Anda di halaman 1dari 24

Curriculum Vitae

Nama : SRI HARTAMIK WAHYUNI SH.M.Hum


Tempat Tanggal Lahir : Sidoarjo, 21 Juni 1967
Alamat : Jl. Puskesmas II No. 112 Setu Cipayung Jaktim
Jabatan : Pengawas Ketenagakerjaan Muda, LINGKER ELKBB
Berbahaya, Prop Jatim
Satus : Janda Mati , (2 anak)
Telp. : 08125248877
Email : srihartamikwahyuni@gmail.com

Pengalaman Kerja:
- Humas Pemda Kab Pasuruan
- Bagian Hukum Sekretariat Pemda Kab.Pasuruan
- Pengawasan Norma Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
, April -sekarang
Kursus/Diklat:
- Kursus Diklat Pengawas Umum , April 2011
- Diklat PPNS, 2014
- Diklat Lingkungan Kerja , 2015
-TOT Kemenaker di Bekasi
KEBIJAKAN UMUM
PELAKSANAAN DAN
PENGAWASAN K3 DAN
PERSYARATAN K3 LINGKUNGAN
KERJA

SUBDIT PENGAWASAN NORMA ERGONOMI, LINGKUNGAN KERJA DAN BB


DIREKTORAT PENGAWASAN NORMA K3
DITJEN BINWASNAKER DAN K3

DIREKTORAT JENDERAL BINWASNAKER DAN K3


KEMENTRIAN KETENAGAKERJAAN
KEMENTERIAN KETENAGAKERJAAN RI
REPUBLIK INDONESIA
Latar Belakang
 Tuntutan tempat kerja yang aman, sehat dan
nyaman
 Peningkatan kualitas dan kuantitas bahan kimia
berbahaya
 Perlindungan dan penegakan hukum
 PAK
 Masalah psikososial
Tujuan pembelajaran
 Memberikan pemahaman kepada Personil K3
Lingkungan Kerja dalam melakukan Penerapan
lingkungan kerja terhadap faktor faktor bahaya
lingkungan kerja;
 Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan kerja
dan penyakit akibat kerja yang disebabkan ada nya
exposure/pajanan dari faktor faktor bahaya
lingkungan kerja.
Dasar Hukum
 Undang Undang No. 3 tahun 1969 tentang
Persetujuan Konvensi ILO No. 120 mengenai
Hygiene dalam Perniagaan dan Kantor-Kantor;
 Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja;
 Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang
SMK3;
 Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 5
tahun 2018 Tentang K3 Lingkungan Kerja.
UU No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

 pasal 5 menyatakan bahwa Undang-Undang atau


peraturan-peraturan yang melaksanakan ketentuan
Konvensi ini dan setiap Undang-Undang atau peraturan
yang melaksanakan ketentuan-ketentuan rekomendasi
hygiene (perniagaan dan kantor-kantor) 1964 atau
ketentuan-ketentuan yang sama sekedar ini mungkin
dan dikehendaki oleh kondisi nasional harus
direncanakan setelah konsultasi oleh wakil-wakil
organisasi-organisasi majikan dan buruh bila ada.
Pasal 6
Tindakan-tindakan yang tepat harus diambil dengan
pengawasan yang memadai atau cara-cara lain, untuk
menjamin pelaksanaan yang tepat dari Undang-
undang atau peraturan-peraturan tersebut dalam Pasal
5 Konvensi ILO No.120. Jika sesuai dengan cara
pelaksanaan Konvensi ini, tindakan yang perlu dalam
bentuk hukuman harus diambil untuk menjamin
pelaksanaan Undang-undang atau peraturan-
peraturan itu.
UU No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

 Semua bangunan dan perlengkapannya harus selalu dipelihara


agar mudah dioperasikan, tidak kotor, aman pada saat digunakan
 Ventilasi udara yang cukup dan sesuai harus menjamin mensuplai
udara segara atau udara yang telah dibersihkan.
 Semua bangunan harus mempunyai sarana penerangan yang
cukup dan sesuai
 Jarak antara gedung atau bangunan lainnya harus tidak
menganggu masuknya cahaya ke tempat kerja.
 Semua gedung harus dapat mempertahankan keadaan suhu yang
nyaman
 Penyusunan tempat kerja dan tempat duduk sesuai harus teratur

 Penyediaan air minum yang cukup atau minuman lain yang sehat
harus ada
UU No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

 Penyediaan air dipergunakan untuk cuci tangan, untuk


membersihkan tangan setelah buang air, mencuci tangan sebelum
makan dan mencuci peralatan makan.

 Penyediaan tempat duduk yang cukup dan sesuai harus disediakan


untuk pekerja/buruh-pekerja/buruh dan pekerja/buruh harus diberi
kesempatan yang cukup untuk menggunakannya.

 Penyediaan fasilitas untuk mengganti, menyimpan dan mengeringkan


pakaian yang tidak dipakai pada waktu bekerja harus disediakan dan
diperlihara dengan baik. Penyediaan locker dan ruangan untuk
pakaian ganti harus sesuai dengan jumlah pekerja/buruh dan
mempunyai nilai sopan santun agar tidak terjadi pelecehan nilai
kesusilaan antar pekerja/buruh wanita dan pria.

 Bangunan di bawah tanah atau tidak berjendela tetapi dilakukan


pekerja/buruhan maka harus mempunyai dan memenuhi standar
UU No. 3 tahun 1969
tentang Persetujuan Konvensi ILO No.120
Mengenai Hygiene Dalam Perniagaan dan Kantor-kantor.

 Perlindungan terhadap bahan, proses dan teknik


berbahaya, tidak sehat, beracun/membahayakan
 Penggunaan APD sesuai dengan sifat pekerjaan
 Kebisingan dan getaran harus dikurangi dengan tindakan
tepat
UNDANG-UNDANG
KESELAMATAN KERJA
Lembaran Negara No. 1 Tahun 1970
(Tambahan Lembaran Negara No. 1918)
UPAYA K3 BERTUJUAN
Agar tenaga kerja dan setiap orang yang
berada di tempat kerja selalu dalam
keadaan selamat dan sehat.
Agar sumber-sumber produksi dapat
dipakai dan digunakan secara efisien
Agar proses produksi dapat berjalan
secara lancar tanpa adanya hambatan.
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

BAB I - ISTILAH

Pasal 1

(1) Tempat kerja


Unsur tempat kerja, ada :
1. Ruangan / Lapangan (1) Tenaga Kerja
2. Tertutup / Terbuka (2) Sumber Bahaya
3. Bergerak / Tetap (3) Usaha
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA
BAB II - RUANG LINGKUP
Pasal 2

(1) Tempat kerja, dalam wilayah hukum R.I :


a. Darat, dalam tanah
b. Permukaan air, dalam air
c. Udara

(2) Berlaku dalam tempat kerja dimana : a s/d


Z

18
jenis
lapang
an
kerja
Psl. 3 SYARAT-SYARAT K3

i. Memperoleh penerangan yg cukup & sesuai


j. Menyelenggarakan suhu & lembab udara yg baik
k. Menyelenggarakan penyegaran udara yg cukup
l. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban
m. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, lingkungan,
cara & proses kerjanya
UU NO. 1 TAHUN 1970 TENTANG KESELAMATAN KERJA

Pasal 9 - Pembinaan
(1) Pengurus wajib menunjukan dan menjelaskan  TK
baru ttg kondisi bahaya, semua pengamanan dan
APD, cara bersikap yang aman
(2) Pengurus hanya memperkerjakan dinyatakan
mampu dan memahami  pekerja
(3) Pengurus wajib  pembinaan
(4) Pengurus wajib memenuhi dan mentaati syarat-
syarat K3
UU No. 13 Th 2003
Paragraf 5
Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pasal 86
(1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh
perlindungan atas :
a. keselamatan dan kesehatan kerja;
b. moral dan kesusilaan; dan
c. perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia
serta nilai-nilai agama;
(2) Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan
produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya
keselamatan dan kesehatan kerja
(3) Perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
Pasal 87

(1) Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manajemen


keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan
sistem manajemen perusahaan
(2) Ketentuan mengenai penerapan SMK3 sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah

Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Per.05/Men/1996 Ttg Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Peraturan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia Nomor : Per.04/Men/1987 Ttg P2k3 & Penunjukan Ak3
PP 50 tahun 2012

Tujuan penerapan SMK3

 meningkatkan efektifitas perlindungan keselamatan dan


kesehatan kerja yang terencana, terukur, terstruktur, dan
terintegrasi;
mencegah dan mengurangi kecelakaan kerja dan penyakit

akibat kerja dengan melibatkan unsur manajemen,


pekerja/buruh, dan/atau serikat pekerja/serikat buruh; serta
menciptakan tempat kerja yang aman, nyaman, dan efisien

untuk mendorong produktivitas.


PP 50 tahun 2012

penerapan SMK3 meliputi

1. Penetapan Kebijakan K3;


- Penyusunan kebijakan K3
- Penetapan kebijakan K3 dan pengesahan

2. Perencanaan K3;
- telaah awal
- Identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko
- Per UU
- Sumber daya
3. Pelaksanaan rencana K3;
 Pengadaan SDM sesuai kebutuhan dan memiliki

kompetensi kerja serta kewenangan dibidang K3


yang dibuktikan melalui:
• sertifikat K3 yang diterbitkan oleh instansi yang
berwenang; dan
• surat izin kerja/operasi dan/atau surat
penunjukan dari instansi yang berwenang.
PP 50 tahun 2012
penerapan SMK3 meliputi
4. pemantauan dan evaluasi kinerja K3
- Pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran harus ditetapkan dan
dipelihara prosedurnya sesuai dengan tujuan dan sasaran K3
serta frekuensinya disesuaikan dengan obyek mengacu pada
peraturan dan standar yang berlaku.
 - Prosedur pemeriksaan, pengujian, dan pengukuran secara umum
meliputi:
a. personil yang terlibat harus mempunyai pengalaman dan
keahlian yang cukup;
b. catatan pemeriksaan, pengujian dan pengukuran yang sedang
berlangsung harus dipelihara dan tersedia bagi manajemen,
tenaga kerja dan kontraktor kerja yang terkait;
c. peralatan dan metode pengujian yang memadai harus
digunakan untuk menjamin telah dipenuhinya standar K3;
PP 50 tahun 2012
penerapan SMK3 meliputi

Penjelasan untuk Penerapan SMK3 pada elemen 7.2


Pemantauan /Pengukuran Lingkungan Kerja adalah :

7.2.1Pemantauan /pengukuran lingkungan kerja dilaksanakan


secara teratur dan hasil nya didokumentasikan,
dipelihara dan digunakan untuk penilaian dan
pengendalian risiko.
7.2.2. Pemantauan /pengukuran lingkungan kerja meliputi
faktor fisika, kimia, biologi, ergonomi dan psikologi.
7.2.3. Pemantauan / Pengukuran Lingkungan Kerja
dilakukan oleh petugas atau pihak yang berkompeten
dan berwenang dari dalam dan/ atau luar perusahaan.
5. peninjauan dan peningkatan kinerja SMK3.
menjamin kesesuaian dan keefektifan yang
berkesinambungan
Tinjauan ulang penerapan SMK3, paling sedikit meliputi:
 evaluasi terhadap kebijakan K3;

 tujuan, sasaran dan kinerja K3;

 hasil temuan audit SMK3; dan

 evaluasi efektifitas penerapan SMK3, dan kebutuhan untuk

pengembangan SMK3.

Anda mungkin juga menyukai