Anda di halaman 1dari 21

KOLOM PENDEK

Oleh Kelompok 1:
Adrian Wahyu
Ahmad Habib
Alif Dwiandra
Apa itu kolom ?

Struktur kolom adalah batang vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok (E.G Nawy, 1998). Oleh karena itu, dalam merencanakan
kolom perlu adanya perencanaan kekuatan yang lebih tinggi dibandingkan
dengan elemen beton bertulang lainnya.

Kolom memikul beban aksial Pn dan momen lentur, akibatnya kolom


mengalami tekan dan melentur. Kolom cenderung mengalami daerah tertekan
pada satu sisi dan tertarik pada sisi lainnya.
Kolom Pendek

Kolom pendek adalah kolom yang kemampuannya dipengaruhi oleh


kekuatan material dan bentuk geometri dari potongan melintang dan tidak
dipengaruhi oleh panjang kolom karena defleksi lateral (lendutan ke
samping) yang terjadi sangat kecil (tidak signifikan).
Dalam SKSNI 2002, pada kolom pendek tidak ada bahaya tekuk,
masalah tekuk dapat diabaikan atau kolom direncanakan sebagai kolom
pendek, jika : Panjang Kolom < 3 × dimensi kolom ( b/h )
Diagram
Regangan
dan
Tegangan
pada kolom. Ts
Cc
Cs’
Kolom Pendek
 
 34 – 12 dimana :

K = faktor panjang efektif komponen struktur tekan

Lu = panjang bentang komponen struktur lentur


(balok/pelat) yang diukur dari pusat ke pusat
titik kumpul.

R = jari-jari girasi penampang kolom

M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada


kolom.

M2 = momen ujung terfaktor yang lebih besar pada kolom.

 
bernilai positif bila kolom melentur dengan kelengkungan tunggal.
bernilai negatif bila kolom melentur dengan kelengkungan ganda
r =
SNI Beton 03-2847-2002 pasal 12.9.1 membatasi ratio tulangan () pada
kolom, ssb :
0,01 ≤  ≤ 0,08

dimana :
Ast = Luas total penampang tulangan
Ag = Luas total penampang kolom (termasuk luas penampang tulangan)

Walaupun max dapat diambil 0,08. Kenyataan ini dilapangan sulit


dilaksanakan, apalagi jika perlu ada sambungan lewatan.
Untuk Indonesia karena harga besi tulangan lebih mahal dibanding bahan
beton, maka besarnya ratio tulangan yang ekonomis berkisar antara 1-4%,
tergantung lokasi daerah.
Kolom Berdasarkan Posisi Beban dan Penampangnya

1. Kolom yang mengalami beban sentris, dimana beban aksial (P) bekerja
tepat pada as/sumbu kolom, yang artinya kolom tidak mengalami momen
lentur.
2. Kolom yang mengalami beban eksentris, dimana kolom mengalami beban
aksial(P) dan momen lentur (M). Momen lentur ini dapat bersumbu
tunggal (uniaksial) dimana hanya ada ex atau ey, dan dapat dianggap
bersumbu rangkap (biaksial) dimana ada exy (ada ex dan ey bersama2).
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 tentang tata cara perencanaan beton untuk bangunan
gedung, kuat rencana kolom tidak boleh lebih dari :
 Kolom sengkang (pasal 12.3.(5(1))

ϕPn = 0,80 ϕ (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy .........................................(2)


 Kolom bulat (pasal 12.3.(5(1))

ϕPn = 0,85 ϕ (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy .................................... .....(3)

Dengan faktor reduksi kekuatan ϕ untuk kolom sengkang sebesar 0,65 dan ϕ untuk kolom
bulat 0,70. Persyaratan detail penulangan kolom bulat antara lain :
 Luas tulangan longitudinal komponen struktur tekan tidak boleh kurang dari 0,01
ataupun lebih dari 0,08 kali luas penampang bruto (pasal 12.9(1)).
 Jumlah tulangan longitudinal munimum adalah 4 untuk kolom persegi empat atau
lingkaran, 3 untuk kolom sengkang segitiga dan 6 untuk kolom pengikat spiral (pasal
12.9(2)).
 Rasio penulangan spiral untuk fy ≤ 400 tidak boleh kurang dari

............................................. (4)
Beban Sentris
 Kapasitas beban sentris maksimum diperoleh dengan menambah
kontribusi beton yaitu (Ag – Ast) 0,85 f’c dan kontribusi baja tulangan yaitu
Ast fy, dimana Ag luas penampang bruto dan Ast luas total tulangan baja.
Kapasitas beban sentris maksimum yaitu :

Po = (Ag – Ast) 0,85 f’c + Ast fy …………………………… (1)


 Batas eksentrisitas minimal untuk kolom sengkang dalam arah tegak lurus
sumbu lentur adalah 10% dari tebal kolom dan 5% untuk kolom bulat
(E.G Nawy., 1998)
Beban Eksentris
klu/r ≤ 22 maka tergolong kolom pendek

Keruntuhan dibagi 2 :
1. Keruntuhan tarik yang diawali dengan luluhnya tulangan tarik dimana Pn < Pnb.
2. Keruntuhan tekan yang diawali dengan kehancuran beton dimana Pn > Pnb.

Kondisi balance terjadi saat baja tulangan mengalami luluh bersamaan dengan
regangan beton. Beton mencapai kekuatan maksimum f’c pada saat regangan desak
beton maksimal mencapai 0,003.
Perencanaan kolom eksentris diselesaikan dengan dua cara antara lain :
1. Metode Pendekatan Diagram Pn – Mn
Diagram Pn - Mn yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam
kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman.
Analisis kolom dengan diagram Pn - Mn diperhitungkan pada tiga kondisi, yaitu :
A. Pada Kondisi Eksentrisitas Kecil
Prinsip-prinsip pada kondisi ini dimana kuat tekan rencana memiliki nilai sebesar kuat
rencana maksimum.
ϕPn = ϕPn max = 0,80 ϕ (Ag – Ast) 0.85 f’c + Ast fy…… (5)
sehingga kuat tekan kolom maksimum yaitu :

  ……………...................................……. (6)

B. Pada Kondisi Momen Murni


Momen murni keruntuhan terjadi saat hancurnya beton (P n = Pu = 0).
ND1 + ND2 = NT ...........................(7)

Dimana :
ND1 = 0,85 f’c b a .........................(8)
ND2 = f’s A’s ..................................(9)
NT = fy As .....................................(10)

Momen rencana dapat dihitung sebagai berikut :

Mr = ϕMn .................................... (12)


Mn = Mn1 + Mn2 = ND1 Z1 + ND2 Z2 ......................... (13)
C. Pada Kondisi Balance

Kondisi keruntuhan balance tercapai apabila tulangan tarik luluh dan beton
mengalami batas regangan dan mulai hancur. Persamaan yang diperoleh dari segitiga yang
sebangun dengan persamaan sumbu netral pada kondisi balance (Cb) yaitu :

 
.................................. (14)

atau dengan Es = 200000, maka :

  .................................... (15)
Persamaan kesetimbangan pada kondisi balance :

Pb = ND1 + ND2 – NT ........................ (16)


Sehingga eksentrisitas balance (eb) dapat ditulis sebagai berikut :

Pb (eb + d/2) = Mnb ......................... (17)


Mrb = ϕPb eb ..................................... (18)
Macam – macam Portal
A. Portal Bergoyang

Portal bergoyang didefinisikan sebagai portal dimana tekuk goyangan dicegah oleh
portal itu sendiri.  Suatu portal dikatakan begoyang, jika :
1. Beban yang tidak simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak
simetris.
2. Beban simetris yang bekerja pada portal yang simetris atau tidak simetris.

B. Portal Tak Bergoyang (Braced Frame)


Portal tak bergoyang didefinisikan sebagai portal dimana tekuk goyangan dicegah oleh
elemen-elemen topangan struktur tersebut dan bukan oleh portal itu sendiri. Portal
tak bergoyang mempunyai sifat :
3. Portal tersebut simetris dan bekerja beban simetris.
4. Portal yang mempunyai kaitan dengan kontruksi lain yang tidak dapat bergoyang.
Perhitungan Penampang
1. Catat Data
- Dimensi struktur (kolom, balok, etc,)
- Beban Pu (PuD, PuL), PuW, PuE
Mu (M1ns, M1s, M2ns, M2s)
- Bahan ; fc’, fy

2. Tentukan Panjang Tekuk Kolom


- Hitung A dan B
Note : fc’  Ec = 4700 Mpa
Es = 200.000 Mpa
 jepit = 0  ambil minimal =1
 sendiri = 10 (maximum)
Note : Pertama buat asumsi tulangan dipasang Ast
Perhitungan Penampang
3. Tentukan Kolom Pendek atau Kolom Panjang
- Kriteria : Dimana : Lu = Panjang Kolom
k = faktor panjang efektif komponen struktur tekan

4. Perhitungan Kolom Pendek


- Dibedakan 2 :
* e ≤ e min = 0,1 h
* e > e min = 0,05 h ; dengan
a. Bila e ≤ e min
≤ 2,5 cm
Dengan Ast di 3 :
Pn max = 0,8 Po
= 0,8 [0,85fc’ (Ag-Ast) + fy Ast]
Pilih Ast sehingga diperoleh Pu
Pn = Pn max sedikit lebih besar dari 
Perhitungan Penampang
b. Bila e > emin
> 2,5 cm
Perhitungan :
- Analitis (makan waktu)
- Pakai Interaction Diagram (cepat)
Cari : Mn Pn
m p
; Ag. fc'
Ag.h. fc' e Pn

Pakai diagram yang cocok dengan variabel:


fc '
fy Ast b

h
h
Perhitungan Penampang
b. Bila e > emin
> 2,5 cm
Perhitungan :
- Analitis (makan waktu)
- Pakai Interaction Diagram (cepat)
Cari : Mn Pn
m p
; Ag. fc'
Ag.h. fc' e Pn

Pakai diagram yang cocok dengan variabel:


fc '
fy Ast b

h
h
Pn
K e Pn
AGfc' fc' = 20 Mpa
fy = 400 Mpa
 = 0,75
Pn Tulangan Simetris
Ast

Pmax Ag Ast b

B
p A
C
A
h
1 < 
h
1

e = eb

m Mo Mn
k.e
A f
g c'h
Ast = luas tulangan yang diasumsikan sebelumnya

 Dengan Ast yang telah dipilih  (misalnya lengkungan merah)


 Dengan p dan m diperoleh suatu titik di diagram
 Arti “titik“:
A : Memenuhi kekuatan design tapi masih jauh dari garis merah
(boros)
C : Lebih baik dari A (lebih hemat). Idial bila “titik” jatuh persis
di garis merah
B : Asumsi Ast terlalu kecil  kekuatan design kurang

 Bila “titik” belum baik  ulang perhitungan


 Kontrol secara analitis bila perlu juga penempatan tulangan
Detail Sambungan Pada Detail Sambungan
Sloof meliputi sambungan Pada Kolom dan Balok
antara sloof dng sloof dan
sloof dengan kolom
Detail Sambungan
Pada Kolom, Balok Detail Sambungan
dan Sloof Tampak Antara Kolom
Samping Pinggir dengan Balok

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 Kolom Pendek Rev
    1 Kolom Pendek Rev
    Dokumen21 halaman
    1 Kolom Pendek Rev
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 2
    DK LT 2
    Dokumen1 halaman
    DK LT 2
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • Tugas Kelompok 1
    Tugas Kelompok 1
    Dokumen7 halaman
    Tugas Kelompok 1
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • Tek Hidrostatis
    Tek Hidrostatis
    Dokumen10 halaman
    Tek Hidrostatis
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK Basemen
    DK Basemen
    Dokumen1 halaman
    DK Basemen
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 4
    DK LT 4
    Dokumen1 halaman
    DK LT 4
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • Tek Hidrostatis
    Tek Hidrostatis
    Dokumen10 halaman
    Tek Hidrostatis
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • Tek Hidrostatis
    Tek Hidrostatis
    Dokumen4 halaman
    Tek Hidrostatis
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 3
    DK LT 3
    Dokumen1 halaman
    DK LT 3
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 4
    DK LT 4
    Dokumen1 halaman
    DK LT 4
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 1
    DK LT 1
    Dokumen1 halaman
    DK LT 1
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK Basemen
    DK Basemen
    Dokumen1 halaman
    DK Basemen
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 3
    DK LT 3
    Dokumen1 halaman
    DK LT 3
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 1
    DK LT 1
    Dokumen1 halaman
    DK LT 1
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat
  • DK LT 2
    DK LT 2
    Dokumen1 halaman
    DK LT 2
    Habib Al Ahmad
    Belum ada peringkat