Anda di halaman 1dari 19

KONSEP PENYESUAIAN DIRI

PESERTA DIDIK USIA SEKOLAH


MENENGAH

DWI PRASETIYAWATI D.H.,S.Pd.,M.Pd.


A. PENGERTIAN PENYESUAIAN DIRI
 Penyesuaian diri (adaptasi) berasal dari teori evolusi
yang dikemukakan oleh Charles Darwin.
 Penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah
dan dinamis yang bertujuan mengubah perilaku
individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
dengan kondisi lingkungannya.
 Penyesuaian diri juga dapat diartikan sbb:
a. Penyesuaian diri yang berarti adaptasi dapat
mempertahankan eksistensi, atau bisa “survive” dan
memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani.
b. Penyesuaian diri dapat pula diartikan konformitas yang
berarti menyesuaiakan sesuatu dengan standar atau
prinsip yang berlaku umum.
c. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan,
yaitu memiliki kemampuan untuk membuat rencana
dan memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup
dengan cara yang adekuat atau memenuhi persyaratan.
d. Penyesuaian diri dapat diartikan sebagai penguasaan
dan kematangan emosional.
B. KARAKTERISTIK PENYESUAIAN DIRI
 Dalam kenyataannya, tidak selamanya individu
akan berhasil dalam melakukan penyesuaian diri.
 Hal ini disebabkan karena adanya rintangan-
rintangan yang dapat bersumber dari dalam dirinya
(keterbatasan) atau mungkin dari luar dirinya.
 Dalam hubungannya dengan rintangan-rintangan
tersebut, ada individu-individu yang mampu
melakukan penyesuaian diri secara positif, tetapi
ada pula yang melakukan penyesuaian diri secara
tidak tepat .
1. PENYESUAIAN DIRI YANG POSITIF
 Individu yang tergolong mampu melakukan

penyesuaian diri secara positif ditandai hal-hal


berikut:
a. Tidak menunjukkan adanya ketegangan emosional
yang berlebihan.
b. Tidak menunjukkan adanya mekanisme pertahanan
yang salah.
c. Tidak menunjukkan adanya frustasi pribadi.

d. Memiliki pertimbangan yang rasional dalam


pengarahan diri.
e. Mampu belajar dari pengalaman.

f. Bersikap realistik dan objektif.


 Dalam penyesuaian diri secara positif, individu
akan melakukan berbagai bentuk berikut ini:
a. Penyesuaian diri dalam menghadapi masalah secara
langsung.
b. Penyesuaian diri dengan melakukan eksplorasi
(penjelajahan).
c. Penyesuaian diri dengan trial and error.
d. Penyesuaian dengan substitusi (mencari pengganti).
e. Penyesuaian diri dengan belajar.
f. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri.
g. Penyesuaian diri dengan perencanaan yang cermat.
2. PENYESUAIAN DIRI YANG SALAH
 Penyesuaian diri yang salah ditandai oleh sikap atau

tingkah laku yang serba salah, tidak terarah,


emosional, sikap yang tidak realistik dan membabi
buta.
 Tiga bentuk reaksi dalam penyesuaian yang salah,

yaitu reaksi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi


melarikan diri.
a. Reaksi Bertahan (defence reaction): individu
berusaha untuk mempertahankan diri seolah-olah
tidak sedang menghadapi kegagalan
1. Rasionalisasi, yaitu mencari-cari alasan yang
masuk akal untuk membenarkan tindakan yang
salah.
2. Represi, yaitu menekan perasaannya yang
dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar.
3. Proyeksi, yaitu menyalahkan kegagalan dirinya
pada pihak lain untuk mencari alasan yang dapat
diterima.
4. Sour grapes (anggur kecut), yaitu dengan
memutarbalikkan fakta atau kenyataan.
b. Reaksi menyerang (agrgressive reaction): individu yang
salah akan menunjukkan sikap menyerang atau konfrontasi
untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya.
1. Selalu membenarkan diri,

2. Selalu ingin berkuasa dalam setiap situasi,

3. Merasa senang bila menganggu orang lain,

4. Suka menggertak, baik dengan ucapan maupun perbuatan,

5. Menunjukkan sikap permusuhan secara terbuka,

6. Bersikap menyerang dan merusak,

7. Keras kepala dalam sikap dan perbuatannya,

8. Suka bersikap balas dendam,

9. Memerkosa hak orang lain,

10. Tindakannya suka serampangan.


c. Reaksi melarikan diri (escape reaction): individu
akan melarikan diri dari situasi yang menimbulkan
konflik atau kegagalannya.
1. Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang
tidak tercapai dengan bentuk angan-angan (seolah-
olah sudah tercapai).
2. Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau
menjadi pecandu narkoba.
3. Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-
kanakan
3. FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI PROSES PENYESUAIAN
DIRI
a. Faktor Fisiologis;
 Kualitas penyesuaian diri yang baik hanya dapat
dicapai dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang baik
pula.
 Hal ini berarti kondisi jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian
dirinya.
 Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan
kurangnya kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa
ketergantungan, dan perasaan ingin dikasihani.
b. Faktor Psikologis
faktor-faktor yang mempengaruhi psikologis:
1. Faktor pengalaman, pengalaman mempunyai arti dalam
penyesuaian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan
atau pengalaman traumatik (menyusahkan).
2. Faktor belajar, dalam proses penyesuaian diri, belajar
merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku sejak fase-
fase awal berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat
dengan kematangan.
3. Determinasi diri, kemampuan individu dalam mengarahkan
dan mengendalikan dirinya meskipun sebetulnya situasi
tidak menguntungkan bagi dirinya.
4. Faktor konflik, beberapa konflik dapat memotivasi
seseorang untuk meningkatkan kegiatan dan penyesuaian
diri.
c. Faktor Perkembangan dan Kematangan
 Respons berkembang dari respons yang bersifat

instintif menjadi respons yang bersifat hasil belajar


dan pengalaman.
 Hubungan antara penyesuaian dan perkembangan

dapat berbeda-beda menurut jenis aspek


perkembangan dan kematangan yang dicapai.
 Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan

mempengaruhi setiap aspek kepribadian individu,


seperti emosional, sosial, moral, keagamaan, dan
intelektual.
d. Faktor Lingkungan
1. Pengaruh lingkungan keluarga

2. Pengaruh hubungan dengan orang tua

3. Hubungan saudara

4. Lingkungan masyarakat

5. Lingkungan sekolah
e. Faktor Budaya dan Agama
 Lingkungan kultural tempat individu berada dan

berinteraksi akan menentukan pola-pola penyesuaian


dirinya.
 Misalnya, tata cara kehidupan di masjid atau tempat

ibadah akan mempengaruhi cara anak menempatkan


diri dan bergaul dengan masyarakat sekitarnya.
 Agama memberikan suasana psikologis tertentu dalam

mengurangi konflik, frustasi, dan ketegangan lainnya.


 Ajaran agama merupakan sumber nilai, norma,

kepercayaan, dan pola-pola tingkah laku yang akan


memberikan tuntunan arti, tujuan, dan kestabilan hidup
anak-anak.
C. PROSES PENYESUAIAN DIRI
 Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu
mencapai keseimbangan diri dalam memenuhi
kebutuhan sesuai dengan lingkungan.
 Penyesuaian diri bersifat suatu proses psikologis
sepanjang hayat (life long pocess) dan manusia akan
terus-menerus akan berupaya menemukan dan
mengatasi tekanan dan tantangan hidup guna mencapai
pribadi yang sehat.
 Orang akan dikatakan sukses dalam melakukan
penyesuaian diri jika ia dapat memenuhi kebutuhannya
dengan cara-cara yang wajar atau dapat diterima
lingkungan tanpa merugikan dan menganggu orang
lain.
 Beberapa faktor lingkungan yang dianggap dapat
menciptakan penyesuaian diri yang sehat bagi remaja,
sbb:
1. Lingkungan keluarga yang harmonis; seorang anak
mempelajari dasar-dasar dari cara-cara bergaul dengan
orang lain. Misal, figur orang tua, tokoh pemimpin atau
tokoh idolanya.
2. Lingkungan teman sebaya; pengertian dan saran-saran
dari teman-temannya akan membantu dirinya dalam
menerima keadaan dirinya serta memahami orang lain.
3. Lingkungan sekolah; proses pendidikan merupakan
penciptaan penyesuaian antara individu dengan nilai-
nilai yang diharuskan oleh lingkungan menurut
kepentingan perkembangan individu.
D. ASPEK-ASPEK PENYESUAIAN DIRI
1. Penyesuaian Pribadi
 Penyesuaian pribadi adalah kemampuan seseorang
untuk menerima diri demi tercapainya hubungan yang
harmonis antara dirinya dan lingkunga sekitarnya.
 Keberhasilan penyesuaian diri pribadi ditandai oleh
tidak adanya rasa benci, tidak ada keinginan untuk lari
dari kenyataan, atau tidak percaya pada potensi
dirinya.
 Kegagalan penyesuaian diri ditandai dengan oleh
adanya goncangan dan emosi, kecemasan,
ketidakpuasan, dan keluhan terhadap nasib yang
dialaminya, sebagai akibat adanya jarak pemisah
antara kemampuan individu an tuntutan yang
diharapkan oleh lingkungannya.
2. Penyesuaian Sosial
 Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan

sosial di tempat individu itu hidup dan berinteraksi


dengan orang lain.
 Hubungan-hubungan sosial tersebut mencakup

hubungan dengan anggota keluarga, masyarakat


sekolah, teman sebaya, atau anggota masyarakat
luas secara umum.
 Dalam proses penyesuaian sosial, individu

berkenalan dengan nilai dan norma sosial yang


berbeda-beda lalu berusaha mematuhinya, sehingga
menjadi bagian dan membentuk kepribadiannya.

Anda mungkin juga menyukai