Anda di halaman 1dari 59

“PERNIKAHAN DALAM ISLAM”

ALUR PEMBELAJARAN
MEMILIH
CALON
ISTRI
PRA-NIKAH
MEMILIH
AL-QUR’AN CALON
& HADITS SUAMI

PASCA- MASALAH
NIKAH KELUARGA
APA ITU PRA-NIKAH
 Pranikah berasal dari 2 kata yaitu “pra” dan “
nikah”,“pra” berarti awalan yang bermakna sebelum.
Arti kata “nikah” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia di persamakan artinya dengan “kawin”.
Pranikah adalah Masa sebelum adanya perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
dengan resmi menurut undang-undang perkawinan
agama maupun pemerintah.
KONSEP PENDIDIKAN PRA-NIKAH DALAM ISLAM

Memili
h Calon
Suami
KELUARGA
Sakinah,
Mawaddah
dan Rahmah
Memili
h Calon
Istri
ARTINYA : “WANITA-WANITA YANG KEJI ADALAH UNTUK LAKI-LAKI YANG KEJI, DAN LAKI-LAKI YANG KEJI
ADALAH BUAT WANITA-WANITA YANG KEJI (PULA), DAN WANITA-WANITA YANG BAIK ADALAH UNTUK LAKI-
LAKI YANG BAIK DAN LAKI- LAKI YANG BAIK ADALAH UNTUK WANITA-WANITA YANG BAIK (PULA). MEREKA
(YANG DITUDUH) ITU BERSIH DARI APA YANG DITUDUHKAN OLEH MEREKA (YANG MENUDUH ITU). BAGI
MEREKA AMPUNAN DAN REZKI YANG MULIA (SURGA)”. (Q.S AN-NUR : 26)
 
[1034] AYAT INI MENUNJUKKAN KESUCIAN 'AISYAH R.A. DAN SHAFWAN DARI SEGALA TUDUHAN YANG
DITUJUKAN KEPADA MEREKA. RASULULLAH ADALAH ORANG YANG PALING BAIK MAKA PASTILAH WANITA
YANG BAIK PULA YANG MENJADI ISTRI BELIAU.
CONTOH :
WANITA YAN G TAAT
BERIBADAH, AKAN
BERSAMA LAKI-LAKI
YANG TAAT
BERIBADAH PULA.
WANITA YANG KAYA, Laki-laki Wanita
AKAN BERSAMA LAKI- yang Baik yang Baik
LAKI YANG KAYA
PULA.

LAKI-LAKI YAN G TIDAK


TAAT BERIBADAH, AKAN
BERSAMA WAN ITA YANG
TIDAK TAAT BERIBADAH
Wanita Laki-laki PULA.
yang Keji yang Keji LAKI-LAKI YAN G TIDAK
BERPENDIDIKAN, AKAN
BERSAMA WAN ITA YANG
TIDAK BERPENDIDIKAN
PULA.
INTROPEKSI PRA-NIKAH
=Ilmu: Berpengetahuan dan
Ilmu Berpendidikan
= Ibadah: Mendekatkan diri
kepada Allah SWT dan
menjalankan sunnah Rasul.
INTROPEKS = Amal: Bertutur kata dan
I DIRI berprilaku dengan baik.
SENDIRI

Ama
Ibadah
l
KRITERIA MEMILIH PASANGAN UNTUK LAKI-LAKI

Rasulullah Shallalahu „Alaihi Wasalam menegaskan empat kriteria


utama yang harus dipertimbangkan oleh seorang laki laki dalam
memilih seorang perempuan untuk dijadikan istri.
ُ‫ تُ ْن َك ُح ا ْل َم ْرأَة‬:‫سلَّ َم قَا َل‬
َ ‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو‬ َ ‫ض َى هللاُ َع ْنهُ َع ِن النَّبِى‬ ِ ‫َعنْ أَبِ ْي ُه َر ْي َرةَ َر‬
‫أِل َ ْربَ ٍع‬:
‫ (متفق‬.‫ت ال ِّد ْي ِن تَ ِربَتْ يَ َدا َك‬ ِ ‫ فَا ْظفَ ْر بِ َذا‬،‫ َولِ ِد ْينِ َها‬،‫ َولِ َج َمالِ َها‬،‫سبِ َها‬
َ ‫ َو لِ َح‬،‫لِ َمالِ َها‬
)‫عليه‬
“Dari Abu Hurairah ra. Bahwa Nabi SAW bersabda: “Seorang wanita dinikahi karena
empat perkara: (1) karena hartanya, (2) karena keturunannya, (3) karena
kecantikannya, (4) karena agamanya. Karena itu nikahilah (wanita) karena
agamanya, niscaya engkau bahagia.” (HR. Muttafaq ‘Alaih dan tujuh Imam lainnya).
HART
A

AGAM WANIT NASA


A A B

UTAMAK CANTI
AN K

LAKI-LAKI MENYUKAI WANITA ATAS DASAR 4 INI, NAMUN MAYORITAS


DI ERA MELENIAL INI, LAKI-LAKI CENDERUNG MEMILIH WANITA YANG
CANTIK, KAYA DAN BERWIBAWA. PADAHAL KECANTIKAN AKAN SIRNA
PADA MASANYA, HARTA AKAN HABIS PADA WAKTUNYA DAN
KEMULIAAN AKAN TIADA TANPA AKHLAKNYA.
KRITERIA MEMILIH PASANGAN UNTUK WANITA
Islam telah meletakkan dasar-dasar serta prinsip-prinsip yang jelas dalam
memilih calon suami. Sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu „Alaihi
Wasalam:
ِ ‫ إِالَّ تَ ْف َعلُوا تَ ُكن فِ ْتنَةٌ ِفى ْاألَ ْر‬،ُ‫ض ْو َن ِدينَهُ َو ُخلُقَهُ فَ َز ِّو ُجوه‬
‫ض‬ َ ‫إِ َذا أَتَا ُك ْم َمن تَ ْر‬
‫يض‬
ٌ ‫سا ٌد َع ِر‬َ َ‫َوف‬
‫رواه التر مدى وابن ماﺟﻪ‬
Artinya:”Apabila ada seorang laki-laki yang kamu ridhai agama dan
akhlaknya datang meminang anak perempuanmu, maka nikahkanlah
dia. Apabila engkau tidak menikahkannya, niscaya akan terjadi fitnah di
muka bumi dan kerusakan yang meluas”. (Hadits Riwayat at-Tirmidzi
dan Ibnu Majah)
Ciri-ciri orang sholeh :
1. Taat ber’agama
2. Berakhlak mulia
3. Bertanggungjawab
4. Semangat berjihad
AGAM AKHL 5. Selalu menjauhi maksiat
A AK 6. Semangat menuntut ilmu
7. Sabar dan ikhlas
8. Amanah
SHOLE
9. Disiplin waktu
H
10. Tidak boros
11. Bergaul dengan orang-orang baik
12. Memiliki cinta dan kasih sayang
13. Dll
ALUR PEMBELAJARAN PROSES MENIKAH

Proses
Menikah

Ta’aruf Khitbah Mahar


Proses pernikahan, mulai dari ta‟aruf, kitbah, akad nikah, mahar, dan
walimah
1. TA’ARUF
Ta’aruf merupakan proses perkenalan atau biasa dikenal
dengan istilah masa penjajakan antara seorang laki-laki
dan perempuan yang akan mengukuhkan hubungan
mereka selanjtnya ke jenjang pernikahan yang suci.
Ta‟aruf maksudnya adalah upaya (Ikhtiar) untuk lebih
saling mengenal dan menjajaki kecocokan masing-
masing sehingga hubungan mereka (laki-laki dan
perempuan) dapat dilanjutkan pada proses yang lebih
lanjut.
Cara yang baik dan benar dalam
Calon ta‟aruf ialah di tempuh dengan
Ta’aruf
Suami/Istri tanpa “berpacaran” meskipun
dibingkai dalam bentuk yang
Islami. Namun demikian, masih
diperkenankan untuk saling
bertatap muka dan saling
Ustad/ Guru/ mengenali agar tidak timbul
Istikhoroh
Orang Tua kekecewaan dikemudian hari.
Proses ini juga harus diimbangi
dengan istikharah untuk
memohon kemantapan hati, dan
musyawarah dengan pihak yang
Khitbah terpercaya misalnya keluarga.
PACARAN “NO!!!” MENIKAH “YES!!!”

Hayooo siapa yang


pacaran ???
VISI
“Masa ta’aruf,
merupakan
masa
pencocokan dan
TA’ARU kesesuaian dari
EKONOMI SOSIAL
F pihak laki-laki
kepada pihak
perempuan”
PENDIDIKA
N
2. KHITBAH

Khitbah maknanya meminta seorang wanita untuk


menikah. Apabila permintaan seorang laki-laki
dikabulkan, khitbah ini tidak lebih dari sebuah janji
untuk menikah. Dengan demikian, wanita itu masih
berstatus orang asing baginya hingga akad nikah
dilangsungkan. Khitbah bukanlah syarat sah nikah,
akan tetapi biasanya khitbah merupakan salah satu
sarana untuk menikah.
Khitbah atau lamaran bisa
dilakukan oleh laki-laki secara
langsung maupun dengan
Khitbah perantara pihak lain yang
Ta’aruf
dipercaya sesuai dengan
Mahar ketentuan agama.
Khitbah itu sendiri masih harus
Pra- dijawab “ya” atau “tidak”. Bila
Akad telah dijawab “ya”, maka jadilah
wanita tersebut sebagai
“makhthubah”, atau wanita yang
telah resmi dilamar.
WANITA MELAMAR LAKI-LAKI ?????
Dari Tsabit, ia berkata, “kami duduk bersama dengan anas bin
malik yang disebelahnya ada seorang anak perempuannya”. Lalu
Anas berkata, “datanglah seorang perempuan kepada Nabi SAW,
lalu ia menawarkan dirinya kepada beliau”, kemudian
perempuan itu berkata, “wahai Rasulullah maukah tuan
mengambil diriku ? Kemudian anak perempuan Anas
menyeletuk, “betapa tidak malunya perempuan itu !”, lalu Anas
mejawab, “perempuan itu lebih baik daripada kamu”. Ia
mengeinginkan Rasulullah, karena itu ia menawarkan dirinya
kepada beliau”. (H.R Ibnu Majah)
3. MAHAR (MASKAWIN)

Berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi)


sebagai pemberian dengan penuh kerelaan. Kemudian jika
mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu
dengan senang hati, maka makanlah (ambillah) pemberian itu
(sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya. (Q.S An-
Nisa : 4)
PENGERTIAN MAHAR (MASKAWIN)

Mahar atau maskawin adalah suatu benda yang


wajib diberikan oleh seorang laki-laki (calon
suami) kepada seorang perempuan (calon istri).
Mahar biasanya disebutkan dalam akad nikah
sebagai pernyataan persetujuan antara laki-laki
dan perempuan untuk hidup bersama sebagai
suami-istri. Mahar diberikan secara langsung
kepada calon mempelai wanita sebagai hak
pribadi sepenuhnya.
Nabi menjelaskan bahwa mahar tidaklah harus mewah, di jelaskan
dalam hadits Nabi Muhammad SAW :
‫ﺧﻴﺮﺍﻟﺼﺪﺍﻕﺃﻳﺴﺮﻬﻦ‬

Artinya: Rasulullah SAW. bersabda ‚ “Sebaik-baik mahar adalah


yang paling mudah”.
Hadits ini mengingatkan bahwa tujuan mahar tersebut bukanlah
untuk bahan pameran kepada keluarga atau tamu undangan.
Tujuan mahar utamanya adalah untuk memuliakan wanita.
Sehingga jika memang tidak memungkinkan dengan harga yang
tinggi, maka pihak perempuan harus mengerti keadaan calon
suaminya. Mahar tersebut tidak harus berupa uang, bisa saja
berupa jasa seperti mengajari bacaan Al-Qur’an atau jasa lainnya.
WANITA MEMBAWA KEBERKAHAN
Dan menjadi keberkahan jika perempuan mampu
mempermudah jakannya prosesi nikahnya, termasuk
urusan mahar yang tidak memberarkan. Hadits dari
Urwah, dai Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW
bersabda :
“Termasuk berkahnya seorang wanita, yang mudah
khitbahnya (melamarnya), yang mudah maharnya, dan
yang mudah memiliki keturunan”.
3 HAL YANG HARUS DIPERSIAPKAN SEBELUM MENIKAH

ILMU

MENTA EKONO
L MI
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya”. (An-Nisa : 3)
Q.S AN-NISA AYAT 3

1. Berlaku adil ialah perlakuan yang adil dalam meladeni


isteri seperti pakaian, tempat, giliran dan lain-lain
yang bersifat lahiriyah.
2. Islam memperbolehkan poligami dengan syarat-syarat
tertentu. sebelum turun ayat ini poligami sudah ada,
dan pernah pula dijalankan oleh Para Nabi sebelum
Nabi Muhammad s.a.w. ayat ini membatasi poligami
sampai empat orang saja.
HADITS TENTANG ANJURAN MENIKAH

‫ يَا‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬


َ ِ‫ قَا َل لَنَا َرس ُْو ُل هللا‬:‫ض َى هللاُ َع ْنهُ قَا َل‬ ِ ‫َع ْن َع ْب ِد‬
ِ ‫هللا ب ِْن َم ْسع ُْو ٍد َر‬

ِ ْ‫ص ُن ِل ْلفَر‬
،‫ج‬ َ ْ‫ َوأَح‬،‫ص ِر‬
َ َ‫ فَإِنَّهُ أَ َغضُّ ِل ْلب‬، ْ‫طا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَآ َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوج‬ ِ ‫َم ْع َش َر ال َّشبَا‬
َ َ‫ب َم ِن ا ْست‬

)‫ (متفق عليه‬.‫ فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجآ ٌء‬،‫َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالص َّْو ِم‬
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a dia berkata: Rasulullah SAW
bersabda kepada kami, “Wahai kaum muda, siapa di antara kalian
yang telah mampu (mempunyai biaya pernikahan) hendaklah ia
menikah. Sesungguhnya pernikahan lebih bisa menjaga pandangan
dan memelihara kemaluan. Siapa yang tidak mampu (tidak
memilikinya) maka hendaklah ia berpuasa. Sesungguhnya puasa
merupakan perisai baginya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih) .
LANJUT…

‫ هل تز ّوجت؟ قلت‬:‫ قال لي ابن عبّاس‬:‫وعن سعيد بن جبير قال‬:


ْ ‫) رواه‬.‫فان خير هذه ْال ّمة أكثرها نساء‬
ّ ‫أحدوالبخار‬
‫ي‬ ّ ‫ تز ّوج‬:‫ قال‬,‫ال‬

Dari Sa'id bin Jubair, dia berkata: "Ibnu Abbas pernah bertanya
kepadaku: "Apakah kamu telah menikah?". Aku menjawab:
"Belum". Ibnu Abbas berkata: "Menikahlah, karena
sesungguhnya sebaik-baiknya ummat ini adalah yang paling
banyak kaum wanitanya". (HR. Ahmad dan Al-Bukhari).
PENGERTIAN MENIKAH
Menurut Agama Islam
Pernikahan menurut istilah, yaitu perjanjian (akad) antara seorang
pria dan wanita yang bukan muhrim sebagai suami istri. Menurut
Sayuti Thalib, nikah ialah perjanjian suci membentuk keluarga
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Menurut Undang-undang
Dalam pasal 1 Bab I Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan;
"Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
HUKUM MENIKAH
WAJIB

SUNNA
HARAM
H

MAKRU
H MABAH
 Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah, dan
khawatir terjerumus kedalam kemaksiatan.
 Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah (baik
fisik, mental maupun biaya, tetapi tidak khawatir terjerumus
kedalam kemaksiatan karena mampu menjaga dirinya.
 Mubah, artinya diperbolehkan. Mubah merupakan asal hukum
pernikahan.
 Makruh, yaitu bagi orang yang belum mempunyai kemampuan
untuk menikah, tetapi memaksakan diri untuk menikah.
 Haram, yaitu bagi orang yang menikah karena dorongan hawa nafsu
belaka, ingin mengeruk keuntungan materi, atau hanya untuk
mempermainkan orang lain.
RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun adalah
“yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”.
Dalam terminologi fikih, rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu, di mana ia merupakan bagian
integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain rukun adalah
penyempurna sesuatu, di mana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.
Adapun rukun dan syarat nikah sebagai berikut: sebagaimana diketahui
bahwa menurut UU No 1/1974 Tentang Pernikahan Bab: 1 pasal 2
ayat 1 dinyatakan, bahwa pernikahan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya.
LANJUT…
Bagi ummat Islam, pernikahan itu sah apabila dilakukan
menurut hukum pernikahan Islam, Suatu akad pernikahan
dipandang sah apabila telah memenuhi segala rukun dan
syaratnya sehingga keadaan akad itu diakui oleh hukum
syara'. Rukun akad pernikahan ada lima, yaitu:
1) Adanya calon suami;
2) Adanya calon Isteri;
3) Adanya wali;
4) Adanya dua orang saksi laki-laki; dan
5) Adanya Ijab dan Qabul.
SYARAT PERNIKAHAN
Muhammad Abu Zahrah, asy-syarth (syarat) adalah sesuatu yang
menjadi tempat bergantung wujudnya hukum. Tidak adanya syarat
berarti pasti tidak adanya hukum, tetapi wujudnya syarath tidak
pasti wujudnya hukum. Adapun syarat nikah :
a. Syarat-syaratnya calon suami:
1) Beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3) Tertentu orangnya, 4)
Tidak sedang berihram haji/umrah, 5) Tidak mempunyai isteri
empat, termasuk isteri yang masih dalam menjalani iddah thalak
raj'iy, 6) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan
mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam menjalani
iddah thalak raj'iy 7) Tidak dipaksa, 8) Bukan mahram calon isteri.
LANJUT…
b) Syarat-syaratnya calon istri:
1) Beragama Islam, atau Ahli Kitab, 2) Jelas ia perempuan, 3) Tertentu
orangnya, 4) Tidak sedang berihram haji/umrah, 5) Belum pernah disumpah
li'an oleh calon suami, 6) Tidak bersuami, atau tidak sedang menjalani iddah
dari lelaki lain, 7) Telah memberi izin atau menunjukkan kerelaan kepada
wali untuk menikahkannya, 8) Bukan mahram calon suami.
c) Syarat-syaratnya Wali:
1) Beragama Islam jika calon isteri beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3)
Sudah baligh (telah dewasa), 4) Berakal (tidak gila), 5) Tidak sedang
berihram haji/umrah, 6) Tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya),
7) Tidak dipaksa, 8) Tidak rusak fikirannya sebab terlalu tua atau sebab
lainnya, 9) Tidak fasiq.
LANJUT…
d) Syarat-syaratnya dua orang saksi laki-laki:
1) Beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3) Sudah baligh (telah
dewasa), 4) Berakal (tidak gila),: 5) Dapat menjaga harga diri
(bermuru’ah), 6) Tidak fasiq, 7) Tidak pelupa, 8) Melihat (tidak buta
atau tuna netra), 9) Mendengar (tidak tuli atau tuna rungu), 10)
Dapat berbicara (tidak bisu atau tuna wicara), 11) Tidak ditentukan
menjadi wali nikah, 12) Memahami arti kalimat dalam ijab qabul.
e) Syarat-syaratnya Ijab dan Qabul.
Ijab akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh
wali nikah atau wakilnya dalam akad nikah, untuk menikahkan calon
suami atau wakilnya".
LANJUT…
Syarat-syarat ijab akad nikah ialah:
1) Dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu diambil dari "nikah" atau "tazwij"
atau terjemahannya, misalnya: "Saya nikahkan Fulanah, atau saya nikahkan
Fulanah, atau saya perjodohkan - Fulanah“, 2) Diucapkan oleh wali atau wakilnya,
3) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu, misalnya satu bulan, satu tahun dan
sebagainya, 4) Tidak dengan kata-kata sindiran, termasuk sindiran ialah tulisan
yang tidak diucapkan, 5) Tidak digantungkan dengan sesuatu hal, misalnya:
"Kalau anakku. Fatimah telah lulus sarjana muda maka saya menikahkan Fatimah
dengan engkau Ali dengan masnikah seribu rupiah“, 6) Ijab harus didengar oleh
pihak-pihak yang bersangkutan, baik yang berakad maupun saksi-saksinya. Ijab
tidak boleh dengan bisik-bisik sehingga tidak terdengar oleh orang lain. Qabul
akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh calon suami atau
wakilnya dalam akad nikah, untuk menerima nikah yang disampaikan oleh wali
nikah atau wakilnya.
LANJUT…
Qabul akad pernikahan adalah pernyataan yang datang dari pihak laki-
laki yang menyatakan persetujuan untuk menikahi. Syarat-syarat Qabul
akad nikah ialah dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu diambil dari
kata "nikah" atau "tazwij" atau terjemahannya, misalnya: "Saya terima
nikahnya Fulanah". Diucapkan oleh calon suami atau wakilnya. Tidak
dibatasi dengan waktu tertentu, misalnya "Saya terima nikah si Fulanah
untuk masa satu bulan" dan sebagainya. Tidak dengan kata-kata
sindiran, termasuk sindiran ialah tulisan yang tidak diucapkan.
Beruntun dengan ijab, artinya Qabul diucapkan segera setelah ijab
diucapkan, tidak boleh mendahuluinya, atau berjarak waktu, atau
diselingi perbuatan lain sehingga dipandang terpisah dari ijab.
Diucapkan dalam satu majelis dengan ijab.
LANJUT…
Sesuai dengan ijab, artinya tidak bertentangan dengan ijab. Qabul harus
didengar oleh pihak-pihak yang bersangkutan, baik yang berakad maupun
saksi-saksinya. Qabul tidak boleh dengan bisik-bisik sehingga tidak
didengar oleh orang lain.
Contoh ijab qabul akad pernikahan
1). Wali mengijabkan dan mempelai laki-laki meng-qabulkan.
a. Ijab: “Ya Ali, ankahtuka wa zawwajtuka Fatimah binti bimahri alfi
rubiyatin hallan". Dalam bahasa Indonesia: "Hai Ali, aku nikahkan dan
kawinkan Fatimah anak perempuanku dengan engkau dengan maskawin
seribu rupiah secara tunai".
b. Qabul: "Qabiltu nikahaha bil mahril madzkurihalan". Dalam bahasa
Indonesia: "Saya terima nikahnya dan kawinnya Fatimah anak perempuan
saudara dengan saya dengan masnikah tersebut secara tunai".
TUJUAN PERNIKAHAN
Membentuk  Membentuk keluarga yang sakinah,
Keluarga
mawadah dan rahmah (baitii jannati)
 Mendapatkan keturunan yang sholeh
dan sholehah. Anak akan menjadi
Mendapatkan
Keturunan regenerasi dari orang tuanya.
 Terhindar dari kekejihan dan
manusia dibimbing untuk
Menghindari menyalurkan hawa nafsu
Perzinahan
syahwatnya secara halal dan
terhormat.
MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH, MAWADAH, WA RAHMAH

Artinya: Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan


untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu menemukan
ketenangan padanya dan menjadikan di antaramu rasa cinta dan kasih
sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar menjadi
tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum ayat 21)
MENDAPATKAN KETURUNAN

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan


kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan
dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga
dan mengawasi kamu. (Q.S An-Nisa : 1)
JAUH DARI PERZINAHAN

dan janganlah kamu mendekati zina; Sesungguhnya


zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan
suatu jalan yang buruk.
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

Perkawinan adalah perjanjian antara laki-laki dan


perempuan untuk menempuh kehidupan rumah
tangga. Sejak mengadakan perjanjian melalui akad,
kedua belah pihak telah terikat dan sejak itulah
mereka mempunyai hak dan kewajiban, yang tidak
mereka miliki sebelumnya.
PENGERTIAN HAK DAN KEWAJIBAN
Yang dimaksud dengan hak di sini adalah apa-apa yang diterima
oleh seseorang dari orang lain, sedangkan kewajiban adalah apa
yang mesti dilakukan seseorang terhadap orang lain. Kewajiban
timbul karena hak yang melekat pada subyek hukum.
Sesudah pernikahan dilangsungkan, kedua belah pihak suami isteri
harus memahami hak dan kewajiban masing-masing. Hak bagi
isteri menjadi kewajiban bagi suami. Begitu pula, kewajiban
suami menjadi hak bagi isteri. Suatu hak belum pantas diterima
sebelum kewajiban dilaksanakan
“wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga kali quru'. tidak
boleh mereka Menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika
mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. dan suami-suaminya berhak
merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah.
dan Para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara
yang ma'ruf. akan tetapi Para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada
isterinya. dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Q.S. AL-BAQOROH AYAT 228


“orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan
meninggalkan isteri-isteri (hendaklah Para isteri itu) menangguhkan
dirinya (ber'iddah) empat bulan sepuluh hari. kemudian apabila
telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu (para wali)
membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka menurut yang
patut. Allah mengetahui apa yang kamu perbuat.”
Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.

Q.S AL-BAQOROH AYAT 234


BENTUK-BENTUK HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Hak dan kewajiban suami isteri adalah hak isteri yang
merupakan kewajiban suami dan sebaliknya kewajiban suami
yang menjadi hak isteri. Menurut Sayyid Sabiq hak dan
kewajiban isteri ada tiga bentuk, yaitu :
a) Hak Isteri atas Suami
Hak isteri atas suami terdiri dari dua macam. Pertama, hak
finansial, yaitu mahar dan nafkah. Kedua hak nonfinansial,
seperti hak untuk diperlakukan secara adil (apabila sang suami
menikahi perempuan lebih dari satu orang) dan hak untuk
tidak disengsarakan .
Mahar : Pemberian mahar dari
Hak bersifat suami kepada isteri adalah
materi termasuk keadilan dan
keagungan hukum Islam.
Nafkah : Maksud dari nafkah
dalam hal ini adalah penyediaan
kebutuhan isteri, seperti
pakaian, makanan, tempat
tinggal dan lain sebagainya
Mahar Nafkah yang menjadi kebutuhan isteri.
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.”
Q.S AL-BAQOROH AYAT 233
“Mempergauli Istri”
Mempergauli Istri
dengan baik Kewajiban pertama seorang
suami kepada isterinya
ialah memuliakan dan
mempergaulinya dengan
dengan baik, menyediakan
NonMateri apa yang dapat ia sediakan
untuk isterinya yang akan
dapat mengikat hatinya,
memperhatikan dan
Menjaga Istri
Mencampuri bersabar apabila ada yang
Istri
tidak berkenan dihatinya.
“Mencampuri Istri”
“Menjaga Istri”
Berbicara nafkah batin sudah tentu harus
Disamping berkewajiban benar-benar faham apa yang dimaksud
mempergauli isteri dengan dengannya. Jadi nafkah batin
baik, suami juga wajib merupakan pemenuhan kebutuhan
terutama biologis dan psikologis,
menjaga martabat dan seperti cinta dan kasih sayang,
kehormatan isterinya, perhatian, perlindungan dan lain
mencegah isterinya jangan sebagainya, yang bentuk konkretnya
sampai hina, jangan sampai berupa persetubuhan (sexual
intercourse). Sehingga dalam
isterinya berkata jelek. Inilah keseharian ketika disebut nafkah batin,
kecemburuan yang disukai maka yang dimaksud justru hubungan
oleh Allah. sex.
B ) Hak Suami atas Isteri
Suami mempunyai beberapa hak yang menjadi kewajiban isteri
terhadap suaminya. Diantaranya adalah :
1. Taat kepada suami
Rasulullah telah menganjurkan kaum wanita agar patuh kepada
suami mereka, karena hal tersebut dapat membawa maslahat dan
kebaikan. Rasulullah telah menjadikan ridha suami sebagai
penyebab masuk surga. Sebagaimana yang diriwayatkan dari
Umi Salamah r.a. bahwa Nabi bersabda:
“Di mana wanita yang mati sedang suaminya ridha dari padanya,
maka ia masuk surga.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
2. Tidak durhaka kepada suami
Rasulullah telah memberi peringatan kepada kaum wanita
yang menyalahi kepada suaminya dalam sabda beliau :
“Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Nabi
Saw., bersabda : Apabila seorang wanita menghindari
tempat tidur suaminya pada malam hari, maka para
malaikat melaknatnya hingga pagi hari”. Dalam suatu
riwayat yang lain disebutkan : “Sehingga dia kembali”
(HR. Muttafaq Alaihi).
3. Memelihara kehormatan dan harta suami
Diantara hak suami atas isteri adalah tidak memasukkan
seseorang kedalam rumahnya melainkan dengan izin
suaminya, kesenangannya mengikuti kesenangan
suami, jika suami membenci seseorang karena
kebenaran atau karena perintah syara’ maka sang isteri
wajib tidak menginjakkan diri ke tempat tidurnya.
4. Berhias untuk suami
Berhiasnya isteri demi suami adalah salah satu hak yang berhak
didapatkan oleh suami. Setiap perhiasan yang terlihat semakin
indah akan membuat suami senang dan merasa cukup, tidak
perlu melakukannya dengan yang haram. Sesuatu yang tidak
diragukan lagi bahwa kecantikan bentuk wanita akan
menambah kecintaan suami, sedangkan melihat sesuatu apapun
yang menimbulkan kebencian akan mengurangi rasa cintanya.
Oleh karena itu, selalu dianjurkan agar suami tidak melihat
isterinya dalam bentuk yang membencikan sekiranya suami
meminta izin isterinya sebelum berhubungan.
HAK BERSAMA SUAMI DAN ISTERI
Hak Bersama Suami dan Isteri
1) Baik dalam berhubungan. Allah Swt., memerintahkan untuk
menjaga hubungan baik antara suami isteri.
2) Adanya kehalalan untuk melakukan hubungan suami isteri dan
menikmati pasangan. Kehalalan ini dimiliki bersama oleh keduanya.
3) Adanya keharamn ikatan perbesanan. Maksud dari itu, sang isteri
haram bagi ayah dari sang suami dll.
4) Tetapnya pewarisan antara keduanya setelah akad terlaksana.
5) Tetapnya nasab dari anak suamia yang sah.
MASALAH-MASALAH DALAM RUMAH TANGGA

Masalah dalam keluarga akan terjadi apabila


Hak-hak dan kewajiban suami istri tidak
terpenuhi dan tidak dikerjakan dengan
penuh keikhlasan.
Cerai berainya rumah tangga terjadi akan
terjadi apabila masalah-masalah tersebut
tidak diselesaikan dengan baik (konseling).

Anda mungkin juga menyukai