ALUR PEMBELAJARAN
MEMILIH
CALON
ISTRI
PRA-NIKAH
MEMILIH
AL-QUR’AN CALON
& HADITS SUAMI
PASCA- MASALAH
NIKAH KELUARGA
APA ITU PRA-NIKAH
Pranikah berasal dari 2 kata yaitu “pra” dan “
nikah”,“pra” berarti awalan yang bermakna sebelum.
Arti kata “nikah” dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia di persamakan artinya dengan “kawin”.
Pranikah adalah Masa sebelum adanya perjanjian
antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri
dengan resmi menurut undang-undang perkawinan
agama maupun pemerintah.
KONSEP PENDIDIKAN PRA-NIKAH DALAM ISLAM
Memili
h Calon
Suami
KELUARGA
Sakinah,
Mawaddah
dan Rahmah
Memili
h Calon
Istri
ARTINYA : “WANITA-WANITA YANG KEJI ADALAH UNTUK LAKI-LAKI YANG KEJI, DAN LAKI-LAKI YANG KEJI
ADALAH BUAT WANITA-WANITA YANG KEJI (PULA), DAN WANITA-WANITA YANG BAIK ADALAH UNTUK LAKI-
LAKI YANG BAIK DAN LAKI- LAKI YANG BAIK ADALAH UNTUK WANITA-WANITA YANG BAIK (PULA). MEREKA
(YANG DITUDUH) ITU BERSIH DARI APA YANG DITUDUHKAN OLEH MEREKA (YANG MENUDUH ITU). BAGI
MEREKA AMPUNAN DAN REZKI YANG MULIA (SURGA)”. (Q.S AN-NUR : 26)
[1034] AYAT INI MENUNJUKKAN KESUCIAN 'AISYAH R.A. DAN SHAFWAN DARI SEGALA TUDUHAN YANG
DITUJUKAN KEPADA MEREKA. RASULULLAH ADALAH ORANG YANG PALING BAIK MAKA PASTILAH WANITA
YANG BAIK PULA YANG MENJADI ISTRI BELIAU.
CONTOH :
WANITA YAN G TAAT
BERIBADAH, AKAN
BERSAMA LAKI-LAKI
YANG TAAT
BERIBADAH PULA.
WANITA YANG KAYA, Laki-laki Wanita
AKAN BERSAMA LAKI- yang Baik yang Baik
LAKI YANG KAYA
PULA.
Ama
Ibadah
l
KRITERIA MEMILIH PASANGAN UNTUK LAKI-LAKI
UTAMAK CANTI
AN K
Proses
Menikah
ILMU
MENTA EKONO
L MI
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat Berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yang yatim (bilamana kamu mengawininya),
Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi : dua,
tiga atau empat. kemudian jika kamu takut tidak akan dapat
Berlaku adil, Maka (kawinilah) seorang saja, atau budak-budak
yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya”. (An-Nisa : 3)
Q.S AN-NISA AYAT 3
ِ ْص ُن ِل ْلفَر
،ج َ ْ َوأَح،ص ِر
َ َ فَإِنَّهُ أَ َغضُّ ِل ْلب، ْطا َع ِم ْن ُك ُم ْالبَآ َءةَ فَ ْليَتَ َز َّوج ِ َم ْع َش َر ال َّشبَا
َ َب َم ِن ا ْست
) (متفق عليه. فَإِنَّهُ لَهُ ِو َجآ ٌء،َو َم ْن لَ ْم يَ ْستَ ِط ْع فَ َعلَ ْي ِه بِالص َّْو ِم
Artinya: “Dari Abdullah bin Mas’ud r.a dia berkata: Rasulullah SAW
bersabda kepada kami, “Wahai kaum muda, siapa di antara kalian
yang telah mampu (mempunyai biaya pernikahan) hendaklah ia
menikah. Sesungguhnya pernikahan lebih bisa menjaga pandangan
dan memelihara kemaluan. Siapa yang tidak mampu (tidak
memilikinya) maka hendaklah ia berpuasa. Sesungguhnya puasa
merupakan perisai baginya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih) .
LANJUT…
Dari Sa'id bin Jubair, dia berkata: "Ibnu Abbas pernah bertanya
kepadaku: "Apakah kamu telah menikah?". Aku menjawab:
"Belum". Ibnu Abbas berkata: "Menikahlah, karena
sesungguhnya sebaik-baiknya ummat ini adalah yang paling
banyak kaum wanitanya". (HR. Ahmad dan Al-Bukhari).
PENGERTIAN MENIKAH
Menurut Agama Islam
Pernikahan menurut istilah, yaitu perjanjian (akad) antara seorang
pria dan wanita yang bukan muhrim sebagai suami istri. Menurut
Sayuti Thalib, nikah ialah perjanjian suci membentuk keluarga
antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.
Menurut Undang-undang
Dalam pasal 1 Bab I Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dinyatakan;
"Pernikahan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.
HUKUM MENIKAH
WAJIB
SUNNA
HARAM
H
MAKRU
H MABAH
Wajib, yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah, dan
khawatir terjerumus kedalam kemaksiatan.
Sunnah, yaitu bagi orang yang telah mampu untuk menikah (baik
fisik, mental maupun biaya, tetapi tidak khawatir terjerumus
kedalam kemaksiatan karena mampu menjaga dirinya.
Mubah, artinya diperbolehkan. Mubah merupakan asal hukum
pernikahan.
Makruh, yaitu bagi orang yang belum mempunyai kemampuan
untuk menikah, tetapi memaksakan diri untuk menikah.
Haram, yaitu bagi orang yang menikah karena dorongan hawa nafsu
belaka, ingin mengeruk keuntungan materi, atau hanya untuk
mempermainkan orang lain.
RUKUN DAN SYARAT PERNIKAHAN
Secara etimologi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, rukun adalah
“yang harus dipenuhi untuk sahnya suatu pekerjaan”.
Dalam terminologi fikih, rukun adalah sesuatu yang dianggap
menentukan suatu disiplin tertentu, di mana ia merupakan bagian
integral dari disiplin itu sendiri. Atau dengan kata lain rukun adalah
penyempurna sesuatu, di mana ia merupakan bagian dari sesuatu itu.
Adapun rukun dan syarat nikah sebagai berikut: sebagaimana diketahui
bahwa menurut UU No 1/1974 Tentang Pernikahan Bab: 1 pasal 2
ayat 1 dinyatakan, bahwa pernikahan adalah sah apabila dilakukan
menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya.
LANJUT…
Bagi ummat Islam, pernikahan itu sah apabila dilakukan
menurut hukum pernikahan Islam, Suatu akad pernikahan
dipandang sah apabila telah memenuhi segala rukun dan
syaratnya sehingga keadaan akad itu diakui oleh hukum
syara'. Rukun akad pernikahan ada lima, yaitu:
1) Adanya calon suami;
2) Adanya calon Isteri;
3) Adanya wali;
4) Adanya dua orang saksi laki-laki; dan
5) Adanya Ijab dan Qabul.
SYARAT PERNIKAHAN
Muhammad Abu Zahrah, asy-syarth (syarat) adalah sesuatu yang
menjadi tempat bergantung wujudnya hukum. Tidak adanya syarat
berarti pasti tidak adanya hukum, tetapi wujudnya syarath tidak
pasti wujudnya hukum. Adapun syarat nikah :
a. Syarat-syaratnya calon suami:
1) Beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3) Tertentu orangnya, 4)
Tidak sedang berihram haji/umrah, 5) Tidak mempunyai isteri
empat, termasuk isteri yang masih dalam menjalani iddah thalak
raj'iy, 6) Tidak mempunyai isteri yang haram dimadu dengan
mempelai perempuan, termasuk isteri yang masih dalam menjalani
iddah thalak raj'iy 7) Tidak dipaksa, 8) Bukan mahram calon isteri.
LANJUT…
b) Syarat-syaratnya calon istri:
1) Beragama Islam, atau Ahli Kitab, 2) Jelas ia perempuan, 3) Tertentu
orangnya, 4) Tidak sedang berihram haji/umrah, 5) Belum pernah disumpah
li'an oleh calon suami, 6) Tidak bersuami, atau tidak sedang menjalani iddah
dari lelaki lain, 7) Telah memberi izin atau menunjukkan kerelaan kepada
wali untuk menikahkannya, 8) Bukan mahram calon suami.
c) Syarat-syaratnya Wali:
1) Beragama Islam jika calon isteri beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3)
Sudah baligh (telah dewasa), 4) Berakal (tidak gila), 5) Tidak sedang
berihram haji/umrah, 6) Tidak mahjur bissafah (dicabut hak kewajibannya),
7) Tidak dipaksa, 8) Tidak rusak fikirannya sebab terlalu tua atau sebab
lainnya, 9) Tidak fasiq.
LANJUT…
d) Syarat-syaratnya dua orang saksi laki-laki:
1) Beragama Islam, 2) Jelas ia laki-laki, 3) Sudah baligh (telah
dewasa), 4) Berakal (tidak gila),: 5) Dapat menjaga harga diri
(bermuru’ah), 6) Tidak fasiq, 7) Tidak pelupa, 8) Melihat (tidak buta
atau tuna netra), 9) Mendengar (tidak tuli atau tuna rungu), 10)
Dapat berbicara (tidak bisu atau tuna wicara), 11) Tidak ditentukan
menjadi wali nikah, 12) Memahami arti kalimat dalam ijab qabul.
e) Syarat-syaratnya Ijab dan Qabul.
Ijab akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh
wali nikah atau wakilnya dalam akad nikah, untuk menikahkan calon
suami atau wakilnya".
LANJUT…
Syarat-syarat ijab akad nikah ialah:
1) Dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu diambil dari "nikah" atau "tazwij"
atau terjemahannya, misalnya: "Saya nikahkan Fulanah, atau saya nikahkan
Fulanah, atau saya perjodohkan - Fulanah“, 2) Diucapkan oleh wali atau wakilnya,
3) Tidak dibatasi dengan waktu tertentu, misalnya satu bulan, satu tahun dan
sebagainya, 4) Tidak dengan kata-kata sindiran, termasuk sindiran ialah tulisan
yang tidak diucapkan, 5) Tidak digantungkan dengan sesuatu hal, misalnya:
"Kalau anakku. Fatimah telah lulus sarjana muda maka saya menikahkan Fatimah
dengan engkau Ali dengan masnikah seribu rupiah“, 6) Ijab harus didengar oleh
pihak-pihak yang bersangkutan, baik yang berakad maupun saksi-saksinya. Ijab
tidak boleh dengan bisik-bisik sehingga tidak terdengar oleh orang lain. Qabul
akad pernikahan ialah: "Serangkaian kata yang diucapkan oleh calon suami atau
wakilnya dalam akad nikah, untuk menerima nikah yang disampaikan oleh wali
nikah atau wakilnya.
LANJUT…
Qabul akad pernikahan adalah pernyataan yang datang dari pihak laki-
laki yang menyatakan persetujuan untuk menikahi. Syarat-syarat Qabul
akad nikah ialah dengan kata-kata tertentu dan tegas, yaitu diambil dari
kata "nikah" atau "tazwij" atau terjemahannya, misalnya: "Saya terima
nikahnya Fulanah". Diucapkan oleh calon suami atau wakilnya. Tidak
dibatasi dengan waktu tertentu, misalnya "Saya terima nikah si Fulanah
untuk masa satu bulan" dan sebagainya. Tidak dengan kata-kata
sindiran, termasuk sindiran ialah tulisan yang tidak diucapkan.
Beruntun dengan ijab, artinya Qabul diucapkan segera setelah ijab
diucapkan, tidak boleh mendahuluinya, atau berjarak waktu, atau
diselingi perbuatan lain sehingga dipandang terpisah dari ijab.
Diucapkan dalam satu majelis dengan ijab.
LANJUT…
Sesuai dengan ijab, artinya tidak bertentangan dengan ijab. Qabul harus
didengar oleh pihak-pihak yang bersangkutan, baik yang berakad maupun
saksi-saksinya. Qabul tidak boleh dengan bisik-bisik sehingga tidak
didengar oleh orang lain.
Contoh ijab qabul akad pernikahan
1). Wali mengijabkan dan mempelai laki-laki meng-qabulkan.
a. Ijab: “Ya Ali, ankahtuka wa zawwajtuka Fatimah binti bimahri alfi
rubiyatin hallan". Dalam bahasa Indonesia: "Hai Ali, aku nikahkan dan
kawinkan Fatimah anak perempuanku dengan engkau dengan maskawin
seribu rupiah secara tunai".
b. Qabul: "Qabiltu nikahaha bil mahril madzkurihalan". Dalam bahasa
Indonesia: "Saya terima nikahnya dan kawinnya Fatimah anak perempuan
saudara dengan saya dengan masnikah tersebut secara tunai".
TUJUAN PERNIKAHAN
Membentuk Membentuk keluarga yang sakinah,
Keluarga
mawadah dan rahmah (baitii jannati)
Mendapatkan keturunan yang sholeh
dan sholehah. Anak akan menjadi
Mendapatkan
Keturunan regenerasi dari orang tuanya.
Terhindar dari kekejihan dan
manusia dibimbing untuk
Menghindari menyalurkan hawa nafsu
Perzinahan
syahwatnya secara halal dan
terhormat.
MEMBENTUK KELUARGA SAKINAH, MAWADAH, WA RAHMAH