Anda di halaman 1dari 58

PANCASILA

1
Pancasila

04/21/21
3
PANCASILA
SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT
 Pembahasan mengenai Pancasila sebagai sistem filsafat
dapat dilakukan dengan cara deduktif dan induktif.
 Cara deduktif yaitu dengan mencari hakikat Pancasila

serta menganalisis dan menyusunnya secara sistematis


menjadi keutuhan pandangan yang komprehensif.
 Cara induktif yaitu dengan mengamati gejala-gejala

sosial budaya masyarakat, merefleksikannya, dan


menarik arti dan makna yang hakiki dari gejala-gejala
itu.

4
 Pengertian Filsafat Pancasila
 Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan
pemikiran yang dapat menjadi substansi dan isi pembentukan
ideologi Pancasila.
 Filsafat Pancasila dapat didefinisikan secara ringkas sebagai
refleksi kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar
negara dan kenyataan budaya bangsa, dengan tujuan untuk
mendapatkan pokok-pokok pengertiannya yang mendasar dan
menyeluruh.
 Pancasila dikatakan sebahai filsafat, karena Pancasila
merupakan hasil permenungan jiwa yang mendalam yang
dilakukan oleh the faounding father kita, yang dituangkan dalam
suatu sistem (Ruslan Abdul Gani).
 Filsafat Pancasila memberi pengetahuan dan pengertian ilmiah
yaitu tentang hakikat dari Pancasla (Notonagoro).

5
Pancasila yang terdiri atas lima sila pada hakikatnya
merupakan sistem filsafat.
Yang dimaksud sistem adalah suatu kesatuan bagian-
bagian yang saling berhubungan, saling bekerjasama
untuk tujuan tertentu dan secara keseluruhan merupakan
suatu kesatuan yang utuh.
Sila-sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada
hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya,
antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling
berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran
dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran
tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan,
dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat
bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

6
 Dalam filsafat Pancasila, disebutkan ada tiga tingkatan nilai, yaitu
nilai dasar, nilai instrumental, dan nilai praktis.
Nilai dasar, adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang
bersifat mutlak, sebagai sesuatu yang benar atau tidak perlu
dipertanyakan lagi. Nilai-nilai dasar dari Pancasila adalah nilai
ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan
nilai keadilan.
Nilai instrumental, adalah nilai yang berbentuk norma sosial dan
norma hukum yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam peraturan
dan mekanisme lembaga-lembaga negara.
Nilai praksis, adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan
dalam kenyataan. Nilai ini merupakan batu ujian apakah nilai dasar
dan nilai instrumental itu benar-benar hidup dalam masyarakat.
 Nila-nilai dalam Pancasila termasuk nilai etik atau nilai moral
merupakan nilai dasar yang mendasari nilai intrumental dan
selanjutnya mendasari semua aktivitas kehidupan masyarakat,
berbansa, dan bernegara.

7
PENGERTIAN PUSAT
PANCASILA

ETIMOLOGIS HISTORIS TERMINOLOGIS

-PANCASILA BERASAL DARI BAHASA


SANSAKERTA,PANCA ARTINYA : LIMA SYLA -PROSES PERUMUSAN PANCASILA
ARTINYA : BATU SENDI,ALAS,DASA PANCASILA DIAWALI PADA SIDANG BPUPKI.
BERARTI BERBATU SENDI LIMA ATAU MEMILIKI SEHARI SETELAH INDONESIA MERDEKA
LIMA UNSUR. -HASIL DARI SIDANG BPUPKI ADALAH : MAKA PPKI MENGADAKAN SIDANG TGL 18-8-
1.)TGL 29 MEI 1945 MR MUHAMAD YAMIN 1945 UNTUK MENGESAHKAN UUD 1945
BERPIDATO TENTANG DASAR NEGARA SEBAGAI UUD NEGARA REPUBLIK INDONESIA
- PERKATAAN PANCASILA DIAMBIL DARI
2.) TGL 1 JUNI 1945, IR SUKARNO YANG TERDIRI DARI PEMBUKAAN,PASAL-
KEPUSTAKAAN BUDHA YANG BERMAKNA 5 PASAL UUD 45 YANG BERISI 37 PASAL, 1
ATURAN ( LARANGAN ) MENGUSULKAN AGAR DASAR NEGARA
ATURAN PERALIHAN YANG TERDIRI 4 PASAL
DIBERI NAMA “PANCASILA “ DAN USULAN 1 ATURAN TAMBAHAN TERDIRI 2 AYAT DAN
- SETELAH MAJAPAHIT RUNTUH MAKA TERSEBUT DITERIMA SECARA BULAT PENJELASAN
BERKEMBANGLAH AGAMA ISLAM,PENGARUH OLEH SIDANG BPUPKI.3.)TGL 22 JUNI DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 PADA
AJARAN BUDHA MASIH DIKENAL DIMASYARAKAT 1945 SEMBILAN TOKOH NASIONAL ALINEA KE EMPAT TERDAPAT RUMUSAN
JAWA YANG DIKENAL DENGAN MA 5 ATAU “M” 5 MENGADAKAN PERTEMUAN DAN PANCASILA
ATAU 5 LARANGAN MORALITAS. MENGHASILKAN “PIAGAM JAKARTA “

DAERAH
ETIMOLOGI
Berasal dari bahasa Sansekerta , yaitu : Panca
berarti lima, Syila berarti alas/dasar.
Dlm bhs sansekerta dikenal istilah Code of
Morality, mrp ciptaan Gauthama Budha. Hal ini
mrp dasar akhlak yang kemudian dijadikan sbg
peraturan tetap utk kemajuan rohani rakyat.
1.Berjanji untuk menghindari pembunuhan
2.Berjanji untuk menghindari pencurian
3.Berjanji untuk menghindari perbuatan
seks
4.Berjanji untuk menghindari kebohongan
5.Berjanji untuk meminum dan memakan
makanan memabukkan
• Pada masa Majapahit jg dikenal
Ma lima ( 5 M ):
Mateni : membunuh
Maling : mencuri
Madon : berzina
Mabok : meminum minuman keras
atau menghisap candu
Main : Berjudi
HISTORIS
Pancasila dalam sejarah lahirnya, maksudnya
msh dalam pembicaraan konsep/rancangan,
Indonesia belum merdeka. Konsep ini
dibicarakan pd sidang BPUPKI I :
1. M. Yamin ( 29 Mei 1945)
2. Mr.Soepomo ( 31 Mei 1945)
3. Ir. Soekarno ( 1 Juni 1945 )
4. Piagam Jakarta ( 22 Juni 1945)
TERMINOLOGI
Pancasila yg rumusannya telah dijadikan dasar
negara, berarti setelah Indonesia merdeka.
1. UUD 1945
2. Konstitusi RIS 1949
3. UUDS 1950
PROSES PERUMUSAN PANCASILA
Janji Pemerintah Jepang untuk memberikan
kemerdekaan

Dibentuknya Dokuritzu Zyunbi Tyosakai 1 Maret


1945

Beranggotakan 64 orang: Ketua DR Radjiman


Wediodiningrat.

14
PEMBENTUKAN BPUPKI

DIBENTUK 1
MARET 1945
DILANTIK 25 APRIL
1945
KETUA dr.
RAJIMAN
WIDYODININGRAT
Tugas BPUPKI
Menyelidiki dan mengumpulkan bahan-bahan penting tentang
ekonomi, politik dan tata pemerintahan sebagai persiapan untuk
kemerdekaan Indonesia
Proses Perumusan dilakukan dalam dua masa
persidangan:
Masa Persidangan I: 29 Mei – 1 Juni 1945
Masa Persidangan II: 10 – 16 Juli 1945
Sidang I BPUPKI

04/21/21
Sidang BPUPKI
MASA PERSIDANGAN I
29 Mei 1945
Mohammad Yamin memberikan usulan:
Peri Kebangsaan
Peri Kemanusiaan
Peri Ketuhanan
Peri Kerakyatan
Kesejahteraan Rakyat
Disusulkan dengan usulan tertulis dengan rumusan:
Ketuhanan Yang Maha Esa
Kebangsaan Persatuan Indonesia
Rasa Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaatan/perwakilan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
30 Mei 1945

Ki Bagus Hadikoesoemo dan KH Wachid


Hasjim

Mengusulkan Dasar Negara Islam


31 Mei 1945 Usulan Mr. Soepomo:

Diawali dengan pemaparan:


syarat berdirinya negara

Tiga teori negara, yaitu:


1. Teori perseorangan yg dianut oleh
Negara liberal di Eropa dan AS. Tokoh- tokoh aliran ini: John
Locke, Thomas Hobbes, J.J. Rousseau, H.J. Laski dll.
Negara adalah wujud kontrak sosial . Masyarakat bebas berbuat
selama tidak melanggar kontrak (hukum). Negara adalah
masyarakat hukum (legal society). Individu tidak boleh banyak
dikekang.
2. Teori kelas / golongan
Awalnya negara adalah alat kekuasaan kelas atas yang
berkuasa (kelas borjuis) untuk menindas kelas bawah (kelas
proletar).
Kelas bawah harus bersatu untuk revolusi dan merebut
kekuasaan.
Bila revolusi berhasil maka kendali ada di tangan kelas proletar.
Negara dijalankan dengan kekuasaan sentral/terpusat dan
semua hal diatur negara.
Cita-citanya: masyarakat tanpa kelas atau masyarakat komunis
(sama rata sama rasa)
3. Teori Integralistik

• Diusulkan oleh Soepomo sebagai dasar negara karena


menurutnya sesuai dengan struktur sosial masyarakat
Indonesia.
• Teori ini mengutamakan persatuan antara pemimpin dg
rakyatnya.
• Negara satu untuk semua golongan, faham. Negara satu untuk
semua orang  negara persatuan
• Teori ini berasal dari Jerman dg tokoh-tokohnya:
• Adam Muller, Spinoza, Hegel dll.
• Soepomo juga mengusulkan agar negara tidak berdasarkan
ajaran agama tertentu (menolak negara agama) karena
kebhinnekaan masyarakat Indonesia.
1 Juni 1945
Soekarno: Mengusulkan Negara
Kebangsaan yang dirumuskan dan
diberi nama Panca Sila:

Kebangsaan – Nasionalisme
Perikemanusiaan – Internasionalisme
Mufakat – Demokrasi
Keadilan Sosial
Ke-Tuhanan Yang Maha Esa
Lanjutan…

Menurut Soekarno usulannya bisa diperas


menjadi Tri Sila:
Sosio – Nasionalisme
Sosio – Demokrasi
Ke Tuhanan
Tri Sila bisa diperas lagi menjadi Eka Sila
yaitu Gotong Royong
Cuplikan Pidato Ir. Soekarno

Saudara-saudara! “Dasar-dasar Negara” telah


saya usulkan Lima bilangannya. Inikah Panca
Dharma? Bukan! Nama Panca Dharma tidak
tepat di sini. Dharma berarti kewajiban, sedang
kita membicarakan dasar. Saya senang kepada
simbolik. Simbolik angka pula. Rukun Islam lima
jumlahnya. Jari kita lima setangan. Kita
mempunyai pancaindera. Apa lagi yang lima
bilangannya?
26
Namanya bukan Panca Dharma, tetapi – saya
namakan ini dengan petunjuk seorang teman
ahli bahasa — namanya ialah Pancasila. Sila
artinya “asas” atau “dasar”, dan di atas kelima
dasar itulah kita mendirikan Negara Indonesia,
kekal dan abadi.

27
Atau, barangkali ada Saudara-saudara yang
tidak suka akan bilangan lima itu? Saya boleh
peras sehingga tinggal 3 saja. Saudara-saudara
tanya kepada saya, apakah “perasan” yang tiga
itu? Berpuluh-puluh tahun sudah saya pikirkan
dia, ialah dasar-dasarnya Indonesia Merdeka,
Weltanschauung kita. Dua dasar yang pertama,
kebangsaan dan internasionalisme –
kebangsaan dan perikemanusiaan – saya peras
menjadi satu: itulah yang dahulu saya namakan
Sosio-nasionalisme.
28
Jadi yang asalnya lima itu telah menjadi tiga:
Sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi dan
Ketuhanan. Kalau Tuan senang kepada
simbolik tiga, ambillah yang tiga ini. Tetapi
barangkali tidak semua Tuan-tuan senang
kepada Trisila ini, dan minta satu, satu dasar
saja! Baiklah saya jadikan satu, saya kumpulkan
lagi menjadi satu. Apakah yang satu itu?

29
“Gotong-royong” adalah paham yang dinamis, lebih dinamis dari
“kekeluargaan”, Saudara-saudara! Kekeluargaan adalah satu
paham yang statis, tetapi gotong-royong menggambarkan satu
usaha, satu amal, satu pekerjaan, yang dinamakan anggota
yang terhormat Soekardjo satu karyo, satu gawe. Marilah kita
menyelesaikan karyo, gawe, pekerjaan, amal ini, bersama-
sama! Gotong-royong adalah pembantingan tulang bersama,
pemerasan keringat bersama, perjuangan bantu-binantu
bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua
buat kebahagiaan semua. Holopis-kuntul-baris buat kepentingan
bersama! Itulah gotong-royong!

30
Panitia Sembilan
Beranggotakan 9 orang dengan Ir. Soekarno
sebagai ketua dan Moh. Hatta sebagai wakil
ketua
Pada tanggal 22 Juni 1945 menghasilkan
piagam Jakarta

04/21/21
04/21/21
Sidang II BPUPKI

04/21/21
14 Juli 1945

Sidang Pleno BPUPKI untuk menerima laporan


Panitia Perancang UUD yang menghasilkan 3 hal:

Pernyataan Indonesia Merdeka, diambil dari 3 alinea Piagam


Jakarta,
Pembukaan UUD, hampir seluruhnya dari alinea ke 4 Piagam
jakarta.
Batang Tubuh UUD
14 – 16 Juli 1945 sidang Paripurna BPUPKI menyatakan bahwa
Naskah Rancangan UUD diterima sidang dengan sebulat –
bulatnya.
Pembentukan PPKI
Dibentuk 9 Agustus 1945 oleh Jepang di Dalat,
Vietnam
Ketua : Ir. Soekarno
Wakil ketua : Drs. Moh. Hatta
Anggota : dr. Radjiman W
Tugas: mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
selekas-lekasnya, tergantung orang Indonesia
sendiri.
Sidang PPKI

04/21/21
Sidang I PPKI
Mengesahkan rancangan UUD sebagai UUD
negara RI
Memilih Ir. Soekarno sebagai presiden dan Drs.
Moh Hatta sebagai wakilnya
Untuk sementara waktu presiden dibantu oleh
Komite Nasional Indonesia

04/21/21
Sidang II PPKI
Menetapkan wilayah Indonesia menjadi 8
provinsi dan menunjuk gubernurnya
Menetapkan 12 departemen beserta menteri-
menterinya
Mengusulkan dibentuknya tentara kebangsaan
Pembentukan komite nasional di setiap provinsi

04/21/21
Pembentukan Provinsi pertama kali

8 Provinsi Gubernur

1. Jawa Barat Sutarjo Kartohadikusumo


2. Jawa Tengah R. Panji Suroso
3. Jawa Timur R. M. Suryo
4. Sumatera Mr. Tengku Muh. Hassan
5. Borneo Ir. Pangeran Muh. Noor
6. Sulawesi dr. GSSJ. Ratulangie
7. Maluku Mr. J. Latuharhary
8. Sunda Kecil Mr. I Gusti Ktut Puja
Sidang III PPKI

Dibentuknya Komite Nasional


Dibentuknya Partai Nasional Indonesia
Dibentuknya tentara Kebangsaan

04/21/21
RUMUSAN PANCASILA
DALAM KONSTITUSI
YG PERNAH BERLAKU
DI INDONESIA
UUD 1945
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia
Konstitusi RIS 1949
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan Sosial
UUDS 1950
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Peri Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kerakyatan
5. Keadilan sosial
FUNGSI POKOK PANCASILA

 PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA


 PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
BANGSA
 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

45
PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

DENGAN FUNGSI INI BERARTI BAHWA PANCASILA


SEBAGAI DASAR UNTUK MENGATUR DARI
PENYELENGGARAAN PEMERINTAH NEGARA.

SEMUA PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ATAU


TERTIB HUKUM YANG BERLAKU DALAM RANGKA
PENYELENGGARAAN NEGARA DALAM NEGARA
REPUBLIK INDONESIA HARUSLAH DIDASARI DAN DIJIWAI
OLEH PANCASILA, DAN TIDAK BOLEH BERTENTANGAN
ATAUPUN MENYIMPANG DARI NILAI-NILAI YANG ADA
DALAM PANCASILA.
TAP MPR Nomor III/MPR/2000
Tentang Sumber Hukum dan Tata Urutan Peraturan
Perundang-undangan

Substansi: Hasil Kajian:


Amanat TAP MPR No. I/MPR/2003:

TAP MPR RI No. III/MPR/2000 UU No. 10 Tahun 2004


UUD 1945 UUD 1945
TAP MPR
UU UU / PERPU
PERPU PP
PP
PERPRES
KEPRES
PERDA PERDA
PANCASILA SEBAGAI
PANDANGAN HIDUP
BANGSA

DENGAN FUNGSI INI SUATU BANGSA DAPAT


MEMANDANG DENGAN JELAS SERTA MEMPERGUNAKAN
ARAH DAN CARA SERTA UKURAN BAGAIMANA
MENCAPAI TUJUAN YANG DIINGINKAN SERTA DALAM
MEMECAHKAN SEMUA PERSOALAN INTERN SUATU
BANGSA (INDIVIDU-INDIVIDUNYA) MAUPUN PERSOALAN
EKSTERN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN BANGSA-
BANGSA LAIN DI DUNIA.
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA ADALAH SUATU FAHAM YANG SUDAH


JELAS-JELAS DIYAKINI KEBENARANNYA DAN
MERUPAKAN CITA-CITA SERTA TUJUAN YANG AKAN
DICAPAI OLEH SELURUH RAKYAT INDONESIA.
PANCASILA MENJADI SUATU SISTEM PEMIKIRAN YANG
LOGIS DALAM KEHIDUPAN BERMASYARAKAT,
BERBANGSA DAN BERNEGARA DARI SETIAP WARGA
NEGARA INDONESIA.
PANCASILA SEBAGAI
IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA
Pengertian Ideologi
Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti
gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos
yang berarti ilmu. Jadi secara harafiah ideologi berarti
ilmu tentang pengertian dasar, ide atau cita-cita. Cita-
cita yang dimaksudkan adalah cita-cita yang tetap
sifatnya dan harus dapat dicapai sehingga cita-cita itu
sekaligus merupakan dasar, pandangan, paham.
Ideologi yang semula berarti gagasan, ide, cita-cita itu
berkembang menjadi suatu paham mengenai
seperangkat nilai atau pemikiran yang oleh seseorang
atau sekelompok orang menjadi suatu pegangan
hidup.
50
Pengertian Ideologi

Ideologi adalah gagasan yang berisi nilai-nilai yang dijunjung


tinggi sebagai pedoman dalam bertingkah laku untuk mencapai
cita-cita
Menurut Ramlan Surbakti, ideologi adalah seperangkat gagasan
tentang kebaikan bersama yang dirumuskan dalam bentuk
tujuan yg hendak dicapai dan cara-cara yang digunakan untuk
mencapai itu
Menurut Ensiklopedi nasional Indonesia, secara umum ideologi
diartikan sebagai seperangkat pemikiran utuh yang
mengandung kaidah-kaidah yang utuh. Nilai-nilai yang dianggap
dapat memberi petunjuk mengenai apa yang baik dan apa yang
buruk bagi masyarakat tertentu
Pentingnya ideologi
bagi suatu bangsa dan negara

1. Memberikan arah yang tepat bagi tujuan yang


ingin dicapai
2. Menjadi dasar atau fondasi atas berdirinya
suatu negara
3. Sebagai pedoman untuk mengatur kahidupan
masyarakat dalam mencapai tujuan
4. Menjadi sarana pemersatu masyarakat
Makna Pancasila sebagai Ideologi Bangsa
 Makna Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia adalah
bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila itu
menjadi cita-cita normatif bagi penyelenggaraan bernegara.
Dengan kata lain, visi atau arah dari penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara Indonesia adalah terwujudnya
kehidupan yang ber-Ketuhanan, yang ber-Kemanusiaan, yang
ber-Persatuan, yang ber-Kerakyatan, dan yang ber-Keadilan.

 Pancasila sebagai ideologi nasional selain berfungsi sebagai


cita-cita normatif penyelenggaraan bernegara, nilai-nilai yang
terkandung dalam Pancasila merupakan nilai yang disepakati
bersama, karena itu juga berfungsi sebagai sarana pemersatu
masyarakat yang dapat memparsatukan berbagai golongan
masyarakat di Indonesia.

53
IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM
KEHIDUPAN BERMASYARAKAT
Sila Pertama : KETUHANAN YANG MAHA ESA
 Menjunjung tinggi dan menghormati agam dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
 Menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan Nya
 Bekerjasama antar pemeluk agama untuk membangun
kerukunan
 Saling menghormati dan kebebasan menjalankan ibadat
sesuai dengan agam dan kepercayaannya
 Tidak memaksakan suatu agam atau kepercayaan kepada
orang lain

54
Sila Kedua : KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB
• Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
kewajiban antara warga negara
• Saling mencintai sesama manusia
• Mengembangkan sikap tenggang rasa
• Tidak semena-mena kepada orang lain
• Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
• Gemar membantu orang yang membutuhkan bantuan
• Berani membela kebenaran dan keadilan
• Saling menghormati dengan bangsa lain

55
Sila Ketiga : PERSATUAN INDONESIA
• Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan serta
keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan
pribadi dan golongan
• Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
• Cinta tanah air dan bangsa dengan meningkatkan
prestasi di segala bidang
• Bangga sebagai bangsa Indonesia dengan berperilaku
baik , menguasai teknologi serta mencintai produk
dalam negeri

56
Sila Keempat : KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH
HIKMAH KEBIJAKSANAAN DALAM PERMUSYAWARA-
TAN PERWAKILAN
•Mayarakat aktif mengawasi kinerja wakil-wakilnya yang
dipilih dalam pemilu
•Menghormati setiap perbedaan pendapat dan tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain
•Mengutamakan musyawarah dalam mengambil putusan
untuk kepentingasn bersama
•Musyawarah dlakukan dengan akal sehat dan sesuai
dengan hati nurani
57
Sila Kelima : KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH
RAKYAT INDONESIA
• Bersikap adil
• Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
• Menghormati hak-hak orang lain
• Tidak melakukan perbuatan yang merugikan
kepentingan umum
• Menghargai karya orang lain
• Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang
merata dan berkeadilan sosial

58

Anda mungkin juga menyukai