Myotomes/Motor Level
HIPEREKTENSI
FLEKSI - ROTASI TORSI
RUPTUR LIG
KERUSAKAN PMB DRH
SUBLUKSASI / DISLOKASI
FRAKTUR VERTEBRA
ISKEMIA NYERI
RISTI CDRA TAMBHN
NEKROSIS
KRUSAKAN PARENKIM
GGN NEUROLIGIS
KOMPLIT INKOMPLIT
SPINAL SHOCK
HILANG FS MOTORIK,SENSORIK& REFLEK
HILANG VENOUS RETURN & HIPOTENSI
DEFINISI
CEDERA MEDULA SPINALIS ADALAH TRAUMA PD
CORD & AKAR-AKAR SARAF DPT BERUPA CEDERA
RINGAN FLEKSI-EKTENSI (WHIPLASH) SAMPAI
TRAKSEKSI KOMPLIT,
DAPAT TERJADI PADA BEBERAPA LEVEL. UMUMNYA
TERJADI PADA BEBERAPA CERVICAL & TORAKAL
BAWAH- VERTEBRA LUMBAL ATAS. (VERNON W. LIN,
2003)
Cedera medulla spinalis
Terjadi akibat dari gegar otak, memar, laserasi,
hemorrage transeksi, atau penurunan suplai darah ke
susum tulang belakang, terjadi iskemic.
SCI disebabkan oleh tabrakan kendaraan, jatuh, dan
tindakan kekerasan atau kejadian olahraga terkait (47% )
75-82% adalah laki-laki antara 15 - 35 tahun
Mortalitas paling sering adalah karena infeksi .
KLASIFIKASI CEDERA MEDULA
SPINALIS
cedera lengkap / Komplit
yaitu tidak adanya semua fungsinya, motor
, sensorik dan vasomotor di bawah
tingkat cedera.
Cedera tidak lengkap (In komplit)
Masih dipatkan vasomotor dan sensorik di
bawah tingkat cedera
Neurogenik
shock
Cedera pada daerah thoracal 10 keatas dan
cervical
Gangguan jalur saraf simpatik Kardiovaskular
tidak stabil
Penurunan vaso konstriksi pada pembuluh darah
vena, terjadi pooling di kaki. aliran darah ke
jantung penurunan menyebabkan out put jantung
menurun, terjadi bradi kardi dan hipotensi
CEDERA TULANG
BELAKANG
Spinal syok
Sampai dengan 48 Jam dengan tandanya :
Sensorik dan motorik absen
Flacid paralysis
Hipotensi dan bradikardi
Refleks menurun/hilang ,ini dapat menyebabkan
retensio urine , paralisis usus dan ileus.
Kehilangan kontrol suhu , vasodilatasi dan ketidak
mampuan untuk menggigil,sulit untuk mengubah
panas dalam lingkungan dingin dan ketidak
mampuan untuk berkeringat.
ETIOLOGI
1. TRAUMA :
KLL, jatuh dari ketinggian, kecelakaan sport, luka
tembak dan luka tusuk (hampir 70%)
2. NON TRAUMA :
a. Malformasi vaskuler : Anurisma pembuluh darah
b. Infeksi : Myelitis transversa, spondilitis, GBS.
c. Tumor : Primer (meningioma, glioma, multiple
myeloma), Sekunder (paru, prostat,mammae,
tiroid)
d. Lain2 : Stenosis canal spinal
GEJALA KLINIS
1. Cedera Cervical
Lesi C1 –C4
Otot diapragma dan otot inter costae mengalami paralisis
dan tidak ada gerakan volunter.
Kehilangan sensasi pada oksipital, telinga dan daerah wajah.
Pasien cedera C1 – C3 ini sangat ketergantungan ventilator
mekanis.
Sangat ketergantungan ADL nya.
Cedera C4 ketegantungan ventilator dan mungkin dapat
dilepas secara imtermiten.
Mobilisasi ; wheelchair, Hoyer lift
LESI C5
Kerusakan fungsi diafragma
Paralisis intestinal dan dilatasi lambung
Depresi pernafasan
Ekstermitas atas mengalami rotasi ke arah luar
Setelah fase akut terjadi spastisitas.
Sensasi ada pada derah leher dan lengan atas.
Pasien ini mengalami ketergantungan terhadap aktifitas
mandi, menyisir rambut dan mencukur.
Pasien ini mempunyai koordinasi tangan dan mulut,
biasanya pasien ini dapat makan dan menulis dengan
bantuan alat dan mekanis.
LESI C6
Distres pernafasan akibat paralisis intestinal dan asenden dari
medula spinalis.
Bahu biasanya naik dengan lengan atas abduksi dan lengan
bawah fleksi.
Mandiri dalam higiene dan kadang kadang berhasil dalam
memakai dan melepas pakaian , mandiri dalam makan dengan
atau tanpa bantuan alat
Pasien mampu mengemudikan mobil dengan kontrol tangan.
Mobilisasi Transfer :Independent dengan sliding board,
manual wheelechair
LESI C7
Pernafasan diafragma
Funsi inspirasi paru meningkat
Biasanya muncul hipotensi postural
Paralisis otot abduktor polici , interosius, an otot lubrikan
tangan
Kehilangan sensori sentuhan nyeri dan suhu.
T5 keatas dapat menyebabkan penurunan motilitas motorik
gastro intestinal paralitik illus setres ulcer
LESI T6 – T 10
Kerusakan T6 dapat menyebabkan penurunan sistem saraf
simpati dapat menyebabkan vasodilatasi terjadi
hipotensi dan bradikardi.
Refleks abdomen hilang dari T 6 ke bawah
Terdapat paralisi dan spastik pada anggota bawah
ADL pasien mandiri.
LESI T11 - L2
Vasodilatasi
Bradikardia
Hipotensi.
TAHAP PEMULIHAN SPINAL
SHOCK
1. kejang fleksor ditimbulkan oleh stimulasi kulit
2. Refleks pengosongan kandung kemih dan usus
3. Fleksor ekstensor atau kekakuan
4. Hyperreflexic
5. Ejakulasi pada pria, yang ditimbulkan oleh stimulasi
kulit
KOMPLIKASI
Atelektasis
Ulkus stres
Disrefleksia otonomik
kontraktur
ATELEKTASIS
DEFINISI
Atelektasis adalah
pengkerutan sebagian
atau seluruh paru-paru
akibat penyumbatan
saluran udara (bronkus
maupun bronkiolus) atau
akibat pernafasan yang
sangat dangkal.
FAKTOR RESIKO
Pembiusan (anestesia)/pembedahan
Tirah baring lama
Pernafasan dangkal
Penyakit paru-paru.
PENCEGAHAN
1. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk mengencerkan dahak
2. Postural drainase
3. Setelah menjalani pembedahan, penderita harus didorong
untuk bernafas dalam, batuk efektif dan kembali
melakukan aktivitas secepat mungkin.
4. Seseorang dengan kelainan dada atau keadaan neurologis
yang menyebabkan pernafasan dangkal dalam jangka lama,
mungkin akan lebih baik bila menggunakan alat bantu
mekanis untuk membantu pernafasannya
ULKUS DEKUBITUS
Pengertian
Dekubitus adalah
kerusakan/kematian kulit sampai
jaringan dibawah kulit, bahkan
menembus otot sampai mengenai
tulang akibat adanya penekanan
pada suatu area secara terus
menerus sehingga mengakibatkan
gangguan sirkulasi darah setempat.
OTONOMIK DISREFLEKSIA
Adalah reflek yang berlebih dari saraf otonom akibat cedera
vertebra pada torakal 6 keatas.
Penyebabnya adalah ;
Blader distensi
Bowel distensi
Luka tekan
Abdominal distensi
Infeksi sakuran kemih
TANDA AD
Triad Classic
1. Sakit kepala berdenyut,
2. Vasodilatasi kulit,( Kulit merah)
3. Berkeringat, di atas tingkat lesi.
Tanda lainnya
Hipertensi (BP> 250 - 300 / 150 mmHg).
hidung tersumbat,
kulit memerah (di atas tingkat lesi).
penglihatan kabur, mual,
bradikardia, dan nyeri dada.
di bawah tingkat lesi akan ada ereksi pilomotor
(merinding), muka pucat, menggigil, dan
vasocontriction.
TINDAKAN YANG HARUS DILAKUKAN
Spinal shok
flaccid, ( sensorik motorik absen )
Refleks tendon dalam tidak ada
Retensi urin dan fekal
Tidak adanya keringat dibawah cedera
NEUROGENIK SHOCK
• Vasodilatasi
• Bradikardia
• Hipotensi.
MANAJEMEN KOLABORATIVE
• Imobilisasi
• Cedera cervical : Hard collar, traksi leher , halo.
traksi
MANAJEMEN PERNAPASAN
•
Ventilasi mecanical
• Trakeostomi
• Physioterapy dada
• Intubasi,
MANAGEMENT CAIRAN
Cairan kristaloid
MENCEGAH ASPIRASI & ILIUS PARALITIK
Pasang D/C
Setelah fase spinal shock hilang timbul reflex pada cedera
diatas vertebra
toracal 12 di sebut refleksic bladder (yang mengisi dan
mengosongkan secara otomatis )
Incontinensia
Crade/ tapping
Lesi di bawah vertebrae T12 umumnya akan memiliki
kandung kemih lemah areflexic bladder ( Retensio
Urine) distending kandung kemih dan menyebabkan
inkontinensia overflow.
kateterisasi intermitten
mungkin diperlukan.
FARMAKOTERAPI
• Methylprednisolone
Dosis loading (30 mg / kg) ini diberikan per bolus ( IV )selama 15 menit.
45 menit kemudian 5,4 mg / kg / jam kemudian dilanjutkan dalam infus
selama 23 jam
• Antasida: untuk mencegah ulkus lambung
• Cimetidine atau ranitidin: untuk menekan sekresi asam lambung dan
mencegah mengobati ulkus lambung
• Pelunak tinja
• Analgesik untuk mengurangi nyeri
• Antihipertensi (methyldopa), untuk mengobati hipertensi berat yang terjadi
pada AD
• Anti koagulan: untuk mencegah tromboflebitis, DVT dan emboli paru
MENCEGAH KERUSAKAN NEUROLOGIS >
LANJUT
1. Proteksi alignment tlg Vertebra yang cedera
- log rolling
- Jaw thrust
PENATALAKSANAAN
MOBILISASI DINI / POSTURING TIAP 2 JAM
PASEN DIPUASAKAN UNTUK CEDERA CERVIKAL
PASANG NGT
SETELAH BU POSITIF BERIKAN PELUNAK FAISES RINGAN
UKUR I/O
SETELAH SPINAL SYOK TERATASI D/C AF UNTUK MENCEGAH INFEKSI
LAKUKAN ICP
HIPOTERMI GUNAKAN SELIMUT TEBAL,BOTOL BOTOL AIR PANAS.
BERIKAN STOKING ANTI EMBOLIK UNTUK MENCEGAH DVT
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b/d kelemahan neurologik.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektifb/d kelemahan neurologik
3. Penurunan CO b/d venous return
4. Pengaturan suhu tidak efektif b/d disfungsi autonomik
5. Resti gangguan integritas kulit b/d immobilisasi
6. Resiko konstipasi b/d atoni usus, imobilisasi.
7. Gangguan eliminasi urine / bowel b/d kelemahan neurologik
INTERVENSI DASAR