Anda di halaman 1dari 21

BAB III

ACTIVITY BASED COST SYSTEMS


( ABC SYSTEMS)

Dalam lingkungan industri maju akuntansi biaya


tidak lagi hanya berpikir sebatas akuntansi
biaya tetapi sudah mengarah kepada
manajemen biaya. Dalam manajemen biaya,
usaha-usaha sudah diarahkan pada
melaksanakan semua fungsi manajemen dalam
pengelolaan biaya-biaya yang terjadi.
Sebagai implikasi dari activity accounting terhadap
perhitungan harga pokok produksi maka munculah
Activity Based Cost System. Sistem ini dirancang
atas pemikiran bahwa dalam membuat suatu produk
diperlukan aktivitas dan aktivitas tersebut
mengkonsumsi sumber daya. Sumber daya hanya
terjadi jika ada aktivitas.AktivitasProduk
Sumber Daya. Sumber daya hanya terjadi jika ada
aktivitas

Produk Aktivitas Sumber daya


Jenis-jenis aktivitas.
Dalam pelaksanaan ABC sistem memerlukan tiga kelompok
aktivitas yang mengkonsumsi sumber daya seperti:
 Batch Related Activities, merupakan suatu aktivitas pendukung proses produksi terutama
yang berkaitan dengan kegiatan yang tidak berhubungan dengan unit yang diproduksi.
Dalam aktivitas ini umumnya suatu aktivitas yang dilaksanakan akan mengkonsumsi sumber
daya. Contoh aktivitas yang dikelompokkan sebagai bacth related activities adalah set –up
mesin.
 Product Sustaining activities, Merupakan suatu aktivitas yang diperlukan oleh setiap
produk selama proses produksi dan selama penjualan. Beban-beban yang etrjadi sebagai
akibat aktivitas tersebut dapat ditelusuri disetiap jenis produk secara individual. Contohnya
dari sumber daya yang digunakan untuk product sustaining activities adalah dalam
memelihara kecermatan bill of material dan routing dari setiap produk. Seperti diketahui
bahwa bill of material ini merupakan sarana untuk menginstruksikan kepada bagian gudang
untuk mengeluarkan bahan baku sesuai dengan karakteristik yang tercantum dalam biil
terebut.
 Facility sustaining activities, meliputi semua aktivitas yang diperlukan untuk melengkapi
pabrik agar dapat menghasilkan produk, namun besar kecilnya biaya yang disebabkan oleh
aktivitas tersebut tidak berhubungan langsung dengan volume dan campuran dari setiap
produk. Ini merupakan aktivitas bersama atau bergabungbagi banyak produk yang berbeda
satu sama yang lain dan biayanya harus diperlakukan sebagai biaya bersama dari semua
produk yang dibuat dari fasilitas tersebut. Aktivitas ini merupakan aktivitas yang terbanyak
manfaatnya dalam mendukung proses produksi . Banyak aktivitas ini bersifat administrasi,
seperti pengolahan pabrik dan personalia, akuntansi dan perbengkelan. Contoh lainnya
meliputi pajak bumi dan bangunan(PBB), landscaping/pertanaman, pemeliharaan,
keamanan dan listrik untuk bangunan pabrik.
Dalam tahapan kedua adalah membebankan BOP ke
produk berdasarkan tarif kelompok dikalikan dengan
cost driver yang digunakan. Penentuan cost driver
memerlukan suatu pemahaman yang menyeluruh
terhadap proses produksi, dan aktivitas yang
diperlukan. Dengan demikian dalam penetapan cost
driver tersebut tidak jauh melimpas dari aktivitas.
Seperti Contohnya: biaya pemeliharaan mesin, biaya
energi dan biaya air menggunakan cost driver jam
mesin. Setelah proses penentuan cost driver
ditetapkan maka biaya setiap kelompok BOP dapat
dilacak keberbagai jenis produk. Hal ini dilakukan
dengan menggunakan tariff kelompok yang
dikonsumsi oleh setiap produk jika digambarkan suatu
hirarki maka aktivitas-aktivitas tersebut dapat dilihat
Struktur Activity Based Cost
system
Dalam akuntansi biaya tradisional BOP dialokasikan keproduk
melalui dua tahap.
Tahap pertama Bop dikumpulkan dipusat-pusat biaya. Pusat
biaya adalah departemen – departemen tempat terjadinya biaya.
Departemen tersebut dapat berupa departemen produksi, dan
departemen pembantu. Setelah biaya-biya terkumpul dipusat-
pusat biaya

langkah berikutnya adalah mengalokasikan biaya-biaya tersebut


ke produk yang dihasilkan dengan menggunakan unit based
meansure seperti: jam tenaga kerja langsung, jam mesin, bahan
baku yang dipakai.
Pada ABC system juga melalui dua tahap.
Pada tahap pertama langkah-langkahnya adalah: penggolongan berbagai
aktivitas, Aktivitas-aktivitas yang sama dan menkonsumsi sumber daya
yang sama dikelompokkan dalam satu aktivitas.
Langkah selanjutnya adalah menghubungkan berbagai biaya yang
dikonsumsi oleh aktivitas-aktivitas tersebut. Sebagai akibat pengelompokan
aktivitas tersebut adalah akan memunculkan biaya-biaya yang homogin.
Biaya homogin adalah sekumpulan biaya overhead yang muncul sebagai
akibat aktivitas yang dilaksanakan dan biaya – biaya tersebut dapat
dijelaskan dengan cost driver tunggal. Jika kelompok-kelompok biaya sudah
ditentukan maka
langkah selanjutnya adalah menentukan tarif kelompok (pool rate). Tarif
kelompok adalah tarif biaya overhead pabrik per unit cost driver (Pemicu
biaya) yang dihitung untuk suatu kelompok aktivitas.Tarif unit kelompok
dihitung dengan rumus total biaya overhead pabrik untuk kelompok aktivitas
tertentu dibagi dasar pengukur aktivitas kelompok tersebut. Perhitungan tarif
kelompok ini merupakan langkah terakhir tahap pertama.
Setelah tarif kelompok diketahui, maka
langkah kedua adalah membebankan biaya overhead pabrik kedalam roduk

yang dihasilkan dengan mengalikan tarif masing-masing aktivitas.


Berikut ini adalah contoh penerapan ABC system. Seperti telah
dibahas sebelunnya bahwa permasalahan yang serius adalah dalam
pembebanan biaya overhead pabrik , maka berikut ini hanya dibahas
BOP saja.
Tabel 1.1
Biaya Overhead Pabrik

No Jenis biaya Jumlah (Rp)

1 Biaya penyetelan Rp 12.000.000

2 Biaya pemeliharaan mesin Rp 25.000.000

3 Biaya Energi Rp 17.500.000

4 Biaya Air Rp 5.000.000

5 Biaya pengawas mesin Rp 9.000.000

6 Biaya Kesejahtraan karyawan Rp 22.000.000

7 Biaya Asuransi mesin/ gedung Rp 18.000.000

8 Biaya Bahan Baku Tak Langsung Rp 30.000.000

9 Biaya Administrasi pabrik Rp 6.000.000

Jumlah Rp144.500.000
Informasi lebih lanjut menunjukkan bahwa produk yang berhasil dikerjakan
adalah 150 unit dengan total jam kerja mesin 55.000 jam. Bahan baku
yang dipergunakan sebesar Rp 97.500.000,- dan upah langsung sebesar
Rp 35.000.000,-dengan jam kerja langsung sebanyak 75.000 jam kerja
langsung. Jika dibuatkan suatu table maka distribusi dari masing-masing
biaya sebagai berikut:
Tabel 1.2
Distribusi biaya
KETERANGAN PRODUK A PRODUK B PRODUK C JUMLAH

Unit produksi 40 50 60 150

Bahan Baku Rp 25.000.000 Rp 38.000.000 Rp 34.500.000 Rp 97.500.000

Upah Langsung Rp 8.850.000 Rp 16.500.000 Rp 9.650.000 Rp 35.000.000

Jam Mesin 14.500 22.000 18.500 55.000

Jam Kerja Lang. 19.000 35.000 21.000 75.000


Jika contoh soal tersebut diselesaikan dengan menggunakan metode
ABC system, maka prosudur tahap pertama dapat dilihat pada table
sebagai berikut:
Tabel 1.3
Prosudur tahap pertama (ABC System)

No KELOMPOK BIAYA PERTAMA JUMLAH (Rupiah)

(BATCH)

1 Biaya penyetelan ( setup) Rp 12.000.000

2 Biaya pemeliharaan Mesin Rp 25.000.000

3 Biaya Energi Rp 17.500.000

4 Biaya Air Rp 5.000.000

5 Biaya Bahan Baku Tak Langsung Rp 30.000.000

Total Biaya Kelompok Pertma Rp 89.500.000

Total Produksi 150 unit

Tarif /unit( Rp89.500.000 : 150 ) Rp 596.666.66/unit


No KELOMPOK BIAYA KEDUA(Produk) Jumlah (Rupiah)

1 Biaya Pengawasan Mesin Rp 9.000.000

2 Biaya Kesejahtraan Karyawan Rp 22.000.000

3 Biaya Asuransi Mesin/gedung Rp 18.000.000

4 Biaya Administrasi Pabrik Rp 6.000.000

Jumlah kelompok kedua Rp 55.000.000

Total Jam Kerja Mesin 55.000 jam

Tarif/Jam Kerja ( Rp 55.000.000 : 55.000 ) Rp 1.000/jam kerja


Tabel 1.4.a
Biaya per unit Produk A
Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 25.000.000 40 Rp 625.000

Upah Langsung Rp 8.850.000 40 Rp 221.250

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 23.866.680 40 Rp 596.667

Kelompok II Rp 14.500.000 40 Rp 362.500

Total biaya Produksi Rp 72.216.680 40 Rp 1.805.417


Tabel 1.4.b
Biaya per unit Produk B

Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 38.000.000 50 Rp 760.000

Upah Langsung Rp 16.500.000 50 Rp 330.000

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 29.833.350 50 Rp 596.667

Kelompok II Rp 22.000.000 50 Rp 440.000

Total biaya Produksi Rp 106.333.350 50 Rp 2.126.667


Tabel 1.4.c
Biaya per unit Produk C

Keterangan Total biaya Kuantitas Biaya per Unit

Bahan Baku Rp 34.500.000 60 Rp 575.000

Upah Langsung Rp 9.650.000 60 Rp 160.833

Biaya Overhead Pabrik (BOP)

Kelompok I Rp 35.800.020 60 Rp 596.667

Kelompok II Rp 18.500.000 60 Rp 308.333

Total biaya Produksi Rp 98.450.020 60 Rp 1.640.833


Dari Tabel 1.4.a,b,c dapat diketagui
besarnya harga pokok produksi per
unit untuk masing-masing produk
dengan metode ABC system adalah
sebagai berikut:
Produk A  Rp 1.805.417
Produk B  Rp 2.126.667
Produk C  Rp 1.640.833
Untuk dapat mengetahui apakah perhitungan tersebut lebih tinggi atau
lebih rendah dari perhitungan harga pokok produksi berdasarkan biaya
standar, maka perlu dilakukan perhitungan dengan menggunakan
metode konvensional seperti Tabel 1.5.a,b,c sebagai berikut:
Tabel 1.5.a
Perhitungan HPP per unit Produk A

Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp 25.000.000 40 Rp 625.000

Tenaga Kerja Rp 8.850.000 40 Rp 221.250

BOP( Rp 144.500.000 :

75.000)1.926,66 x 19.000

kerja langsung Rp 36.606.667 40 Rp 915.167

Total biaya produksi Rp 70.456.667 40 Rp 1.761.417


Tabel 1.5.b
Perhitungan HPP per unit Produk B
Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp 38.000.000 50 Rp 760.000

Tenaga Kerja Rp 16.500.000 50 Rp 330.000

BOP (Rp 144.500.000 :

75.000) x 35.000 kerja

langsung Rp 67.433.333 Rp 1.123.889

50

Total biaya produksi Rp 121.933.333 50 Rp 2.032.222


Tabel 1.5.c
Perhitungan HPP per unit Produk C

Keterangan Total biaya Kuantitas Per unit

Bahan Baku Rp 34.500.000 60 Rp 575.000

Tenaga Kerja Rp 9.650.000 60 Rp 160.833

BOP( Rp 144.500.000 :

75.000) x 21.000 kerja

langsung Rp 40.460.000 Rp 674.333

60

Total biaya produksi Rp 84.610.000 60 Rp 1.410.166


Jadi harga pokok per unit
masing-masing produk dengan
metode konvensional sebagai
berikut :

Produk A  Rp 1.761.417
Produk B  Rp 2.032.222
Produk C  Rp 1.410.166
Setelah dilakukan analisis untuk masing-masing
metode , maka hasil dan selisihnya dapat dilihat
pada table 1.6 sebagai berikut:
Tabel 1.6

Perbandingan ABC system dengan metode Konvensional

Jenis produk ABC system Konvensional Selisih

Produk A Rp 1.805.417 Rp 1.761.417 Rp 44.000

Produk B Rp 2.126.667 Rp 2.032.222 Rp 94.445

Produk C Rp 1.640.833 Rp 1.140.166 Rp 500.677


Berdasarkan tabel 1.6 dapat diketahui bahwa
perhitungan harga pokok per unit dengan
menggunakan metode ABC system dan
Metode Konvensional adanya perbedaan pada
masing-masing produksi: .
Produksi A dengan metode ABC (lebih tinggi), Produk
B (lebih rendah) dan Produk C ( lebih tinggi) walaupun dengan
metode ABC menghasilkan perhitungan lebih tinggi,
tetapi pembebanan Biaya Overhead Pabrik (BOP) lebih tepat
dibandingkan dengan metode konvensional, hal ini
disebabkan karena perhitungan tarif biaya overhead Pabrik
tidak menggunakan metode tunggal seperti halnya dengan
metode konvensional.

Anda mungkin juga menyukai