dan adanya efek pamer
(international demonstration effects).
Untuk dapat melaksanakan pembangunan
ekonomi dengan baik maka diperlukan impor
baik yang berupa impor bahan dasar maupun
barang-barang kapital termasuk pengetahuan
teknik dan ahli­ahlinya yang semuanya itu
tidak cukup tersedia di dalam negeri.
Supaya dapat mengimpor barang-barang
tersebut, negara-negara sedang
berkembang harus punya devisa yang cukup
banyak dan untuk mendapatkan devisa itu,
langkah pertama yang harus ditempuh ialah
meningkatkan kapasitas ekspor dan cara lain
ialah mendapatkan bantuan luar negeri.
Akan tetapi karena negara-negara sedang
berkembang itu sebagian besar
menghasilkan produksi primer maka
penerimaan devisa dari hasil ekspor itu
terlalu rendah dibanding dengan kebutuhan-
kebutuhan impornya.
Alasan mengapa barang-barang primer
memberikan penerimaan devisa yang rendah
karena:
a. Rendahnya elastisitas permintaan. Untuk
hampir semua barang-barang primer yang
diekspor negara-negara sedang berkembang
baik elastisitas permintaan dalam hubungan
dengan harga (price elasticity of demand)
maupun elastisitas permintaan dalam
hubungannya dengan pendapatan (income
elasticity of demand) terhadap barang-
barang tersebut adalah rendah.
b. Ketidakstabilan harga. Banyak dari barang-
barang primer itu yang benar-benar hanya
dihasilkan oleh negara-negara sedang
berkembang, sehingga bila ada kenaikan harga
barang-barang tersebut di luar negeri, maka
penerimaan devisa dan pendapatan nasional
negara-negara tersebut meningkat dan akan
mendorong naiknya produksi barang-barang
tersebut, walaupun tidak dalam waktu yang
begitu pendek dan harga-harga akan turun
kembali yang selanjutnya negara-negara
tersebut akan kembali mengalami penurunan
baik dalam hasil ekspor maupun pendapatan
nasionalnya.
c. Memburuknya nilai tukar (terms of trade).
Seperti diketahui barang-barang ekspor
negara-negara sedang berkembang itu terdiri
dari barang-barang primer, dimana harga­-
harganya cenderung untuk tetap kalau tidak
turun dan sebaliknya impor negara tersebut
berupa barang-barang hasil industri pabrik
yang harganya tidak cenderung turun tetapi
sebaliknya karena kualitasnya senantiasa
meningkat sehingga nilat tukar (terms of
trade) barang-barang primer terhadap
barang-barang pabrik itu semakin memburuk.
d. Penggunaan barang-barang sintetis dan
substitusi. Tidaklah lengkap bila menganalisis
kesulitan-kesulitan dalam ekspor barang-
barang primer tanpa membicarakan kemajuan
teknologi.
e. Rintangan-rintangan yang lain bagi ekspor
produksi primer adalah karena adanya
peraturan-peraturan tarif dan qouta barang-
barang yang identik atau sejenis dengan
barang yang dihasilkan di negara­negara yang
telah maju.
Dengan penjelasan di atas jelas bahwa
negara-negara sedang berkembang
mengalami banyak kesulitan untuk memupuk
dana kapital guna mempercepat
pembangunan ekonominya, karena rendahnya
tingkat tabungan dan rendahnya penerimaan
devisa dari ekspor.
8.8. Pemilihan Antara Internal dan
External Debt
Kegagalan tabungan dalam negeri dalam
menghadapi kebutuhan investasi serta
kegagalan penerimaan negara dari sumber di
dalam negeri dalam melayani pengeluaran
negara, menyebabkan peranan pinjaman
negara menjadi meningkat.
8.8.1. Pada Masa Penerimaan Pinjaman
Apabila pinjaman itu diterima dari
luar negeri maka berarti bahwa
pengeluaran negara ini dibelanjai
dengan tangan negara lain dan ini
merupakan tambahan dana yang
tersedia.
Apabila modal itu berupa pinjaman
dalam negeri, maka jumlah dana yang
tersedia pada tangan swasta akan
berkurang sebesar jumlah pinjaman
kepada pemerintah itu.
8.8.2. Pada Masa Pembayaran Kembali
Pinjaman
Adalah benar bahwa pinjaman yang datang
dari luar negeri itu disertai beban yang
ditunjukkan oleh pembayaran bunga dan
pembayaran cicilan hutang yang dipikul oleh
generasi kita di masa yang akan datang.
Generasi yang akan datang akan dipungut
pajak untuk membayar hutang kita untuk
pada masa kini. Dengan kata lain kita harus
memindahkan dana yang dimiliki anak cucu
kita pada masa yang akan datang itu ke luar
negeri sebagai pengembalian pinjaman.
8.9. Pinjaman Luar Negeri dan Inflasi
Indonesia jelas termasuk dalam negara-
negara sedang berkembang dan rencana
pembangunan ekonomi Indonesia selalu
dideking pinjaman­-pinjaman luar negeri oleh
karena kurangnya dana kapital di negeri ini.
8.10. Kapasitas Untuk Membiayai
Pinjaman Luar Negeri Indonesia
Pinjaman luar negeri memiliki atau
menghadapi beberapa rintangan. Batasan
umum adalah mengenai kapasitas negara
peminjam tersebut untuk membayar kembali
di masa yang akan datang.
8.11. Meringankan Beban Pinjaman
Beberapa negara pada tahun 1970-an
memerlukan bantuan untuk meringankan
beban pinjaman masing-masing, walaupun
banyak negara yang telah mampu membayar
kembali pokok pinjaman maupun bunganya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum
suatu negara mengadakan pinjaman ke luar
negeri:
(a) Dalam mencari pinjaman luar negeri,
suatu negara hendaknya bersikap hati-
hati, yaitu dalam mencari pinjaman
harus memperhatikan syarat-syarat
yang relatif murah bila dibandingkan
dengan hasil pnoduksi hasil
pemanfaatan pinjaman, maka
diharapkan hasil tersebut bisa menutup
angsuran dan bunga.
(b) Dalam jangka pendek kapasitas
memikul beban hutang itu sangat
dipengaruhi oleh fluktuasi dalam
perdagangan internasional dan dalam
jangka panjang adalah sulit untuk
menentukan karena ini sangat
tergantung pada berhasilnya
pembangunan ekonomi.
(c) Pinjaman yang diterima hendaknya
dipergunakan seefisien mungkin dan
dapat bersifat membiayai sendiri (self
financing), sehingga dalam jangka waktu
tertentu dapat menghasilkan devisa
karena meningkatkan produksi ekspor dan
menghemat penggunaan devisa karena
adanya kegiatan impor substitusi.
(d) Pada waktu menerima pinjaman maka
skala pembayaran antara kombinasi
tingkat bunga dan pokok pinjaman
yang harus dibayar perlu
dipertimbangkan. Semakin lama cicilan
pokok pinjaman itu dapat dibayar pada
masa yang akan datang dan semakin
rendahnya tingkat bunga maka akan
semakin besar pula faedah atau
manfaat yang diterima dan kesempatan
untuk membangun ekonomi negara
debitur itu, yang pada akhirnya akan
semakin kuat kapasitas untuk memikul
beban pinjaman tadi.
(e) Pada hakekatnya pinjaman luar negeri
membantu mempercepat pertumbuhan
ekonomi dengan meningkatkan investasi.
Tetapi tingkat investasi mana yang dapat
dikatakan paling baik adalah sulit ditentukan.
Hampir semua negara ada batasan investasi
yaitu bahwa setelah melewati batas waktu
tertentu (katakanlah 5 s/d 10 tahun) kegiatan
investasi pada proyek-proyek yang berguna
tidak dapat meningkat lebih lanjut tanpa
menghasilkan pemborosan pada setiap
tambahan investasi karena adanya penurunan
yang cepat dari marginal physical product.
(f) Impor kapital netto (setelah dikurangi bunga,
keuntungan dan cicilan pokok pinjaman) harus
cukup untuk menaikkan pendapatan. Untuk itu
maka suatu negara harus memperoleh pinjaman
hanya sebesar tingkat yang layak sesuai dengan
kemampuannya menyerap kapital (absortive
capacity) dan harus berlangsung terus sampai
negara tersebut benar-benar meningkatkan
pendapatannya dan dapat menciptakan
tabungan yang bisa disalurkan untuk investasi.
Untuk mengurangi kesenjangan antara tabungan
domestik dan investasi harus ditempuh melalui
sistem perpajakan dan penciptaan pasar modal.
TERIMA KASIH
7.4.3. Penyusunan Anggaran Menurut Sistem
Penganggaran, Penyusunan Program dan Perencanaan
(Planning, Programming and Budgeting System/PPBS)
Kalau Performance Budgeting, penganggaran dilukiskan
sebagai alat dari manajemen dan anggaran diartikan
sebagai program kerja, maka perkembangan selanjutnya
dalam sistem penganggaran yaitu Planning, Programing
and Budgeting System, berorientasi pada perencanaan
(planning) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
diartikan sebagai statement of policy.
7.5. Penerapan PPBS dan Anggaran Tradisional
di Indonesia
Memulai pembicaraan mengenai materi
perencanaan, penyusunan, program dan pembuatan
anggaran atau yang lebih dikenal dengan nama Planning,
Programming and Budgeting System (PPBS), biasanya
didahului dengan mengemukakan alasan-alasan mengapa
sistem itu diciptakan orang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai