Prognosis :
Dubia ad Bonam
PEMBAHASAN
Definisi
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air
panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang
memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.
Etiologi
Luka bakar merupakan suatu jenis trauma yang memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan
yang khusus mulai fase awal hingga fase lanjut. Etiologi terjadinya luka bakar yaitu (Hardisman, 2016):
Scald Burn
Flame Burns
Flash Burns
Contact Burns
Chemical Burns
Electrical Burns
Patofisiologi
Luka bakar (combustio) pada tubuh dapat terjadi karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Setelah terjadi luka bakar yang parah, dapat mengakibatkan gangguan hemodinamika,
jantung, paru, ginjal serta metabolik akan berkembang lebih cepat. Dalam beberapa detik saja setelah
terjadi jejas yang bersangkutan, isi curah jantung akan menurun, mungkin sebagai akibat dari refleks
yang berlebihan serta pengembalian vena yang menurun. Kontaktibilitas miokardium tidak mengalami
gangguan. Segera setelah terjadi jejas, permeabilitas seluruhh pembuluh darah meningkat, sebagai
akibatnya air, elektrolit, serta protein akan hilang dari ruang pembuluh darah masuk ke dalam jarigan
interstisial, baik dalam tempat yang luka maupun yang tidak mengalami luka. Kehilangan ini terjadi
secara berlebihan dalam 12 jam pertama setelah terjadinya luka dan dapat mencapai sepertiga dari volume
darah. Selama 4 hari yang pertama sebanyak 2 pool albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian
kekurangan albumin serta beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering
didapatkan.
Dalam jangka waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi
glomerulus mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria. Sekresi hormon antideuretika dan
aldosteron meningkat. Lebih lanjut lagi mengakibatkan penurunan pembentukan kemih, penyerapan
natrium oleh tubulus dirangsang, ekskresi kalium diperbesar dan kemih dikonsentrasikan secara
maksimal. Albumin dalam plasma dapat hilang, dengan demikian kekurangan albumin serta
beberapa macam protein plasma lainnya merupakan masalah yang sering didapatkan. Dalam jangka
waktu beberapa menit setelah luka bakar besar, pengaliran plasma dan laju filtrasi glomerulus
mengalami penurunan, sehingga timbul oliguria.
Manifestasi klinik
Luka bakar derajat I,
kerusakan terbatas pada lapisan epidermi (superfisial), kulit hanya tampak hiperemi berupa eritema
denganperabaan hangat, tidak dijumpai adanya bula, terasa nyeri karena ujung- ujung saraf sensorik
teriritasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka
biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh
luka bakar derajat I adalah sunburn.
Luka bakar derajat II
Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi.
Terdapat bula yang berisi cairan eksudat dan nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik yang teriritasi.
Dibedakan atas 2 bagian :
a. Derajat II dangkal/superficial (IIA).Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari
corium/dermis.
b. Derajat II dalam/deep (IIB). Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan
epitel masih sedikit. Organ-oran kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebasea
tinggal sedikit sehingga penyembuhan terjadi lebih dari satu bulan dan disertai parut hipertrofi
Luka bakar derajat III
Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada
keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk
menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa
nyeri maupun bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak intak.
Penegakan Diagnosis
Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya
akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.
Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan
penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas
seluruh tubuh. Menentukan luas luka bakar berdasarkan rumus “rule of nine” Rumus 9 atau rule of nine
untuk orang dewasa Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,
pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan
kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Diagnosis Banding
Nekrolisis Epidermal Toksik
Tata Laksana
Pemberian obat-obatan topical anti microbial bertujuan tidak untuk mensterilkan luka akan tetapi akan menekan
pertumbuhan mikroorganisme dan mengurangi kolonisasi, dengan memberikan obat-obatan topical secara tepat dan
efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang sering kali masih menjadi penyebab
kematian pasien.( Effendi. C, 1999). Resusitasi cairan diindikasikan bila luas luka bakar > 10% pada anak-anak atau
> 15% pada dewasa Untuk menghitung jumlah cairan yang masuk dapat menggunakan rumus baxter pada dewasa 3-
4 mlxkgBBx terbagi dalam 8 jam pertama dan 16 jam berikutnya.penutupan luka diusahakan semaksimal mungkin
agar pasien merasa nyaman dan meminimalkan timbulnya rasa sakit Pilihan penutupan luka sesuai dengan derajat
luka bakar.
Luka bakar derajat I, merupakan luka ringan dengan sedikit hilangnya barier pertahanan kulit. Luka seperti ini tidak
perlu di balut, cukup dengan pemberian salep antibiotik untuk mengurangi rasa sakit dan melembabkan kulit. Bila
perlu dapat diberi NSAID (Ibuprofen, Acetaminophen) untuk mengatasi rasa sakit dan pembengkakan
Luka bakar derajat II (superfisial ), perlu perawatan luka setiap harinya, pertamatama luka diolesi dengan salep
antibiotik, kemudian dibalut dengan perban katun dan dibalut lagi dengan perban elastik. Pilihan lain luka dapat
ditutup dengan penutup luka sementara yang terbuat dari bahan alami (Xenograft (pig skin) atau Allograft
(homograft, cadaver skin) ) atau bahan sintetis (opsite, biobrane, transcyte, integra)
Luka derajat II ( dalam ) dan luka derajat III, perlu dilakukan eksisi awal dan cangkok kulit (early exicision and
grafting )
Prognosis
Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar,
dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Komplikasi
Menurut Rahayuningsih (2017), secara umum luka bakar jika tidak ditangani dengan benar, akan
menimbulkan komplikasi yaitu :
a. Syok hipovolemik Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh
kapiler yang terpajan suhu tinggi akan rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya
ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan
menimbulkan bula serta elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler.
b. MOF (multi organ failure) Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar menyebabkan
gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi menyebabkan perubahan metabolisme. Adanya
gangguan sirkulasi dan perfusi mengakibatkan sulitnya untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel,
iskemi jaringan akan berakhir dengan nekrosis
KESIMPULAN
Luka bakar merupakan cedera yang disebabkan oleh panas, listrik, radiasi atau zat korosif yang
paling banyak didapatkan oleh panas (api). Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan
letak luka. Usia dan kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis.
Adanya trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar. Semakin luas permukaan
tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan
semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh.
Penanganan dengan cepat dapat mengatasi terjadinya asfiksia dan syok hipovolemik.
DAFTAR PUSTAKA
David S. Anatomi fisiologi kulit dan penyembuhan luka. Surabaya: Universitas Airlangga; 2007.
Doherty GM. Current Surgical Diagnosis and Treatment. Edisi ke-12. New York; Graw-Hill Companies: 2014.
Effendy, C 1999, Perawatan Pasien Luka Bakar, 4-31, Penerbit Buku Kedokteran. EGC Press, Jakarta. Page 2. 50.
Hardisman. (2016) Konsep Luka Bakar dan Penangannya. Surabaya : UNY Press.
Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer. 2nd ed.
Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia.
Jong WD. Luka Bakar: buku ajar ilmu bedah. Edisi ke-2. Jakarta: EGC; 2005.
Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanson B. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders;
2007.
Mayo clinic staff. Burns First Aids. http: // www.nlm.nih.gov/medlineplus.
Pencle FJ, Zulfiqar H, Waseem M. First Degree Burn. In: StatPearls [Internet]. 2019 [23 Maret 2020]. Tersedia di:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK442021/
Rahayuningsih, T. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). PROFESI Vol. 08. STIKES PKU Muhammadiyah,
Surakarta.
Septiningsih, Erna. Efek Penyembuhan Luka Bakar Ekstrak Etanol 70% Daun Pepaya (Carica papaya L.) dalam Sediaan Gel
pada Kulit Punggung Kelinci New Zealand. Diss. Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2009.