Anda di halaman 1dari 19

KADUNCI, SE, MSi

1. TARIF SEBANDING/PROPORSIONAL
Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap
berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang
proporsional terhadap besarnya nilai yang
dikenai pajak.
Contoh:
Dasar Pengenaan Pajak yang terhutang
Rp. 1.000.000,- Rp. 100.000,-
Rp. 2.000.000,- Rp. 200.000,-
Tarif berupa jumlah yang tetap (sama)
terhadap berapapun jumlah yang dikenai
pajak sehingga besarnya pajak yang terutang
tetap.
Contoh: Bea Materai untuk cek dan bilyet giro
yang dikenakan bea materai Rp.
6000,-
Tarif pemungutan pajak dengan prosentase pemungutan yang semakin
meningkat dengan semakin besarnya jumlah yang dikenakan pajak.
 
Menurut kenaikan prosentase tarifnya, tarif progresif dibagi:
A. TARIF PROGRESIF PROPORSIONIL: Tarif pemungutan pajak dengan
prosentase yang naik dengan semakin besarnya jumlah yang digunakan
sebagai dasar pengenalan pajak, kenaikan prosentase setiap jumlah
terentu adalah tetap.

Contoh:
Jumlah yang kena pajak Tarif Kenaikan Tarif
Rp. 1,00 s/d Rp. 200.000,00 10%
Rp. 200.001,00 s/d Rp. 400.000,00 11% 1,0%
Rp. 400.001,00 s/d Rp. 700.000,00 12% 1,0%
Rp. 700.001,00 s/d Rp. 1.000.000,00 13% 1,0%
Tarif pemungutan pajak denganprosentase yang naik
dengan semakin besarnyajumlah yang digunakan
sebagai dasar pajak, namun kenaikan prosentase
untuk setiap jumlah tertentu setiap kali menurun.

Contoh:
Jumlah yang kena pajak Tarif Kenaikan Tarif
Rp. 1,00 s/d Rp. 200.000,00 10 % -
Rp. 200.001,00 s/d Rp. 400.000,00 12,5% 2,5%
Rp. 400.001,00 s/d Rp. 700.000,00 14,5% 2,0%
Rp. 700.001,00 s/d Rp. 1.000.000,00 16 % 1,5%
 
Tarif pemungutan pajak denganprosentase yang naik dengan
semakin besarnyajumlah yang digunakan sebagai dasar
pajak, dan kenaikan prosentase untuk setiap jumlah tertentu
setiap kali naik.

Contoh:
Jmlh yg kena pajak Tarif Kenaikan Tarif
Rp.1,00 s/d Rp.200.000 10% -
Rp. 200.001,00 s/d Rp.400.000 11% 1,0%
Rp. 400.001,00 s/d Rp.700.000 12,5% 1,5%
Rp. 700.001,00 s/d Rp. 1.000.000 14,5% 2,0%
Tarif pemungutan pajak dengan menggunakan
prosentase yang semakin kecil dengan semakin
besarnya jumlah yang digunakan sebagai dasar
pengenaan pajak.
Contoh:
Jmlh kena pajak % tarif Pajak yg terhutang

Rp. 200.000,00 10% Rp. 20.000,00


Rp. 300.000,00 9% Rp. 27.000,00
Rp. 500.000,00 8% Rp. 40.000,00
 Pertama, perubahan dalam UU Pajak
Penghasilan (PPh). Perubahan regulasi ini
bukan hanya memangkas tarif pajak badan
dari 25% menjadi 20%. Perubahan sistem
pajak dari berbasis worldwide menjadi
berbasis territorial juga manjadi perubahan
besar dari UU PPh.
 Terkait dengan pemangkasan tarif,
pemerintah akan melakukannya secara efektif
pada 2021. Sri Mulyani juga menjanjikan tarif
pajak serupa dengan Singapura, yaitu sebesar
17%, untuk perusahaan terbuka.
 Kedua, Penghapusan PPh atas dividen dari
dalam negeri dan luar negeri. Kebijakan ini
berlaku apabila dividen diinvestasikan
kembali di wilayah NKRI.
 Ketiga, sistem pajak akan berubah
dari worldwide menjadi territorial untuk wajib
pajak orang pribadi.
Rezim pajak territorial ini berlaku untuk baik
untuk WP OP dalam negeri dan WP OP asing
dengan masa tinggal lebih dari 183 hari.
 Keempat, relaksasi sanksi administratif bagi
wajib pajak. Sri Mulyani menyatakan sanksi
2% per bulan yang berlaku saat ini sangat
memberatkan wajib pajak karena secara
akumulasi nilainya melebihi suku bunga
konvensional di lembaga keuangan.
Rencananya tarif sanksi akan diturunkan
menjadi 1%.
 “Kami susun bagaimana sanksi administrasi

perpajakan didesain ulang agar kepatuhan


pajak jadi jauh lebih mudah dan lebih logis
untuk patuh dibanding kalau mereka tidak
patuh,” .
 Kelima, relaksasi diberikan terkait pajak
pertambahan nilai (PPN). Pemerintah akan
membuka ruang bagi pelaku usaha untuk
bisa melakukan pengkreditan untuk barang
yang dikecualikan atau bukan merupakan
objek pajak.
 Adanya kebijakan penurunan tarif PPh Badan
secara bertahap yang dirumuskan dalam
RUU Omnibus Law Perpajakan, yaitu tarif PPh
badan menjadi 22% untuk tahun pajak 2021
dan 2022 serta menjadi 20% mulai tahun
2023.
 Implikasinya, tentu saja tarif pajak efektif

atas perseroan dikaitkan dengan pemegang


saham orang pribadi di Indonesia juga akan
semakin rendah. Dari 32,5% sebagaimana
yang berlaku saat ini, menjadi 22% untuk
tahun pajak 2021 dan 2022. Kemudian,
menjadi 20% mulai tahun pajak 2023.
A. OFFICIAL ASSESMENT SYSTEM
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh wajib pajak.
 
B. SELF ASSESMENT SYSTEM
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya
pajak yang terutang.
 
C. WITH HOLDING SYSTEM
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak
yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya pajak
yang terutang oleh wajib pajak.
 
A. DILIHAT DARI STELSELNYA, MAKAPADA
PRINSIPNYA STELSEL NYATA, TETAPI DLM
PRAKTEK PELAKSANANNYA STELSEL
CAMPURAN

B. DILIHAT DARI AZASNYA, MAKA WP DALAM


NEGERI DITERAPKAN AZAS DOMISILI, UNTUK
WP LUAR NEGERI DITERAPKAN AZAS SUMBER
DAN UNTUK BADAN DAN ORANG ASING
DIRETAPKAN AZAS KEBANGSAAN
1. SAMPAI DENGAN TAHUN 1967: OFFICIAL
ASSESMENT SYSTEM

2. TAHUN 1968 S.D. 1983: SEMI SELF


ASSESMENT SYSTEM DAN WITH HOLDING
SYSTEM

3. TAHUN 1983 S.D. SEKARANG, FULL SELF


ASSESMENT SYSTEM
1. PEMBAYARAN, KARENA PEMBAYARAN KE
KAS NEGARA
2. KOMPENSASI, APABILA WP MEMPUNYAI
TAGIHAN BERUPA KELEBIHAN PEMBAYARAN
PAJAK
3. DALUARSA, SETELAH LAMPAU WAKTU 10
THN TERHITUNG SEJAK SAAT
TERHUTANGNYA PAJAK
4. PEMBEBASAN, TIDAK DIBERIKAN THP POKOK
PAJAKNYA, TETAPI THP SANKSI
ADMINISTRASI
5. PENGHAPUSAN, DIBERIKANYA KARENA
KEADAAN WP

Anda mungkin juga menyukai