Anda di halaman 1dari 16

MATERI BADAN PENAGWAS OBAT DAN MAKANAN

DISAMPAKAIN PADA REKERNAS PDI PERJUANAGN


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)

 Lembaga pemerintah nonkementerian yang menyelenggarakan urusan


pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan Makanan. BPOM mempunyai
tugas menyelenggarakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Obat dan
Makanan terdiri atas obat, bahan obat, narkotika, psikotropika, prekursor, zat
adiktif, obat tradisional, suplemen kesehatan, kosmetik, dan pangan olahan.
Dasar Hukum

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun


2017 Tentang Badan Pengawas Obat Dan Makanan
Fungsi BPOM, dalam Perpres Nomor 80 Tahun 2017

1. Penyusunan  kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan.


2. Pelaksanaan kebijakan nasional di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
3. Penyusunan dan penetapan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang Pengawasan
Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar.
4. Pelaksanaan Pengawasan Sebelum Beredar dan Pengawasan Selama Beredar.
5. Koordinasi pelaksanaan pengawasan Obat dan Makanan dengan instansi pemerintah
pusat dan daerah.
6. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
7. Pelaksanaan penindakan terhadap pelanggaran ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.
8. Koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi
kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan BPOM.
Tugas BPOM

 Secara umum tugas BPOM berdasarkan pada Pasal 67 Keputusan Presiden No. 103
Tahun 2001, Badan POM melaksanakan tugas pemerintahan di bidang pengawasan Obat dan
Makanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-Undangan yang berlaku. Secara
Khusus dalam Pasal 2 Peraturan Kepala BPOM Nomor 14 , maka Tugas harian BPOM
dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan
mempunyai tugas melaksanakan kebijakan di bidang pengawasan obat dan makanan, yang
meliputi pengawasan atas produk terapetik, narkotika, psikotropika, zat adiktif, obat tradisional,
kosmetik, produk komplemen serta pengawasan atas keamanan pangan dan bahan berbahaya.
Komoditas BPOM
 Produk Obat,
 Obat Tradisional,
 Psikotropika
 Pangan TMK ( Tidak Memenuhi Ketentuan )
Visi BPOM

Obat dan Makanan Aman Meningkatkan


Kesehatan Masyarakat dan Daya Saing Bangsa
Sejarah BPOM Periode Tahun 2000 Hingga Sekarang

Untuk mengoptimalkan pengawasan terhadap obat dan makanan tersebut maka pemerintah
mengambil kebijakan dengan mengadakan perubahan Direktorat Jenderal Pengawasan Obat
dan Makanan, yang mana dahulu Direktorat Jenderal Obat dan Makanan bertanggung jawab
kepada Departemen Kesehatan namun sekarang setelah terjadinya perubahan maka Badan
Pengawasan Obat dan Makanan bertanggung jawab kepada Presiden. Badan Pengawasan
Obat dan Makanan sekarang merupakan Lembaga Pemerintah Non Departemen. Berdasarkan
Keputusan Presiden No. 103 tahun 2000 dan telah mengalami perubahan melalui Keputusan
Presiden No. 166 tahun 2003.
Kewenangan BPOM

Berdasarkan Pasal 69 Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001, BPOM memiliki
kewenangan :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya.
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro.
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya.
4. Penetapan persyaratan penggunaan bahan tambahan (zat aditif) tertentu untuk
makanan dan penetapan pedoman peredaran Obat dan Makanan.
5. Pemberi izin dan pengawasan peredaran Obat serta pengawasan industri farmasi.
6. Penetapan pedoman penggunaan konservasi, pengembangan dan pengawasan
tanaman Obat.
Perbedaan BPOM dan POM

Untuk membuat sebuah produk kosmetik maka produk tersebut harus di daftarkan ke Badan POM. Ada
serangkaian proses panjang yang biasanya disebut proses registrasi produk. Umumnya bisa berlangsung 1- 3
tahun tergantung produknya. Lama tentu karena untuk keluar nomor registrasinya perlu banyak dokumen, validasi,
formula, stabilitas produk, dan kandungan bahan tersebut aman atau tidak, lolos uji dan sebagainya. Kalo sudah
keluar nomor registrasinya akan diberi barcode. Inget huruf depannya saja. Kalo CD artinya Cosmetic Dalam Negeri.
CL artinya Cosmetic dari Luar negeri.

Misalnya Produk A dibuat oleh negara Filipina dan sekarang produk A masuk ke Indonesia maka produk A cukup
didaftarkan saja ke Badan POM dan mendapat nomor notofikasi ( disingkat NA). Jika sudah mendapat nomor maka
bisa dijual di Indonesia, soal keamanannya diserahkan pada produsen pembuat dinegara Filipina dan bukan dari
BPOM. Jika beredar sudah dipasaran BPOM kita akan mengambil sample di pasaran produk A ( disebut post market
surveillance) dan dicek apakah ada kandungan bahan berbahya atau tidak. Jika ada, maka produk tersebut dapat
ditarik kembali dari pasaran.
HAMBATAN YANG
DI ALAMI BPOM
Tak Punya Kewenangan Penindakan
Untuk menghindari pelaku menghilangkan barang bukti, BPOM secepatnya diberi
kewenangan untuk melakukan penindakan, tidak hanya pengawasan dan
pencatatan.
Hambatan dalam pengawasan obat ilegal yaitu PPNS BPOM tidak mempunyai
kewenangan dalam penggeledahan, penangkapan, dan penahanan tersangka
Terbatasnya sumber daya Manusia dan Anggaran
Bertumbuhnya pelaku usaha di bidang Obat dan Makanan
Pengawasan dan Pelayanan

Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dengan menunjang Program Indonesia


Sehat melalui pengawasan obat dan makanan

Bidang Sosbud dan Kehidupan Beragama - Subbidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kebijakan :
Meningkatkan Pengawasan Obat dan Makanan
Bidang Ekonomi - Subbidang UMKM dan Koperasi Kebijakan : Meningkatkan daya saing
UMKM dan koperasi sehingga mampu tumbuh menjadi usaha yang berkelanjutan dengan
skala yang lebih besar (“naik kelas”) dalam rangka mendukung kemandirian
perekonomian nasional

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran pembangunan bidang Kesehatan dan Gizi, ditetapkan satu arah kebijakan
pembangunan di bidang Kesehatan dan Gizi Masyarakat yang terkait dengan BPOM adalah "Meningkatkan Pengawasan
Obat dan Makanan", melalui strategi:

 Penguatan sistem pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko;


 Peningkatan sumber daya manusia pengawas Obat dan Makanan;
 Penguatan kemitraan pengawasan Obat dan Makanan dengan pemangku kepentingan;
 Peningkatan kemandirian pengawasan Obat dan Makanan berbasis risiko oleh masyarakat dan pelaku usaha;
 Peningkatan kapasitas dan inovasi pelaku usaha dalam rangka mendorong peningkatan daya saing produk Obat dan
Makanan; dan
 Penguatan kapasitas dan kapabilitas pengujian Obat dan Makanan
BPOM Perlu Terobosan Strategi Guna Tingkatkan
Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan
1. Strategi pencegahan dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan
edukasi kepada masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran akan bahaya obat ilegal dan penyalahgunaan obat.

2. Strategi kedua yakni deteksi, dilakukan melalui intensifikasi


pengawasan berbasis risiko, perkuatan regulasi pengawasan, dan
perkuatan manajemen serta utilisasi data.

3. strategi respon melalui pemetaan rawan kasus, penegakan operasi


penindakan, serta perkuatan infrastruktur penegakan hukum.
REKOMENDASI UNTUK BPOM
 Penguatan Regulasi
 Penguatan Kelembagaan
 Rebranding Pelayanan Publik
 Revitalisasi Pengawasan
 Koordinasi dan Sinergisme Lintas Sektor (melibatkan Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Kesehatan, Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kepolisian, Kejaksaan Agung,
Badan Narkotika Nasional, serta badan maupun lembaga terkait lainnya.)
 Revitalisasi Laboratorium Pengawasan Obat dan Makanan
 Revitalisasi Komunikasi Publik dan KIE Kepada Masyarakat
 Penguatan Operasi Intelijen dan Penindakan

Anda mungkin juga menyukai