Kelompok 2 - Perikanan A - TPHP
Kelompok 2 - Perikanan A - TPHP
Tawar
Hidup & Mati
Kelompok 2
Perikanan A
• Dhea Tiara N - 230110170047
• Novi Nurchotimah - 230110190007
• Raistsa Robbanii Sunda Rukmana - 230110190020
Nama •
• Shinta Amelia - 230110190021
Mellyan Wahda Hestiana - 230110190028
01 03
Teknik Transportasi Pemingsanan Ikan
Kering & Basah Menggunakan Anestesi, Suhu
Rendah & Arus Listrik
02 04
Pengemasan
Faktor-Faktor Yang Ikan
Mempengaruhi Pengangkutan
IKan Hidup & Ikan Mati
01
Pada transportasi ikan hidup tanpa media air, ikan dibuat dalam kondisi tenang atau
aktivitas respirasi metabolisme nya rendah. Transportasi system kering ini biasanya
menggunakan teknik pembiusan pada ikan atau ikan dipingsangkan (imotilisasi) terlebih
dahulu sebelum dikemas dalam media tanpa air (Suryaningrum et al. 2007). Pada
transportasi ikan hidup system kering perlu dilakukan proses penenanganan terlebih
dahulu.
Penanganan
Pra Transportasi
Prinsip dari penanganan ikan hidup adalah
mempertahankan kelangsungan hidup ikan
semaksimal mungkin sampai ikantersebut
diterima oleh konsumen. Menurut Arie (2000),
terdapat beberapa kegiatan penanganan ikan
hidup setelah dilakukan pemanenan sebagai 1. Penyeleksian
2. Penimbangan
berikut → →→ 3. Pemberokan
4. Pembiusan Ikan
5. Pengangkutan Ikan
Proses Transportasi
Hal utama yang paling menentukan keberhasilan kegiatan pemanenan ikan adalah
proses transportasi yang sanggup mempertahankan kualitas produk hingga akhir tujuan
(Serra et al. 2011). Selama proses transportasi berlangsung, ikan akan ditempatkan
kedalam lingkungan yang baru tentunya akan berlainan dengan lingkungan asalnya
disertai perubahan – perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak. Perubahan
lingkungan yang sangat mendadak dapat mengakibatkan ikan menjadi stress dan
mengalami perubahan tingkah laku (hiperaktif) (Junianto 2003), sehingga perlu
dilakukan teknik dalam proses transportasi.
Transportasi Ikan Secara
Basah
Faktor paling penting dalam tranportasi ikan adalah tersedianya oksigen yang
cukup untuk ikan selama pengangkutan, meskipun demikian ketersediaan oksigen
dalam air selama pengangkutan tidak selalu dapat menjamin kondisi ikan.
Menurut Jailani (2000), pada transportasi sistem basah, ikan diangkut didalam
wadah tertutup atau terbuka yang berisi air laut atau air tawar tergantung jenis
dan asal ikan. Transportasi basah biasanya digunakan untuk transportasi hasil
perikanan hidup selama penangkapan di tambak, kolam dan pelabuhan ke tempat
pengumpul atau dari satu pengumpul ke pengumpul lainnya.
Teknik Transportasi Basah
Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen
secara terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama
pengangkutan. Wadah dapat berupa kantong plastik atau kemasan lain yang
tertutup.
Transportasi media air sistem tertutup menggunakan tambahan oksigen yaitu
dengan menggunakan aerator, agitator, blower, tekanan gas oksigen dan cairan
oksigen.
Pengangkutan menggunakan kantong plastik yang diikat dan ditambahkan
oksigen dapat dilakukan dengan cara yaitu :
a) Menyiapkan kantong plastik yag akan digunakan dan air bersih
b) Memasukkan air bersih ke dalam kantong plastik
c) Mengisi ikan dalam kantong plastik
d) Memasukkan pipa oksigen sampai pada bagian dasar wadah kantong
plastik
dalam keadaan berdiri pada saat diisi.
e) Mengisi wadah dengan oksigen dan mengeluarkan udara dari dalam
wadah.
f) Mencabut pipa oksigen dan mengikat bagian ujung kantong plastik
dengan erat.
Ikan yang dikemas dalam kantong plastik sudah dapat diangkut. Menurut
Barka (1986) dalam Winarno (2017), transportasi dapat dilakukan dengan cara
dikemas kembali kantong plastik yang sudah berisikan ikan, yaitu dengan cara
sebagai berikut :
a) Memasukkan ke dalam wadah box lebih besar daripada ukuran kantong
plastik.
b) Menyusun secara berlapis dari bagian dasar yaitu dengan es, penyekat
(gabus), kantong plastik yang berisi ikan dan ditabahkan penyekat dibagian
atas.
c) Menutup wadah kemasan dengan rapat.
pH bakteri
Metode imotilisasi dengan penurunan suhu Metode immotilisasi dengan penurunan suhu
secara bertahap, yaitu ikan dimasukkan ke secara langsung, yaitu dilakukan dengan cara
dalam air yang beraerasi kemudian dimotilisasi memasukkan ikan hidup dalam media air
dengan menurunkan suhu air secara bertahap dingin pada suhu tertentu selama waktu
sampai suhu tertentu (Nitibaskara et al. 2006). tertentu sampai ikan imotil. Waktu dan suhu
immotilisasi dipengaruhi oleh ukuran, umur
dan jenis ikan.
Pemingsanan Ikan Menggunakan
Arus Listrik
Penggunaan arus listrik dalam pemingsanan dapat terjadi dikarenakan adanya
kejutan listrik yang dapat menyebabkan terganggunya keseimbangan yang
mengakibatkan mati rasa (isensible) dan pingsan. Hilangnya kesadaran atau turunnya
metabolisme basal berkolerasi dengan tegangan, kuat arus dan daya listrik serta
ukuran ikan. Pada kuat arus yang tepat ikan dapat pingsan bila diberi kejutan arus
listrik. Pada tegangan arus yang tepat ikan dapat pingsan bila diberi kejutan oleh arus
listrik, tetapi tegangan arus listrik yang terlalu besar dapat menyebabkan kematian
dan untuk tegangan arus yang kecil dapat ditoleransi ikan.
Semakin tinggi tegangan arus listrik yang diberikan maka respon yang
diterima oleh ikan semakin cepat ikan dapat pingsan. kondisi ikan
pingsan dapat dikelompokkan dalam empat kategori, yaitu pingsan
ringan (light sedation), pingsan berat (deep sedation), kehilangan
keseimbangan serta gerak reflek tidak ada, dan roboh (modullary
collapse).
Pemingsanan Ikan Menggunakan
Anestesi
Anestesi merupakan suatu kondisi ketika sebagian atau seluruh tubuh kehilangan
kemampuan kesadaran. Hal ini disebabkan oleh pengaruh zat atau obat yang
dimasukkan ke dalam tubuh tersebut mempengaruhi sistem syaraf. Anestesi yang
terjadi pada sistem syaraf pusat menyebabkan organisme tidak sadar atau pingsan
(Achmadi 2005). Bahan anstesi yang digunakan merupakan bahan kimia organik
tanman tingkat tinggi hasil metabolit sekunder seperti saponin dan retenone (Abid et
al 2014).
Menurut Harms (1998), anestesi pada ikan dilakukan untuk pemeriksaan,
transportasi, diagnostik dan operasi. Prosedurnya yaitu menyiapkan air, memeriksa
kondisi ikan, mengistirahatkan ikan. Anestesi untuk ikan biasanya penggunaannya
melalui air (perendaman), dan bisa Juga dengan cara anestesi inhalasi (seperti
anestesi gas pada mamalia). Faktor-faktor yang mempengaruhi respon penggunaan
anestetikum antara lain spesies, kualitas air dan status kesehatan ikan.
Anestetikum yang digunakan pada ikan banyak jenisnya, misalnya ethanol, diethyl
ether, halothane, lidocaine, tricaine methanesulfonate (MS-222) dan eugenol, ketamin,
metomidate, propofol, and carbon dioxide. Dua diantaranya yang sering digunakan
sekarang adalah tricaine methanesulfonate (MS-222) dan eugenol.
04
1 2 3 4