Anda di halaman 1dari 36

PLENO 1

PEMICU 1
MODUL RESPIRASI
2021
Fasilitator: dr. Noor Diah Erlinawati, M. Gizi, Sp. GK
KELOMPOK 2

Lezi Putri Suwita Erfensi (H1A016051)


Novita Putrianti (H1A017008)
Rindang Tamayu Soleha (H1A017011)
Afifah Fikriyah (H1A017012)
Mila Nurjanah (H1A017035)
M. Rama Nugraha (H1A017048)
Chariza Mauli Ananda Pane (H1A018024)
Inayah Anisah (H1A018025)
Nabila Putri Firdalina (H1A018026)
Nurh Syadawani P (H1A018029)
Pemicu
Akbar, seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan, dibawa ke PICU oleh Ibunya.
Diketahui Akbar mengalami batuk dan demam serta dipsnea. Sejak tiga hari
lalu, Akbar mengalami batuk ringan dan pilek yang semakin memburuk.
Keluarganya memiliki riwayat atopy, dimana ayahnya memiliki asma sejak
kecil. Hasil pemeriksaan Akbar menunjukkan, temperatur 38,3°C, denyut
nadi 110 per menit, frekuensi napas 60 x/menit dengan saturasi oksigen 91%.
Dia juga menunjukkan peningkatan kerja napas, dengan subcostal dan
intercostal retraction saat inspirasi. Saat ekspirasi, terdengar wheezing. Pada
pemeriksaan auskultasi, ia mengalami expiratory wheezing bilateral yang
signifikan dan penurunan masuknya udara ke bagian lobus kanan atas. Pada
pemeriksaan foto thorax posteoanterior (PA) didapatkan kesan: atelectasis
bagian lobus kanan atas (gambar terlampir) . Hasil pemeriksaannya lainnya
menunjukkan hasil yang normal.
Gambar 1. Gambaran X-Ray PA dada
Terminologi
1. Dispnea : Pernapasan yang sukar atau sesak ( Dorland, ed 29)
2. Atopy : predisposisi genetik untuk membentuk reaksi hipersensitivitas cepat
terhadap antigen lingkungan umum (alergi atopi), paling sering rinitis alergika
tetapi juga sebagai asma bronkial dermatitis atopi, atau alergi makanan
(Dorland, Ed.29)
3. wheezing : jenis bunyi kontinu seperti bersiul (Dorland, edisi 28)
4. Atelectasis : Ekspansi paru pada saat lahir yang tidak komplek / kolaps paru
dewasa (Dorland ed 29)
Keyword
1. Bayi laki-laki usia 6 bulan
2. Mengalami batuk,demam , serta, dipsnea
3. Riwayat keluarga atophy
4. Ayah memiliki asma sejak kecil
5. Expiratory wheezing bilateral
6. Subcostal dan intercostal retraction
7. Atelectasis
8. Pemeriksaan fisik : temperatur 38,3 derajat celcius, denyut nadi 110x/menit,
frekuensi napas 60x/menit, saturasi oksigen 91%
Identifikasi Masalah

O Seorang bayi laki-laki berusia 6 bulan mengalami demam,


dyspnea, batuk ringan dan flu yang memburuk sejak 3 hari
yang lalu. Pasien memiliki riwayat keluarga atopy
Analisis Masalah Bayi Laki-laki 6 bulan

Riwayat atopi Batuk Demam Pilek Dispnea


keluarga : Ayah
memiliki asma Obstruksi Hipertrofi
Saluran Infiltrasi Edema di
Kelenjar Mukosa
Pernapasan Sel Radang Bronkus
dan Bronkus

Kerusakan Penumpukan Penyempitan


Sel Mukus Saluran Napas

Hipertermia Wheezing
Gas Trapping
Saturasi O2 ↓
CO2↑

Virus Parainfluenza Bakteri

Bronkiolitis

Tatalaksana
Hipotesis
1. Pasien pada pemicu mengalami bronkiolitis akut
2. Pasien pada pemicu dapat sembuh seperti semula
3. Keluarga dengan riwayat atopy merupakan faktor resiko
bronkiolitis
4. Gambaran x ray PA dada pada pemicu merupakan obstruksi total
dan udara yang terjebak di absorbsi
Pertanyaan Terjaring
1. Jelaskan mengenai sistem pernapasan :
a. Anatomi
b. Fisiologi
c. Histologi

2. Jelaskan mengenai bronkiolitis


d. Etiologi dan faktor resiko
e. Manifestasi klinis dan klasifikasi
f. Patogenesis
g. Diagnosis dan diagnosis banding
h. Tatalaksana
i. Prognosis dan edukasi
Lanjutan Pertanyaan
Terjaring
3. Jelaskan hubungan riwayat atopy dengan bronkiolitis !
4. Jelaskan mekanisme atelectasis pada pemicu !
5. Jelaskan hubungan antara ayah yang merokok dan memiliki asma dengan
kejadian bronkiolitis pada pemicu !
1. a. Anatomi Sistem Pernapasan
b. Hiatologi Sistem Pernapasan
c. Fisiologi Sistem Pernapasan
2. a. Etiologi dan Faktor Risiko Bronkiolitis

Etiologi

Fakror Risiko
a.Bayi dengan insidens puncak pada usia 2 sampai 6 bulan
b.Laki-laki
c.Tidak ASI
d.Tinggal di lingkungan padat penduduk
e.Ibu usia muda
f.Ibu merokok selama kehamilan
g.Kelahiran prematur
h.Penyakit paru-paru kronis
i.Penyakit jantung bawaan
b. Manifestasi Klinis dan Klasifikasi Bronkiolitis
Manifestasi Klinis

1. Rinorea (berlangsung 2-4 hari)


2. Pireksia <39 derjat celcius
3. Apnea
4. Peningkatan laju pernapasan (≥60x/menit  parah; ≥70x/menit  kritis)
5. Resesi dada
6. Hiperinflasi paru
7. Mengi
8. Ronchi
9. Penurunan saturasi oksigen arteri
Klasifikasi
2. c. Patogenesis Bronkiolitis

 
d. Diagnosis dan Diagnosis Banding
Bronkiolitis
 Diagnosis
Anamnesis :
Gejala awal berupa gejala infeksi respiratorius atas akibat virus, seperti pilek
ringan, batuk, dan demam; dapat disertai dengan sesak napas.
Pemeriksaan fisik :
Pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis adalah adanya takipnea,
takikardi, peningkatan suhu di atas 38,5°C, napas cuping hidung dan retraksi
interkostal ekspirasi memanjang hingga wheezing pada auskultasi paru.
Pemeriksaan penunjang :
pada kasus disesuaikan dengan kebutuhan berupa pemeriksaan darah rutin, saturasi
oksigen, dan analisis gas darah.
Kriteria bronkiolitis terdiri dari (1) wheezing pertama kali, (2) umur 24 bulan atau
kurang, (3) pemeriksaan fisik sesuai dengan gambaran infeksi virus misalnya
batuk, pilek, demam dan (4) menyingkirkan pneumonia atau riwayat atopi yang
dapat menyebabkan wheezing
 Diagnosis Banding
1. GERD
2. Asma
3. Congenital malformation
4. Aspirasi benda asing
5. bronkopneumonia
e. Tatalaksana Bronkiolitis
Infeksi virus RSV biasanya bersifat self limiting, sehingga pengobatan biasanya hanya
suportif.
Prinsip Pengobatan :
a. Oksigenasi
Metode yang direkomendasikan adalah dengan nasal prongs, kateter nasal, atau kateter nasofaringeal dengan
kadar oksigen 30 – 40%. Terapi oksigen diteruskan sampai tanda hipoksia hilang.
b. Cairan
Untuk koreksi asidosis metabolik dan respiratorik yang mungkin timbul dan mencegah dehidrasi akibat
keluarnya cairan melalui mekanisme penguapan tubuh (evaporasi) karena pola pernapasan cepat dan
kesulitan minum. Pemberian cairan melalui jalur intravena perlu pada anak bronkiolitis yang tidak dapat
dihidrasi oral.
c. Bronkodilator & Kortikosteroid
Nebulisasi epinefrin dan deksametason oral pada anak dengan bronkiolitis dapat mengurangi kebutuhan
rawat inap, lama perawatan di rumah sakit, dan durasi penyakit.
d. Antivirus/Antibiotik
Penggunaan ribavirin pada keadaan yang diperkirakan akan menjadi lebih berat seperti pada
penderita bronkiolitis dengan kelainan jantung, fibrosis kistik, penyakit paru kronik,
imunodefisiensi, dan pada bayi-bayi prematur.
Antibiotik diberikan hanya berdasarkan indikasi infeksi Mycoplasma pneumoniae yang diatasi
dengan eritromisin.

e. Fisioterapi
Fisioterapi dada pada anak bronkiolitis dengan teknik vibrasi ataupun perkusi (5 trials) atau
teknik pernapasan pasif untuk pengurangan durasi pemberian terapi oksigen.
2. f. Prognosis dan Edukasi Bronkiolitis

O Prognosis
o Bronkiolitis adalah penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan batuk yang menetap
sekitar 12-15 hari
o Mengi berulang setelah bronkiolitis terjadi sekitar 62% pasien RSV positif
o Anak anak yang dirawat bronkiolitis 3x lebih rendah untuk terkena asma pada usia 6
tahun dan lebih tinggi pada usia 13 dan 18 tahun
O Edukasi
o Mengontrol suhu di rumah
o Menjaga hidrasi mulut
o Menghindari paparan asap rokok dan bahan iritan lainnya
o Mencuci tangan
o Kepatuhan dengan obat – obatan
3. Hubungan Riwayat Atopi dengan Bronkiolitis

Atopi merupakan salah satu faktor yang diduga sebagai predisposisi bronkiolitis
akut. Hal ini didasari karena pasien bronkiolitis akut berat sering mengalami
mengi berulang atau berkembang menjadi asma. Pada penelitian mendapatkan
peningkatan risiko bronkiolitis akut sebesar 1,52 (IK95% 1,26;1,87) bila ibu
menderita asma. Pada penelitian ini juga didapatkan riwayat atopi pada orangtua
secara bermakna (dengan IK95% yang sangat lebar) berhubungan dengan
bronkiolitis akut.
4. Mekanisme Atelektasis pada Pemicu

O Atelactasis obstruktif disebabkan karena sumbatan benda asing, tumor, sekret yang
kental dan adanya infeksi.
O Atelektasis obstruktif terjadi ketika udara alveolar diserap ke arah distal dari lesi
obstruktif. Adanya Obstruksi atau sumbatan baik sebagian atau seluruhnya
menghambat ventilasi ke area tersebut. Perfusi ke area tersebut terus berlanjut dan
serapan gas ke dalam darah terus berlanjut. sehingga semua gas di segmen itu akan
diserap tanpa ventilasi kembali dan menyebabkan jalan napas akan kolaps sehingga
menyebabkan atelektasis.
5. Jelaskan hubungan antara ayah yang merokok dan memiliki
asma dengan kejadian bronkiolitis pada pemicu!
O Asap rokok antara mengandung tar, nikotin, dan poliaromatik
hidrokarbon.Paparan asap rokok baik prenatal maupun pascanatal dapat
mempengaruhi morfogenesis paru maupun perkembangan sistem imunologis
anak. Satu penelitian mendapatkan bahwa perokok pasif meningkatkan risiko
infeksi RSV dengan rasio odd (RO) 3,87. Strachan dan Cook, melaporkan
rasio odd (RO) terinfeksi RSV 1,72 bila ibu merokok. Carroll dkk,35 pada
penelitian kohort retrospektif mendapatkan RR 1,19 (IK95% 1,08;1,31) bila
ibu perokok. Peneliti lainnya melaporkan prevalensi IRA-A meningkat dari
81,6% menjadi 95,2% pada bayi jika hanya ayah yang merokok.
 Hasil yang serupa didapatkan pada penelitian di Sudan yang menunjukkan adanya hubungan
antara paparan asap rokok dengan bronkiolitis. Dalam penelitian di Sudan tersebut, ditemukan
tingginya tingkat ayah yang merokok dan tidak menemukan ibu yang merokok, sama halnya
dengan data yang didapat pada penelitian ini. Pasien dengan ibu yang terpapar asap rokok
selama kehamilan, menunjukkan hilangnya sifat elastis jaringan paru dan respon yang lebih
buruk terhadap bronkodilatasi.Ada pula bukti yang menunjukkan bahwa peningkatan paparan
rokok pada ibu selama kehamilan dan bayi, meningkatkan reaktivitas bronkial pada anak.

 Atopi merupakan salah satu faktor yang diduga sebagai predisposisi bronkiolitis akut. Hal ini
didasari karena pasien bronkiolitis akut berat sering mengalami mengi berulang atau
berkembang menjadi asma.10-12 Carroll dkk,35 mendapatkan peningkatan risiko bronkiolitis
akut sebesar 1,52 (IK95% 1,26;1,87) bila ibu menderita asma. Pada penelitian kami, riwayat
atopi pada orangtua secara bermakna (dengan IK95% yang sangat lebar) berhubungan dengan
bronkiolitis akut. Sebagai penutup disimpulkan bahwa adanya riwayat atopi pada orangtua,
adanya parut BCG, dan jenis kelamin laki-laki berhubungan dengan bronkiolitis akut.
Daftar Pustaka
American Family Physician. Practice Guidelines: AAP Releases Practice Guideline on Diagnosis, Management, and Prevention of Bronchiolitis. 2015;91(8):578-580
(Atelectasis - StatPearls - NCBI Bookshelf, n.d.)Atelectasis - StatPearls - NCBI Bookshelf. (n.d.). https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545316/?report=reader
Ball M, Hossain M, Padalia D. 2020. Anatomy, Airway. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459258/figure/article-17308.image.f1/
Beigelman, Avraham. Bacharier, Leonard B. The Role of Early Life Viral Bronchiolitis in the Inception of asthma .Published in final edited form as:Curr Opin Allergy Clin Immunol. 2013
Apr; 13(2): 211–216.doi: 10.1097/ACI.0b013e32835eb6ef
Cunningham, Steve. Bronchiolitis. Kendig’s Disorders of the Respirator Tract in Children. 2019: 420-426. Published online 2018 Mar 13. doi:10.1016/B978-0-323-44887-1.00024-9. PMC
ID:PMC7152174
Eroschenko, V P. 2008. Atlas Histologi DiFiore. Edisi 11. University of Idaho. Moscow
Erickson EN, Bhakta RT, Mendez MD. Pediatric Bronchiolitis [update 2021 Jan 30]. In: StatPearls
Griffiths, C., Drews, S. J., & Marchant, D. J. (2017). Respiratory syncytial virus: Infection, detection, and new options for prevention and treatment. Clinical Microbiology Reviews, 30(1),
277–319. https://doi.org/10.1128/CMR.00010-16
Ida Bagus Subanada dkk: Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Bronkiolitis Akut Sari Pediatri, Vol. 10, No. 6, April 2009.
Junawanto I, Goutama IL, Sylvani, 2016,diagnosis dan penanganan Bronkiolitis anak. CDK-241 vol 43. no 6
Justice NA, Le JK. Bronchiolitis. [Updated 2020 Nov 18]. In: StatPearlsSubanada, I. B., Setyanto, D. B., & Supriyatno, B. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bronkiolitis
Akut. Sari Pediatri, 10(6), 392. https://doi.org/10.14238/sp10.6.2009.392-6
Mendez., E. N. E. R. T. B. M. D. (2021) ‘Pediatric Bronchiolitis’, Pubmed ncbi. Available at: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK519506/.
National Institute for Health and Care Excellence. (2015). Bronchiolitis : diagnosis and management of bronchiolitis in children. Http://Www.Nice.Org.Uk/Guidance/Ng9, 1–301.
Paulsen F & Waschke J, 2010; Sobotta Atlas Anatomi Manusia, Edisi 23, EGC, Jakarta
Rohen, J. W., Yokochi, C., & Drecoll, E. L. (2011). Color Atlas of Anatomy: A Photographic Study of The Human Body (7th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins, Wolters
Kluwer, Schattauer.
Putri1, I. A. O. C. and Ida Bagus Subanada (2020) ‘FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN BRONKIOLITIS’, Medika udayana, 9. doi: 10.24843.MU.2020.V9.i8.P06.
Rott K, Dunlap JD. Atelektasis. [Diperbarui 2021 Feb 4]. Dalam: StatPearls [Internet].
Ryu, Jay H. & friends. Recent advances in the understanding of bronchiolitis in adults. Version 1. F1000Res. 2020; 9: F1000 Faculty Rev-568.Published online 2020 Jun
8. doi: 10.12688/f1000research.21778.1
Sherwood, L. 2014. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. Edisi 8. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai