Anda di halaman 1dari 42

PENGANTAR

MEDIKASI
KELOMPOK 5 :
Cindy Shafira Putri (201101010)
Sri Hotmasito Lubis (201101032)
Rizmy Putri Adhani (201101052)
Atika Amalia Butar-Butar (201101008)
Tita Dwiaf Senda (201101040)
Sella Soviana Putri Biantara (201101190)
Aldina Syahpitri (201101004)
Adlia Hafifah (201101002)
Debora (201101072)
Alfi Syahrin Siregar (201101196)
A.Konsep DAN PRINSIP MEDIKASI

1. Pengertian medikasi

• Medikasi adalah cara utama terapi yang di programkan oleh medis untuk mengobati masalah

kesehatan atau masalah klien.Meskipun obat menguntungkan,obat bukan tanpa reaksi

merugikan.perawat harus mengetahui tentang prinsip prinsip keamanan dalam pemberian

medikasi serta penantauan hasil kasus obat(Perry,2005).

• Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai

perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan terhdap berbagai gangguan yang terjadi di dalam

tubuh(Kusyanti,2012)
2.Standar obat

Obat yang digunakan sebaiknya memenuhi berbagai standar persyaratan persyaratan obat di
antaranya:
a)Kemurnian,suatu keadaan yang dimiliki obat karena unsur keasliannya
b)Tidak ada percampuran
c)Memiliki bioavailabilitas berupa keseimbangan obat
d)Keamanan obat dan keefektivitas obat
Reaksi obat
Reaksi Obat Farmakokinetik

Proses obat memasuki tubuh dan pada akhirnya akan


keluar dari tubuh. Proses ini terdiri dari absorpsi,
distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat dari tubuh
manusia.
Ada 4 Proses Farmokokinetik

1. Arbsorpsi 3. Metabolisme
Proses zat-zat dari obat Proses diaktivasi
masuk kedalam /detoksifikasi zat-zat obat
aliran/pembuluh darah. didalam tubuh.

2. Distribusi 4. Eksrkresi
Proses pengiriman zat-zat proses mengeluarkan obat
dalam obat kepada jaringan atau zat-zat sisa
dan sel-sel target. metabolismenya dari dalam
tubuh.
Reaksi Obat Farmakodinamik

Farmakodinamik adalah proses yang


berhubungan dengan fungsi fisiologis dan
biokimia dari obat didalam tubuh.
Pemahaman tentang proses ini sangat
membantu perawat untuk mengevaluasi
efek terapeutik dan efek lainnya dari
pengobatan.
Contoh Reaksi Farkodinamik
● Reaksi ini dapat terjadi secara lokal maupun
sistemik didalam tubuh. Contohnya adalah efek
lokal terlihat terjadi pada pemberian obat topikal
pada kulit.

● Sedangkan pada pemberian obat analgesik,


efeknya akan meliputi beberapa sistem, termasuk
diantaranya yaitu sistem saraf (efek sedatif),
paru-paru (depresi pernafasan), gastrointenstinal
(konstipasi) walaupun efek yang diharapkan
adalah pereda nyeri.

● Efek medikasi dapat dimonitor melalui


perubahan klinis yang terjadi pada kondisi klien.
Dosis Obat

Dosis obat adalah jumlah atau takaran tertentu dari suatu obat yang
memberikan efek tertentu terhadap suatu penyakit atau gejala sakit.Jika
dosis terlalu rendah (under dose) maka efek terapi tidak tercapai.
Sebaliknya jika berlebih (over dose) bisa menimbulkan efek
toksik/keracunan bahkan sampai kematian.
Efek Obat
Ada 3 efek obat yang sangat perlu untuk diperhatikan oleh perawat,
yakni :

1) Efek teurapeutik
Obat memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai
kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala),
kuratif (memiliki efek pengobatan) dan lain-lain.
2) Efek samping.
Dampak yang tidak diharapkan, tidak bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat
membahayakan seperti adanya alergi, toksisitas (keracunan), penyakit nitrogenic,
kegagalan dalam pengobatan, dan lain-lain.

3) Efek toksik
Umumnya efek toksik terjadi setelah klien minum obat berdosis tinggi dalam
jangka waktu lama.
REAKSI PEMBERIAN
OBAT

Here is where your presentation begins


1. Reaksi Hipersensitivitas
Reaksi hipersensivitas terjadi bila klien
sensitif terhadap efek dari pengobatan yang
di lakukan. Hal ini dapat terjadi bila dosis
yang diberikan lebih dari kebutuhan klien
sehingga menimbulkan efek lain yang tidak
diinginkan
2. Toleransi
Toleransi adalah reaksi yang terjadi
ketika klien mengalami penurunan
respon / tidak merespon terhadap obat
yang di berikan, dan membutuhkan
penambahan dosis obat untuk mencapai
efek terapi yang diinginkan. Beberapa
zat dapat menimbulkan toleransi
terhadap obat adalah nikotin, etil
alkohol, opiat, dan barbiturat
3. Reaksi Alergi

Reaksi alergi adalah akibat dari respon imunologik terhadap


medikasi. Tubuh menerima obat sebagai benda asing,
sehingga tubuh akan membentuk antibodi untuk melawan
dan mengeluarkan benda asing tersebut. Akibatnya akan
menimbulkan gejala / reaksi alergi yang dapat berkisar dari
ringan sampai berat. Reaksi alergi yang ringan diantaranya
adalah gatal-gatal (urtikaria), pruritus, atau rhinitis, dapat
terjadi dalam hitungan menit sampai dengan 2 minggu pada
klien setelah mengkonsumsi obat
4. Toksisitas
Reaksi yang terjadi karna dosis
berlebih atau penumpukan zat dalam
darah akibat dari gangguan
metabolisme atau ekskresi.
Keracunan obat dapat mengakibatkan
kerusakan pada fungsi organ. Hal
yang umum terjadi adalah (hepar),
imunotoksisitas (sistem imun), dan
kardiotoksisitas (jantung)
5. Interaksi Antar Obat (reaksi
inkompabilitas obat)

Hal ini terjadi ketika efek dari suatu obat terganggu akibat
adanya obat lain atau makanan yang mempengaruhi kerja
obat di dalam tubuh. Interaksi ini dapat berbentuk saling
menguatkan efek terapi dari obat atau saling bertentangan
dengan efek terapi. Kadang-kadang makanan juga dapat
mempengaruhi reaksi obat, contohnya adalah deaktivitas
antibiotik tetrasiklin akibat makanan yang berasal dari
produk susu
PRINSIP BENAR
DALAM
PEMBERIAN
OBAT
PERSIAPAN PEMBERIAN OBAT

BENAR BENAR
BENAR OBAT BENAR RUTE
PASIEN DOSIS

BENAR PENDIDIKAN
BENAR BENAR KESEHATAN
WAKTU DOKUMENTASI PERIHAL MEDIKASI
KLIEN
7 HAL BENAR DALAM PEMBERIAN OBAT
1. Benar Pasien, Obat yang akan diberikan hendaknya benar pada pasien yang

diprogramkan dengan cara mengidentifikasi kebenaran obat dengan mencocokkan nama,

nomor register, alamat dan program pengobatan pada pasien.

2. Benar Obat, Sebelum mempersiapkan obat ketempatnya perawat harus memperhatikan

kebenaran obat sebanyak 3 kali yaitu ketika memindahkan obat dari tempat penyimpanan

obat, saat obat diprogramkan, dan saat mengembalikan ketempat penyimpanan.

3. Benar Dosis, Untuk menghindari kesalahan pemberian obat, maka penentuan dosis

harus diperhatikan dengan menggunakan alat standar seperti obat cair harus dilengkapi

alat tetes, gelas ukur, spuit atau sendok khusus, alat untuk membelah tablet dan lain-lain

sehingga perhitungan obat benar untuk diberikan kepada pasien.


7 hal benar dalam pemberian obat
4. Benar Rute, Cara pemberian obat yaitu metode atau rute memberikan obat yang disesuaikan

dengan jenis obat, efek obat yang diharapkan dan keadaan pasien. 

5. Benar Waktu, Pemberian obat harus benar-benar sesuai dengna waktu yang dprogramkan ,

karena berhubungan dengan kerja obat yang dapat menimbulkan efek terapi dari obat.

6. Benar Dokumentasi, Pendokumentasian harus sesuai dengan apa yang telah

diimplementasikan beserta reaksi setelah obat diberikan

7. Benar Pendidikan Perihal Kesehatan, Perawat harus memberikan penjelasan tentang

prosedur, fungsi dan efek dari pemberian obat dengan benar.


TEKNIK PEMBERIAN OBAT
1. ORAL
Adalah rute pemberiannya umum dan banyak dipakai, karena
ekonomis,nyaman dan aman. Obat dapat diabsorpsi melalui rongga mulut
(sublingual atau bukal) seperti tablet ISDN. Memberikan obat jenis ini, bungkus
kapsul jangan dibuka, jangan dikunyah dan beritahu pasien untuk tidak minum
antasida atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat. 
2. Parenteral
Parenteral berarti pemberian obat diluar usus atau
tidak melalui saluran cerna. Obat dapat diberikan
melalui intracutan, subcutan, intramusculer dan
intravena.
3. Topikal
Topikal yaitu pemberian obat melalui kulit atau membran mukosa.
Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata. 

CREDITS: This presentation template was created by


Slidesgo, including icons by Flaticon, and
infographics & images by Freepik.
Please keep this slide for attribution.
4. Rektal
Diberi berupa enema atau supositoria
yang akan mencair pada suhu badan.
Pemberiannya dilakukan untuk
memperoleh efek lokal seperti konstipasi
(dulcolax supp), hemoroid (anusol), pasien
tidak sadar/kejang (stesolid supp) dan
memiliki efek yang lebih cepat
dibandingkan pemberian obat dalam
bentuk oral,namun tidak semua obat
disediakan dalam bentuk supositoria.
5. Inhalasi
Pemberian obat melalui saluran
pernafasan untuk absorpsi yang sangat
luas dan pemberian obat secara lokal
pada salurannya, misalnya salbotamol
(ventolin), combivent, berotek untuk
asma, atau dalam keadaan darurat
misalnya terapi oksigen. 
Macam-Macam
Medikasi
1. Macam-macam jenis obat

a. Obat Bebas c. Obat Keras

Obat Narkotika dan


b. Obat Bebas Terbatas d. Psikotropika
a. Obat Bebas

  Obat bebas adalah obat yang dapat dibeli tanpa resep


dokter. Pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam,
mengelilingi bulatan berwarna hijau. Dalam obat disertai
brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat,
indikasi , dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor
registrasi, nama dan alamat pabrik serta cara
penyimpanannya.
b. Obat Bebas Terbatas
Obat yang digunakan untuk mengobati penyakit ringan yang dapat dikenali oleh
penderita sendiri. Obat bebas terbatas termasuk obat keras dimana pada setiap takaran
yang digunakan diberi batas dan pada kemasan ditandai dengan lingkaran hitam
mengelilingi bulatan berwarna biru serta sesuai dengan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan No. 6355/Dirjen/SK/69 tanggal 5 November 1975 ada tanda peringatan P.
No.1 sampai P.No.6 dan harus ditandai dengan etiket atau brosur yang menyebutkan
nama obat yang bersangkutan, daftar bahan berkhasiat serta jumlah yang digunakan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, nomor registrasi, nama dan alamat produsen, petunjuk
penggunaan, indikasi, cara pemakaian, peringatan serta kontraindikasi.
c. Obat keras

Obat keras adalah obat yang hanya boleh diserahkan dengan resep dokter,
dimana pada bungkus luarnya diberi tanda bulatan dengan lingkaran hitam dengan
dasar merah yang didalamnya terdapat huruf "K" yang menyentuh lingkaran hitam
tersebut. Termasuk juga semua obat yang dibungkus sedemikian rupa yang digunakan
secara parenteral baik dengan cara suntikan maupun dengan cara pemakaian lain
dengan jalan merobek jaringan.

d. Obat Narkotika dan Psikotropika


• Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun
semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang
dibedakan kedalam golongan-golongan.

• Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang berkhasiat
psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas
pada aktivitas mental dan perilaku.
Macam-macam bentuk obat
a) Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk
pemakaian oral atau untuk pemakaian luar.
b) Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang sama, dibungkus
menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum.
c) Tablet (Compressi)
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam bentuk tabung pipih
atau sirkuler kedua permukaan rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa bahan tambahan.
d) Pilulae (PIL)
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung bahan obat dan
dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah jarang ditemukan karena tergusur
tablet dan kapsul. Masih banyak ditemukan pada seduhan jamu.
e) Kapsulae(Kapsul)
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak
yang dapat larut.
f) Solutiones (Larutan)
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang dapat
larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-bahannya, cara peracikan
atau penggunaannya, tidak dimasukkan dalam golongan produk lainnya (Ansel).
g) Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut terdispersi
dalam fase cair.
h) Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam sistem dispersi,
fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan merata dalam fase cairan
lainnya, umumnya distabilkan oleh zat pengemulsi
i) Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari hewan atau
tumbuhan yang disari.
j) Extractum
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat dari simplisia
nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, , kemudian
semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa
diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
k) Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi simplisia nabati
dengan air pada suhu 90oC selama 15 menit.
l) Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang diperoleh dari
serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat menetralkan toksin kuman (bisa
ular) dan mengikat kuman/virus/antigen.
m) Unguenta (Salep)
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal
pada kulit atau selaput lendir. as atau lunak yang dapat larut.
n) Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh, melunak
atau melarut pada suhu tubuh.
o) Guttae (Obat Tetes)
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan u
p) Injectiones (Injeksi)
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk
yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu sebelum digunakan,
yang disuntikkan dengan cara merobek jaringan ke dalam kulit atau
melalui kulit atau selaput lendir. Untuk obat dalam atau obat luar.
PROSEDUR
PEMBERIAN
MEDIKASI
1. Prosedur pemberian obat
Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam keperawatan merupakan bagian dari

tindakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang dilaksanakan secara rutin.

Perawatan melakukan fungsi kolaboratif dalam memberikan tindakan pengobatan

secara medis (terapi medis). Prosedur dan pemeriksaan khusus dalam bab ini meliputi

pemberian obat, pengambilan darah untuk bahan pemeriksaan dan menetapkan

golongan darah. Pemberian obat pada pasien terdiri dari beberapa cara, yaitu:
• 1. Melalui oral (Mulut), merupakan cara yang paling mudah dan umum dipakai. Biasanya menggunakan obat
jenis seperti tablet ataupun sirup.

• 2. Parenteral, yaitu melalui suntikan.

• 3. Rectal (anus), dengan cara meregangkan glutea dengan tangan kiri kemudian memasukkan obat jenis
sippositoria (yang biasa digunakan) ke dalam rectal, sfingter anal internal mengenai dinding rektal lebih
kurang 10cm.

• 4. Vagina (wanita), hampir sama seperti rectal, sebelum memasukkan obat inspeksikan terlebih dahulu.
Kemudian regangkan labia minora dengan tangan kiri dan masukkan obat sepanjang dinding kanal vaginal
posterior lebih kurang 7,5 – 10cm untuk ukuran orang dewasa.

• 5. Kulit, biasanya menggunakan obat salep.

• 6. Mata, dengan cara meneteskan obat tetes mata sesuai prosedur.

• 7. Telinga, sama seperti pemberian obat pada mata. Namun pemberian obat ini lebih disarankan dengan posisi
berbaring ke salah sat sisi

• 8. Hidung, jenis obat untuk proses ini ada jenis spray dan tetes. Dengan cara mengarahkan kepala ke belakang
atas, kemudian berikan obatnya.
DIAGNOSIS

KESIMPULAN SARAN
Obat dapat diberikan dengan berbagai cara Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan
disesuaikan dengan kondisi pasien dan sesuai dosis adalah salah satu tanggung jawab penting
dengan prinsip dalam pemberian obat. Dalam bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan
pemberian obat ada hal-hal yang perlu perawatan dan proses penyembuhan yang
diperhatikan, yaitu indikasi dan kontra indikasi dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti
pemberian obat. Sebab ada jenis-jensi obat hal nya rumah sakit dan puskesmas. Meskipun
tertentu yang tidak bereaksi jika diberikan obat bermanfaat bila digunakan sesuai dengan
dengan cara yang salah. dosis serat aturan paki , namun bukan berarti
tanpa reaksi yang merugikan.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai