Pajak
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. (Menurut Undang-Undang KUP (Ketentuan Umum Pajak) No. 28
Tahun 2007)
Pajak Penghasilan
Pajak penghasilan diartikan sebagai denda atau batata yang dikenakan kepada seseorang atau badan usaha atas hasil
yang diperoleh atas usaha atau pekerjaanya.
CIRI-CIRI PAJAK
Fungsi Anggaran
Fungsi Mengatur
Fungsi Pemerataan
Fungsi Stabilisasi
JENIS-JENIS PAJAK
1. Pajak sebesar 5% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan kurang dari Rp 50.000.000,-
per tahun.
2. Pajak sebesar 15% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan Rp 50.000.000,- s.d. Rp.
250.000.000,- per tahun.
3. Pajak sebesar 25% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan Rp 250.000.000,- s.d. Rp.
500.000.000,- per tahun.
4. Pajak sebesar 30% akan dikenakan pada warga negara yang memiliki penghasilan lebih dari Rp 500.000.000,-
per tahun.
5. Untuk warga negara yang telah bekerja yang memenuhi kriteria untuk membayar pajak tetapi tidak mempunyai
NPWP, maka ia akan dkenakan pajak 20% lebih tinggi.
RUMUS PAJAK PENGHASILAN BADAN USAHA
MENURUT UU NO. 36 TAHUN 2008 & PP TAHUN 2013 NO. 46
Omzet bruto kurang dari 4,8 miliyar rupiah per tahun, akan dikenai tarif pajak 1% x omzet bruto;
Omzet bruto dari 4,8 miliyar s.d. 50 miliyar per tahun, maka tariff perhitungan pajaknya adalah (0,25-(0,6
miliyar / omzet bruto x penghasilan kena pajak);
Omzet bruto lebih besar dari 50 miliyar per tahun, akan dihitung dengan cara mengalikan 25% x PKP.
PAJAK PENGHASILAN PASAL 21
Pajak Penghasilan Pasal 21 merupakan cara pelunasan Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan melalui
pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri
sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan sesuai dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak nomor
31/PJ/2012
WAJIB PAJAK PPh PASAL 21
Wajib Pajak:
Pegawai.
Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua, atau jaminan hari tua termasuk ahli warisnya.
Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.
Pemotong PPh Pasal 21: setiap orang pribadi atau badan yang diwajibkan oleh UU untuk memotong PPh Pasal 21.
1. Pemberi Kerja
2. Bendahara
3. Dana Pensiun
4. Orang Pribadi: Honorarium, Penyelenggara Kegiatan.
PENGHASILAN YANG DIPOTONG PPh PASAL 21
Penghasilan yang dipotong oleh PPh Pasal 21 yakni penghasilan yang diterima oleh:
1. Pegawai Tetap
2. Penerima Pensiun
3. Pemutusan Hubungan Kerja
4. Pegawai tidak tetap atau Tenaga kerja lepas
5. Imbalan kepada bukan pegawai
6. Imbalan kepada peserta kegiatan
7. Penerimaan
PPh YANG DITANGGUNG PEMERINTAH
1. PPh yang terutang atas penghasilan teratur atau gaji yang diterima oleh Pegawai Negeri Sipil.
2. PPh yang terutang atas penghasilan yang diterima oleh karyawan asing yang bekerja pada kontraktor
,konsultan, dan pemasok utama atas penghasilan yang diterima atau diperoleh karena pekerjaan yang dilakukan
dalam rangka pelaksanaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah.
3. PPh atas penghasilan pekerja pada kategori usaha tertentu.
TARIF PPh PASAL 21
1. Tarif Pasal 17 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008,
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Penghasilan kurang dari Rp 50.000.000 dikenakan tarif pajak 5%;
b. Penghasilan antara Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 dikenakan tarif pajak 15%;
c. Penghasilan antara Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 dikenakan tarif pajak 25%;
d. Penghasilan lebih dari Rp 500.000.000 dikenakan tarif pajak 30%
2. Tarif 5% (lima persen)
3. Tarif 15% (lima belas persen)
4. Tarif khusus
5. Tarif Pajak Penghasilan Pasal 21 yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
menjadi lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tariff yang ditetapkan terhadap wajib Pajak yang dapat menunjukkan NPWP.
Contoh TARIF PPh PASAL 21
Penghasilan Kena Pajak sebesar Rp75.000.000,00. Pajak Penghasilan yang harus dipotong bagi Wajib Pajak yang
memiliki NPWP adalah :
5% x Rp50.000.000,- Rp 2.500.000,00
15% x Rp25.000.000,- Rp 3.750.000,00 +
Jumlah Rp 6.250.000,00
Pajak Penghasilan yang harus dipotong jika Wajib Pajak tidak memiliki NPWP adalah :
5% x 120% x Rp50.000.000,- Rp 3.000.000,00
15% x 120% x Rp25.000.000,- Rp 4.500.000,00 +
Jumlah Rp 7.500.000,00
DASAR PENGENAAN DAN PEMOTONGAN PPh PASAL 21
Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan/dipotong atas penghasilan yang bersumber dari
Indonesia yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak (WP) luar negeri selain bentuk usaha tetap (BUT) di
Indonesia.
PPh PASAL 26
Wajib Pajak yang dimaksud adalah Wajib Pajak yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
1. Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan tidak termasuk bentuk usaha tetap;
2. Menerima penghasilan dari usaha, tidak termasuk penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas,
dengan peredaran bruto tidak melebihi Rp.4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah) dalam 1
(satu) Tahun Pajak.
PEMOTONG PPh PASAL 26
Berbeda dengan pemotongan jenis pajak lain, pemotongan PPh Pasal 26 dikenakan terhadap Wajib Pajak luar
negeri selain Bentuk Usaha Tetap. Pada ketentuan ini Subjek Pajak luar negeri selain BUT adalah:
1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia,
2. Orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka
waktu 12 (dua belas) bulan, dan
3. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia, yang dapat menerima atau
memperoleh penghasilan dari Indonesia tidak dari menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui bentuk
usaha tetap di Indonesia.
CONTOH SOAL PPh PASAL 26
Messi atlet dari Nigeria mengikuti perlombaan lari marathon di Indonesia pada mei 2007, dan berhasil merebut
hadiah sebesar US$30,000. Kurs untuk US$1 = Rp9.000 Jadi PPh Pasal 26 yang dipotong penyelenggara
kegiatan di Indonesia adalah : 20% x US$30,000 x Rp9.000 = Rp54.000.000
Badan Usaha Asing di Indonesia memperoleh penghasilan kena pajak sebesar : Rp20.000.000.000 PPh pasal 26
dihitung Sebagai Berikut : Penghasilan Kena Pajak Rp20.000.000.000 PPh Terutang : 25% x Rp20.000.000.000
( Rp5.000.000.000 ) Penghasilan Setelah Dikurangi Pajak Rp15.000.000.000 PPh Pasal 26 yang terutang 20 %
x Rp15.000.000.000 Rp3.000.000.000 NB : Seandainya Rp15M tersebut ditanam kembali di Indonesia maka
WP luar negeri tersebut tidak perlu membayar PPh Pasal 26.
Suatu perusahaan penyewaan gedung kantor, PT Cunha, mengasuransikan bangunan bertingkat ke perusahaan
asuransi di luar negeri dengan membayar jumlah premi selama tahun 1995 sebesar Rp1 Miliar. Perkiraan
penghasilan = 50% x Rp1 Miliar = Rp500.000.000,- PPh Pasal 26 yang harus dibayar = 20% x Rp500.000.000,-
= Rp100.000.000,- .