Dua Arah
Oleh :
Fitria Mayasari
NIM. 8206172025
DikMAt B-1/ 2020
Pengertian
• Percobaan dengan klasifikasi dua arah dapat ditunjukkan dengan hanya satu unit sampling
dan satu data (pengukuran) untuk masing-masing percobaan.
• Dengan satu data (pengukuran) untuk masing-masing percobaan maka Jumlah Kuadrat
Total (JK Tot) dipartisi kedalam 3 komponen yaitu:
1. Jumlah kuadrat antar baris,
2. Jumlah kuadrat antar kolom dan
3. Jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom
• Jika lebih dari satu data (ukuran) pada masing-masing percobaan, maka Jumlah kuadrat
total (JK tot) dipartisi menjadi 4 komponen yaitu :
1. Jumlah kuadrat antar baris,
2. Jumlah kuadrat antar kolom,
3. Jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom, dan
4. Jumlah kuadrat dalam sel.
• Masing-masing jumlah kuadrat berpadanan dengan derajat bebasnya (db). Apabila
jumlah kuadrat masing-masing di atas dibagi oleh derajat bebasnya maka akan
diperoleh empat penduga varians.
•• Jika
percobaan,
hanya satu data (pengukuran) dalam kombinasi baris (R) dan kolom (C) perlakuan
maka jumlah kuadrat total (JK tot) dapat dipartisi menjadi tiga komponen yaitu:
1. JK antar baris,
2. JK antar kolom, dan
3. JK interaksi.
Identitas ini menunjukkan bahwa simpangan suatu observasi dari rata-rata keseluruhan dapat
dipandang sebagai gabungan tiga komponen yaitu :
1. simpangan rata-rata baris terhadap rata- rata keseluruhan,
2. simpangan rata-rata kolom terhadap rata-rata keseluruhan, dan
3. Bentuk interaksi antara baris dan kolom
Dengan mengkuadratkan kedua ruas persamaan di atas diperoleh enam suku
penjumlahan. Jika diamati secara seksama ada tiga suku yang dapat dihilangkan.
Setelah ktiga suku tersebut dihilangkan maka diperoleh persamaan berikut :
Suku pertama dari ruas kanan adalah C kali jumlah kuadrat simpangan rata-rata
baris terhadap rata-rata keseluruhan. Ini adalah jumlah kuadrat antar baris yang
menjelaskan variasi pada rata-rata baris.
Suku kedua adalah R kali jumlah kuadrat simpangan rata-rata kolom terhadap
rata-rata keseluruhan. Ini adalah jumlah kuadrat antar kolom yang menjelaskan
variasi pada rata-rata kolom.
Suku ketiga adalah jumlah kuadarat interaksi
Jika ada n data (pengukuran) pada setiap kombinasi perlakuan baris dan kolom (RC)
maka jumlah kuadrat total (JK tot) dapat dipartisi menjadi 4 komponen penjumlahan
yaitu:
1. JK antar baris,
2. JK antar kolom ,
3. JK interaksi dan
4. JK dalam sel.
Pandang identitas berikut:
Jika kedua ruas di atas dikuadratkan dan dijumlahkan maka diperoleh bentuk
sebagai berikut:
Derajat Bebas (db)
Jika pada tiap sel terdapat data tunggal, n=1 dan RC = N maka
banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan jumlah kuadrat total
adalah RC-1 = N-1.
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan jumlah baris adalah
R-1 dan banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan jumlah
kolom adalah C-1.
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan interaksi baris dan
kolom adalah (R-1)(C-1).
Penduga varians adalah Jumlah Kuadrat yang dibagi oleh derajat bebas
padanannya.
Jika ada sejumlah n data (pengamatan) dalam tiap sel (n>1) maka total
banyaknya data (pengamatan) adalah nRC = N.
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan total jumlah kuadrat
adalah nRC-1 = N-1.
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan baris adalah R-1.
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan kolom adalah C-1.
Banyaknyaderajat bebas yang berpadanan dengan interaksi adalah
(R-1)(C-1).
Banyaknya derajat bebas yang berpadanan dengan jumlah kuadrat dalam
sel adalah nRC-RC = RC(n-1).
Tabel 1 Struktur tabel analisis varians dua arah
Nilai F hitung untuk baris adalah 9,605, jika nilai F hitung ini di konfirmasi kepada nilai F
tabelnya pada α = 5% maka F hitung > F tabel.
Disimpulkan H0 ditolak.
Ini berarti bahwa terdapat pengaruh KAM terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Dengan kata lain terdapat perbedaan yang signifikan antara KAM tinggi, KAM sedang dan
KAM rendah.
Nilai F hitung untuk kolom yaitu 14,604, dibandingkan dengan F tabel, jelas bahwa F hitung
> F tabel (14,604 > 4,02).
Dengan demikian H0 juga ditolak.
Berarti terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Dengan perkataan lain terdapat perbedaan yang signifikan antara model pembelajaran A
dan model pembelajaran B dalam hal peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.
Nilai F hitung untuk interaksi adalah 0,778 < dari nilai F tabel. (0,778 < 3,17).
Jadi tidak cukup bukti untuk menolak H0 ,
dengan perkataan lain H0 diterima.
Disimpulkan bahwa secara signifikan tidak terdapat pengaruh interaksi antara KAM dan
model pembelajaran terhadap kemampuan berpikir kritis siswa.
Hasil di atas dapat dikonfirmasi dengan menggunakan SPSS,
dengan kriteria penolakan hipotesis statistik yang sedikit berbeda. Jika nilai sig (p)
< 0,05 maka H0 di tolak.