Anda di halaman 1dari 29

TAX PLANNING PPN

Oleh :
Chandra Wijaya Putra Silalahi
NPM : 1620104013
• PPN adalah pajak tidak langsung yang dikenakan atas
konsumsi barang/jasa kena pajak dalam daerah pabean.

• Sesuai legal karakter dari PPN yang bersifat non


kumulatif, maka dalam perlakuan pajak-PPN tidak
membolehkan terjadinya pajak berganda karena
konsumen terakhir yang menangung PPN ini.

• PPN juga memiliki karakteristik sebagai pajak objektif


yang berarti bahwa timbulnya kewajiban PPN sangat 1. Pendahuluan
ditentukan oleh adanya objek pajak.

2
Mekanisme Pemungutan PPN
Mekanisme pemungutan PPN menggunakan mekanisme
Indirect Subtraction Method/Invoice Method (PM-PK).

Alasannya :
Adanya kewajiban membuat faktur pajak setiap
transaksi

Memudahkan melakukan pemeriksaan.

Tidak perlu menentukan besarnya keuntungan


untuk setiap barang yang dijual.

Kewajiban perpajakannya dapat dihitung setiap


saat.
3
Perencanaan PPN
Pembahasan tentang perencanaan PPN ini difokuskan pada beberapa
upaya berikut ini :

 Memaksimalkan mekanisme pengkreditan PPN


 Memaksimalkan Fasilitas di Bidang PPN
 Sentralisasi pengenaan PPN
 Memaksimalkan restitusi PPN
 Membangun sendiri dalam kegiatan usaha
 PPN atas barang gratis untuk keperluan promosi
 Penjagaan cash flow
 Pengendalian PPN
 Tanggung jawab renteng

4
Pengkreditan Faktur Pajak :

Pengkreditan faktur pajak masukan memiliki


prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:
• Pajak masukan dalam suatu masa pajak
dikreditkan dengan pajak keluaran untuk masa
pajak yang sama.
• Pajak masukan atas perolehan barang modal 2. Memaksimalkan Mekanisme
sebelum berproduksi (sehingga belum
melakukan penyerahan kena pajak) dapat Pengkreditan PPN
dikreditkan.
• Pajak masukan dapat dikreditkan sepanjang BKP
atau JKP terkait berhubungan langsung dengan
kegiatan usaha melakukan penyerahan kena
pajak.

5
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan

 PPN atas perolehan BKP/JKP yang dilakukan


sebelum pengusaha yang bersangkutan
ditetapkan sebagai PKP.
 PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
PKP. Maksudnya, tidak memiliki hubungan
dengan kegiatan produksi, distribusi, 2. Memaksimalkan Mekanisme
pemasaran dan manajemen PKP.
 Perolehan dan pemeliharaan kendaraan
Pengkreditan PPN
bermotor berupa sedan dan station wagon,
kecuali merupakan barang dagangan atau
disewakan.
 PPN atas perolehan BKP/JKP yang didapat dari
luar daerah paben sebelum pengusaha yang
bersangkutan ditetapkan sebagai PKP.

6
• Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan

 PPN atas perolehan BKP/JKP yang tidak memenuhi


ketentuan pada UU No. 42/2009 Tentang PPN dan
PPnBM Pasal 13 Ayat (5) atau (9) atau tidak
mencantumkan nama, alamat dan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) pembeli/penerima BKP/JKP.
• PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau atas
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean dimana 2. Memaksimalkan Mekanisme
faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam UU No. 42/2009 Pengkreditan PPN
Tentang PPN dan PPnBM Pasal 13 Ayat (6).
 PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukan
ditagih dengan menggunakan penerbitan ketetapan
pajak.
 PPN atas perolehan BKP/JKP yang pajak masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT)
masa pajak PPN, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan oleh DJP.
7
Pajak masukan yang tidak dapat dikreditkan

 PPN untuk perolehan BKP yang digunakan


sebagai barang modal atau JKP sebelum PKP
melakukan kegiatan berproduksi.
 Faktur pajak masukan yang sudah melebihi batas
toleransi pengkreditan, yakni 3 bulan. Pajak
masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum 2. Memaksimalkan Mekanisme
dikreditkan dengan pajak keluaran pada Masa
Pajak yang sama, tidak dapat dikreditkan pada Pengkreditan PPN
untuk masa pajak lebih dari 3 bulan setelah
berakhirnya masa pajak yang bersangkutan.
 Pajak masukan yang dapat dikreditkan tetapi
telah dibebankan sebagai biaya atau ditambahkan
kepada harga perolehan BKP/JKP tidak boleh
dikreditkan sebagai pajak masukan.

8
Mekanisme Pengkreditan dan Pelaporan Pajak
Mekanisme Indirect
Substraction Method
( PM-PK )

Mekanisme
penggeseran PPN
dilakukan melalui
pemungutan kembali
PPN dari pembeli
berikutnya.
9
Pajak Masukan Dapat dikreditkan apabila

Memenuhi ketentuan
formal

Memenuhi ketentuan
material

Add a footer 10
Beberapa poin penting yang dapat dicatat adalah :
1. Faktur pajak hanya boleh di buat oleh Pengusaha Kena
Pajak
2. Faktur pajak merupakan bukti pungutan pajak yang
dibuat oleh PKP atau karena impor BKP yang digunakan
oleh DJBC
3. PPN yang dipungut berfungsi sebagai pajak keluaran
bagi penjual dan pajak masukan bagi pembeli

Secara umum, Faktur Pajak dibagi menjadi tiga :


3. Faktur Pajak
1. Faktur Pajak
2. Faktur Pajak gabungan
3. Dokumen tertentu yang di persamakan dengan
Faktur Pajak
11
Pembuatan Faktur Pajak
a. Untuk meringankan beban administrasi wajib pajak, saat yang tepat untuk membuatan Faktur Pajak
adalah saat terutangnya pajak, yaitu pada saat penyerahan atau dalam hal pembayaran mendahului
penyerahan maka Faktur Pajak dibuat pada saat pembayaran.
b. Untuk membantu likuiditas Wajib Pajak, saat peyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa PPN
diperlonggar menjadi paling lambat akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
c. Faktur Pajak gabungan merupakan Faktur Pajak yang harus dibuat paling lambat pada akhir bulan
penyerahan BKP dan atau JKP.

Penundaan Pembuatan Faktur Pajak


a. Dalam hal penjualan BKP/JKP yang pembayarannya belum diketahui, pembuatan faktur pajak bisa
ditunda sampai akhir bulan berikutnya setelah penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak.
b. Berkaitan dengan hal ini, sebaiknya PKP penjual dalam menentukan syarat pembayaran yang ideal,
yaitu tidak lebih 45 hari setelah penyerahan BKP atau JKP .

12
Sesuai Peraturan Menkeu No. 240/PMK.30/2009, saat
terutangnya PPN ditetapkan sebagai berikut :

 Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak


Penjualan atas barang Mewah menganut prinsip
akrual

 Dalam hal pembayaran diterima sebelum


penyerahan BKP atau JKP , atau dalam hal
4. Saat Terutangnya PPN
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya
pemanfaatan BKP Tak Berwujud atau JKP dari luar
daerah Pabean.

13
Sesuai PER Dirjen Pajak No. 14/PJ./2010, batas waktu
penyetoran PPN dan pelaporan SPT Masa PPN ditetapkan
sebagai berikut:
 PPN dan PPn BM yang terutang dalam satu Masa
Pajak, harus disetor paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan
sebelum SPT Masa PPN disampaikan. Dalam hal
tanggal jatuh tempo penyetoran bertepatan dengan
hari libur termasuk hari Sabtu atau hari libur
nasional, penyetoran dapat dilakukan pada hari
kerja berikutnya. 5. Batas Waktu Penyetoran PPN
 SPT Masa PPN harus disampaikan paling lama
akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa
dan Pelaporan SPT Masa PPN
Pajak. Dalam hal akhir bulan adalahhari libur
termasuk hari Sabtu atau hari libur nasional, maka
SPT Masa PPN dapat disampaikan pada hari kerja
berikutnya.

14
Sejak diberlakukannya UU Nomor 36 Tahun 2008,
fasilitas dibidang PPN yang dikenal dalam ketentuan PPN
adalah PPN yang Tidak Dipungut, PPN Dibebaskan, dan
PPN ditanggung pemerintah. Bagi PKP yang
mendapatkan fasilitas PPN Tidak Dipungut, PPN
masukan yang berhubungan dengan perolehan BKP/JKP
6. Memaksimalkan Fasilitas di tidak dapat dikreditkan.

Bidang PPN
Fasilitas yang berkaitan dengan PPN adalah:
 Fasilitas PPN tidak dipungut
 Fasilitas PPN dibebaskan
 Fasilitas PPN ditanggung pemerintah

15
Dalam Pasal 1A ayat f UU PPN disebutkan bahwa
penyerahan Barang Kena Pajak dari pusat cabang atau
sebaliknya dan penyerahan Barang Kena Pajak antar
cabang, termasuk dalam pengertian penyerahan Barang
Kena Pajak.
Pengecualian dari ketentuan tersebut dengan tujuan untuk
mempermudah administrasi perpajakan, wajib pajak
dengan kriteria tertentu yang memiliki lebih dari satu
tempat untuk melakukan penyerahan BKP/JKP dapat
mengajukan permohonan Pemusatan/Sentralisasi Tempat
PPN Terutang kepada Kanwil DJP setempat dengan 7. Sentralisasi Tempat PPN
ketentuan sebagai berikut:
Terutang
 Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang terdaftar di KPP
Wajib Pajak besar dapat melakukan sentralisasi
otomatis sesuai dengan KEP- 335/ PJ./2002.
 PKP yang memiliki lebih dari satu tempat PPN terutang
(selain butir a) dapat memilih 1 (satu) tempat atau
lebih sebagai Tempat Pemusatan PPN Terutang
 
16
Syarat-syarat pengajuan sentralisasi bagi Pengusaha Kena Pajak yang memiliki lebih dari
satu tempat Pajak Pertambahan Nilai (PER-19/PJ./2010) :

1. Pengusaha Kena Pajak dimaksud harus menyampaikan


pemberitahuan secara tertulis
2. Tempat tinggal, tempat kedudukan, atau tempat kegiatan
usaha
3. Pembeitahuann secara tertuis harus memenuhi persyaratan:

Add a footer 17
Kriteria umum bagi manajemen dalam
memutuskan perlu tidaknya mengajukan
permohonan restitusi PPN:

 Bila besarnya PPN yang lebih bayar tersebut


cukup signifikan/material Jumlahnya.
 Bila kondisi keuangan perusahaan
mengalami gangguan cash flow. 8. Memaksimalkan Restitusi
 Bila sudah diyakini kesiapan perusahaan
untuk diperiksa oleh fiskus.
PPN
 Bila prediksi masa depan pembayaran PPN
menunjukan lebih bayar PPN.

18
Membangun sendiri untuk tempat tinggal atau
tempat usaha oleh orang pribadi atau badan
dikena PPN, dengan kodisi:

 Luas bagunan 220 M persegi atau lebih


 Bangunan permanen.
 Tarif 10% x 40% biaya bangunan (tanpa harga
9. Membangun Sendiri Tidak
tanah) dalam kegiatan usaha
 Disetor tiap bulan, pada tanggal 15 bulan
berikutnya sejak pembangunan dimulai

19
10. PPN Atas Barang Gratis Untuk Kepentingan Promosi
Kejadian ini sering terjadi dalam praktik, baik pada saat perusahaan baru memulai kegiatan bisnisnya
maupun pada saat perusahaan sudah berjalan dan sebagai bagian dari implementasi marketing strategy
perusahaan, maka perusahaan melakukan kegiatan promosinya untuk meningkatkan omset penjualan

Cara I Cara II
Penjualan 2.000 eksemplar @Rp.4000= Rp. 8.000.000 Penjualan 2.200 eksemplar @Rp.4000 = Rp. 8.800.000
PPN 10% = Rp. 800.000 Diskon = Rp. 800.000
Harga difaktur: Harga jual + PPN = Rp. 8.800.000 Dasar Pengenaan Pajak = Rp. 8.000.000
PPn 10% = Rp. 800.000
Tambahan beban PPN atas pemberian Cuma-Cuma: Harga yang difaktur: Harga jual + PPN = Rp. 8.800.000
10% x 200 eks x Rp.2.500 = Rp. 50.000

Mana yang lebih menguntungkan ?


20
Salah satu tujuan diajukannya perencanaan pajak oleh
manajemen perusahaan adalah untuk menjaga kesehatan
cash flow. Berikut cara-cara yang aman dalam
perencanaan pajak yang perlu diagendakan oleh
manajemen perusahaan untuk diaplikasikan dalam
kerangka peningkatan efisiensi pajak dan keuangan
perusahaan:

a. Menyegerakan Pengajuan Nomor Pokok Pengusaha

b.
Kena Pajak pada perusahaan yang baru berdiri
Memilih mendirikan perusahaan dilokasi yang
11. Penjagaan Terhadap
mendapatkan fasilitas perpajakan PPN Perusahaan
c. Mengusahakan membeli bahan baku pada saat akan
menjalankan proses produksi
d. Mengajukan permohonan sentralisasi PPN bagi
perusahaan yang mempunyai kantor cabang
e. Penanganan faktur pajak dengan baik

21
Tax Review merupakan pelayanan yang
bertujuan untuk menelaah dan meneliti
tingkat kepatuhan wajib pajak secara umum
dan memberikan rekomendasi untuk
meminimalkan pajak yang belum diketahui 12. Pengendalian Pajak
perusahaan. Tax Review meliputi selurah melalui Tax Review
kewajiban perpajakan wajib pajak termasuk
PPN dan PPnBM.

22
Tax Review untuk menangani masalah kepatuhan
Untuk menjaga agar tetap menjadi wajib pajak patuh maka perusahaan seharusnya mempunyai program
yang disebut Tax Review.
1. Review waktu penerbitan faktur pajak
2. Periksa apakah PPN Masukan atas pembelian berhubungan dengan kegiatan usaha atau bisnis
perusahaan dan telah dikreditkan dengan PPN keluaran.
3. Review penyiapan SPT masa PPN
4. Memastikan memiliki system filing atau penyimpanan dokumen PPN yang cukup untuk dapat
menghadapi pemerikasaan pajak.
5. Hasil ekualisasi harus dapat berkaitan dengan perbedaan antara penjualan yang dilaporkan pada SPT PPh
badan dengan penjualan yang dilaporkan pada SPT masa PPN

Analisis Tax Review


 Tujuan Tax Review PPN
 Prosedur Tax Review PPN

Add a footer 23
 Tujuan Tax Review PPN
- Wajib Pajak memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan sehingga terhindar dari konsekuensi sanksi perpajakan;

- Wajib Pajak dapat mengidentifiksi lebih awal hal-hal yang diperlukan untuk kepentingan pemeriksaan;

- Wajib Pajak dapat membuat berbagai rekonsiliasi antara informasi komersial dan informasi fiskal;

- Wajib Pajak dapat memperkirakan arah pemeriksaan yang nanti akan dilakukan bahkan dapat membuat berbagai
skenario - sehubungan dengan perkembangan pemeriksaan;

- Wajib Pajak dapat mempersiapkan diri lebih awal tidak hanya dalam menghadapi pemeriksaan pajak tapi juga dalam
proses keberatan atau banding

Add a footer 24
Prosedur Tax Review PPN

1. ProsedurTax Review secara formal


a. Memeriksa dokumen yang berkaitan dengan pendaftaran usaha untuk mendapatkan Nomor PokokWajib Pajak dan Nomor
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
b. Memeriksa laporan keuangan untuk mengetahui sudah dilakukannya pencatatan dengan benar atau tidak.

2. ProsedurTax Review secara material


a. Mereview ketetapan jumlah dan waktu penyetoran serta pelaporan PPh 4 ayat 2, PPN, dan PPh 22 beserta BPHTB.
b. Mereview kebenaran dan kelengkapan pengisianSPTTahunan wajib pajak badan untuk memeriksa kebenaran dalam pelaporan
pajaknya.

25
Pada awalnya ketentuan tanggung jawab renteng ini
diatur dalam Pasal 33 UU KUP No. 16 tahun 2000,
kemudian ketentuan ini dihapus dalam UU KUP No.
28 tahun 2007, kemudian dihidupkan lagi melalui
penambahan Pasal 16F kedalam UU PPN No. 42 tahun
2009, yakni: 13 . Tanggung Jawab Renteng
“Pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat
menunjukkan bukti bahwa pajak telah dibayarkan”.

26
Contoh :
Pada tahun 2016 pemeriksa pajak dari KPP A melakukan pemeriksaan SPT Masa PPN untuk masa pajak
Januari sampai Desember 2014 dari PT D, ditemukan fakta bahwa PT D dalam suatu masa pajak melakukan
penyerahan BKP dengan harga jual Rp 300juta, ternyata tidak membuat faktur pajak. Berdasarkan hasil
pemeriksaan ini, KPP A menerbitkan SKPKB terhadap PT D disertai sanksi bunga sebesar 2% per bulan , dan
denda 2% dari dasar pengenaan Pajak karena PT D menyerahkan BPK tidak membuat faktur pajak.

Pada tahun 2007, pemeriksa pajak dari KPP B tempat PKP E dikukuhkan sebagai PKP melakukan
pemeriksaan SPT Masa PPN masa pajak Januari sampai Desember 2004, ditemukan fakta dari
pembukuannya bahwa ketika dalam suatu masa pajak PKP E membeli BKP dari PKP D tapi tidak membayar
PPN. Hal ini diyakini oleh pemeriksa karena PKP E tidak dapat menunjukkan Faktur Pajak sebagai bukti
bahwa ia telah membayar PPN kepada PKP D. Berdasarkan hasil pemeriksaan ini, KPP B menerbitkan SKPKB
berdasarkan ketentuan tanggung jawab renteng yang pada waktu itu diatur dalam Pasal 33 UU KUP. Dalam
SKPKB ini ditagih pokok pajak sebesar Rp30 juta (yakni 10% x Rp300juta), ditambah sanksi bunga sebesar
2% perbulan.
27
Kesannya, ketentuan tanggung jawab renteng tersebut menimbulkan ketidakadilan pajak.
Maka dalam melakukan tax review, seorang tax manager perusahaan (PKP) harus
melakukan pengawasan secara lebih cermat dengan memastikan:
 Jangan pernah ada satu pun faktur penjualan (commercial invoice) yang diterbitkan
perusahaan tanpa disertai faktur pajak.
 Setiap transaksi penjualan harus ada kontrak atau sales agreement-nya dan atau
purchase order (PO), sehingga dispute tentang syarat penjualan (harga, Pajak, termin
pembayaran, dan lain-lain) bisa dihindari dikemudian hari.

28
Terima Kasih

29

Anda mungkin juga menyukai