Anda di halaman 1dari 15

Kebutuhan dan Masalah Gizi Pada Ibu

Hamil, Ibu Menyusui, Janin dan bayi


Kelompok 2
1. Febby Ayu Mawaddah (1905015188)
2. Hikmatul Laela (1905015269)
3. Nurul Azizah (1905015179)
4. Rindi Antika (1905015139)
Kelas: 3F
PENGERTIAN
 Kementrian Kesehatan Indonesia mengatakan bahwa kebutuhan gizi adalah jumlah zat gizi
minimal yang dibutuhkan oleh setiap masing-masing individu dan jumlah yang dibutuhkan ini
berbeda-beda disesuaikan dengan kondisi tubuh setiap individu (KEMENKES RI, 2011).

• Pemenuhan kecukupan gizi berperan sangat penting bagi kesehatan seoran ibu hamil beserta
janin yang berada di dalam kandungannya, selain itu juga berperan penting bagi ibu yang sedang
menyusui untuk mendukung tumbuh kembang sang bayi yang diberikan ASI. Kebutuhan gizi pada
ibu hamil ini akan meningkat sebanyak 15% dibandingkan dengan wanita normal lainnya
(Trisnawati, Purwanti , & Retnowati, 2016).
1. CARA MENGUKUR KEBUTUHAN GIZI
Status gizi ibu hamil sangat berperan penting bukan hanya bagi kesehatan sang ibu,
tetapi juga bagi kesehatan serta tumbuh dan kembang janin yang berada di dalam kandungan.

Pengukuran status gizi pada ibu hamil dapat menggunakan dua acara, yaitu dengan menghitung IMT
(Index Massa Tubuh) atau dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas). Status gizi dari seorang
ibu hamil dapat dikatakan normal jika IMT nya sebesar 18,5 sampai 24,9 kg/m2 atau hasil
pengukuran LILA ≥ 23,5 cm, hal tersebut merupakan indikator seorang ibu hamil tidak terjadi KEK
(Kekurangan Energi Kalori) (Khasanah, 2020).
 Rumus Menghitung IMT

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)


𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝐵𝑎𝑑𝑎𝑛 (m2)

 Rumus Menghitung LILA


 Menetapkan posisi bahu dan siku
 Meletakkan pita pengukur di antara bahu dan siku
 Menentukan titik tengah lengan
 Pita jangan terlalu ketat dan jangan pula terlalu longgar
 Pembacaan skala yang tertera pada pita, biasanya dalam cm (centimeter)
2. KEBUTUHAN ZAT GIZI SETIAP FASE
A. Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil dan janin
Selama masa kehamilan, seorang wanita membutuhkan asupan zat besi lebih banyak dari wanita normal
pada umumnya, yaitu meningkat sekitar 1000 mg, dan 500 mg diantaranya digunakan untuk ekspansi
massa sel darah merah karena biasanya kondisi wanita hamil rentan terkena anemia. Selain itu seorang
wanita hamil juga membutuhkan tambahan asupan protein sebanyak 40 sampai 70 gr perharinya, ibu
hamil juga biasanya membutuhkan asupan tambahan berupa Asam Folat (B9) yang berfungsi untuk
mencegah janin yang berada dalam kandungan lahir dengan cacat.

B. Kebutuhan zat gizi pada ibu menyusui


Kebutuhan gizi ibu menyusui meningkat dibandingkan dengan tidak menyusui dan masa kehamilan. Ibu
dalam 6 bulan pertama menyusui membutuhkan tambahan energi sebesar 500 kalori/hari untuk
menghasilkan jumlah susu normal. Sehingga total kebutuhan energi selama menyusui akan meningkat
menjadi 2400 kkal per hari yang akan digunakan untuk memproduksi ASI dan untuk aktivitas ibu itu
sendiri yang dalam pelaksanaannya dapat dibagi menjadi 6 kali makan (3x makan utama dan 3x makan
selingan) sesuai dengan Pedoman Gizi Seimbang yang dianjukan.
Kebutuhan zat gizi lain juga akan meningkat selama menyusui, yaitu dengan
banyak mengonsumsi makanan yang mengandung:
1. Karbohidrat
2. Protein
3. Lemak
4. Vitamin dan Mineral
5. Cairan

3. Kebutuhan zat gizi pada bayi


Taksiran kebutuhan energi selama 2 bulan pertama, yaitu masa pertumbuhan cepat adalah
120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan pertama kehidupan, bayi memerlukan
energi sebesar kira-kira 115-120 kkal/kg/hari. Kemudian berkurang sampai sekitar 105 –
110 kkal/Kg/hari pada 6 bulan sesudahnya. Bayi membutuhkan lemak yang tinggi
dibandingkan usia yang lebih tua, sebab lemak digunakan sebagai penyuplai energi. Air
Susu Ibu memasok sekitar 40-50% energi sebagai lemak (3- 4g/100cc). Berdasarkan
berat badan, kebutuhan protein bayi adalah 2,2 g/kg/hari pada usia < 6 bulan dan 2
g/kg/hari pada usia 6-12 bulan. Asupan protein yang berlebihan dapat menyebabkan
intoksikasi protein, yang gejalanya seperti letargi, dehidrasi, & diare.
Berikan ASI terlebih dahulu sebelum memberikan makanan lain. Saat memberikan makanan,
ingatlah mengenai: Frekuensi, Jumlah, Kepekatan, Variasi, Pemberian makan secara
Aktif/Responsif, dan Kebersihan:

 Frekuensi: Memberikan makanan kepada bayi 3 kali sehari untuk 6-12 bulan dan 5 kali
sehari untuk 12-24 bulan

 Jumlah: Meningkatkan jumlahnya secara perlahan menjadi setengah cangkir untuk


6-12 bulan dan ¾ cangkir untuk 12-24 bulan

 Kepekatan/Kekentalan: Berikan makanan keluarga yang dilunakkan. Setelah berusia


8 bulan, bayi sudah bisa mulai makan makanan yang bisa ia pegang.

 Variasi: Cobalah untuk memberikan makanan yang bervariasi setiap kali makan.

Tambahkan tabur gizi pada makanan siap saji dalam satu kali makan. Tabur gizi diberikan 2 hari satu
kali. Untuk bayi yang sakit pada usia dibawah 6 bulan Lebih sering memberikan ASI sewaktu bayi
sakit, termasuk diare, untuk membantu bayi melalawan penyakitnya, mengurangi kehilangan berat
badan dan sembuh lebih cepat
3. MASALAH GIZI PADA SETIAP FASE
1. Masalah gizi pada ibu hamil
A. Kekurangan Energi Kronis (KEK)
Kekurangan Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana ibu menderita keadaan kekurangan makanan yang
berlangsung menahun (kronis) yang mengakibatkan timbulnya gangguan kesehatan pada ibu. Akibat lain dari KEK
adalah kerusakan struktur susunan syaraf pusat terutama pada tahap pertama pertumbuhan otak (hiperplasia) yang
terjadi selama dalam kandungan. Faktor lain yang mempengaruhi terjadinya KEK pada ibu hamil adalah tingkat
pendidikan yang rendah, pengetahuan ibu tentang gizi yang kurang, dan pendapatan keluarga yang tidak memadahi.

B. Anemia
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr% pada trimester I dan III
sedangkan pada trimester II kadar hemoglobin < 10,5 gr%. Anemia selama kehamilan memerlukan perhatian serius
karena berpotensi membahayakan ibu dan anak. Wanita hamil rentan mengalami anemia kekurangan (defisiensi) zat
besi karena kebutuhan oksigen pada ibu hamil lebih tinggi sehingga dapat memicu peningkatan produksieritopoitin.
Pada ibu hamil, anemia dapat menyebabkan berat lahir rendah, kelahiran prematur, keguguran, partus lama, atonia
uteri dan menyebabkan perdarahan serta syok
C. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY).
Ini merupakan kelainan yang ditemukan akibat defisiensi yodium (Susilawati, Rosmalina, & Julianti. 2015). Hasil
penelitian menunjukkan perkembangan bayi yang dilahirkan oleh ibu hamil yang kekurangan yodium dapat
mengalami keterlambatan sampai usia 2 tahun. Keterlambatannya meliputi perkembangan motorik kasar maupun
halus, personal-sosial, adaptasi, serta komunikasi. Pada ibu hamil penderita GAKY meskipun ia masih pada tahap
ringan namun itu dapat berdampak buruk pada perkembangan kecerdasan anak.

2. Masalah gizi pada ibu menyusui


A. Anemia gizi
Penyebab utama dari anemia gizi ini adalah karena kekurangan zat besi (Fe) dan asam folat yang seharusnya tidak
terjadi. Asupan folat ini dinilai cukup penting untuk melindungi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini juga terlibat dalam
resep hemoglobin dalam sel darah merah. Seorang wanita yang menyusui membutuhkan 280 mikrogram
perharinya.
B. Kurang Energi Protein (KEP)
Masalah gizi ini terjadi karena kurangnya energi dalam jangka yang cukup lama. Prevalensi tinggi sering terjadi
pada balita, ibu hamil, dan ibu menyusui. Sedangkan pada kondisi berat akan menyebabkan penyakit kwashiorkor,
marasmus, dan marasmus-kwashiorkor.
3. Masalah gizi pada janin
a. lambatnya pertumbuhan janin dan berat lahir rendah (BBLR) Janin berukuran lebih kecil dari standar
ukuran biometri normal pada usia kehamilan
c. Kematian perinatal (kematian bayi tujuh hari setelah lahir). Bayi memiliki berat kurang dari 2,5 kilogram
(kg) kemungkinan 5 hingga 30 kali lebih besar untuk meninggal dalam tujuh hari pertama kehidupan
dibandingkan dengan bayi dengan berat normal (≥2,5kg)
d. Bayi biasanya tampak kurus, pucat, dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu
dibanding pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat.
E. Stillbirth (bayi lahir mati)
f. Gangguan sistem saraf, pencernaan, pernapasan, dan peredaran darah.
g. Lahir cacat, Kurang berkembangnya beberapa organ, Kerusakan otak

4. Masalah Gizi pada bayi


A. Berat bayi lahir rendah terjadi saat bayi terlahir dengan berat badan di bawah 2,5 kg. Kondisi ini
membuat bayi lebih mungkin mengalami gangguan perkembangan dan lebih mudah terserang penyakit.
Kurang gizi selama kehamilan bisa menjadi salah satu pemicunya.
B. Kekurangan gizi Menurut WHO, kekurangan gizi (underweight) didefinisikan jika skor z pada grafik pertumbuhan
bayi berada pada minus 2 SD (-2 SD) sampai minus 3 SD (-3 SD). Contohnya, bayi perempuan usia 8 bulan yang
seharusnya memiliki berat sekitar 8 kg, hanya memiliki berat sekitar 6 kg. Kondisi tersebut bisa berdampak buruk
pada perkembangan otak, otot, hingga metabolisme bayi. Dalam jangka panjang, masalah kurang gizi pun dapat
menyebabkan rendahnya kemampuan nalar dan imunitas tubuh. Bahkan, kekurangan gizi bisa meningkatkan risiko
terjadinya sejumlah penyakit, seperti diabetes dan kanker.

C. Stunting adalah kekurangan gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama.
Akibatnya, anak mengalami gangguan pertumbuhan. Pada bayi, stunting atau kerdil ditandai dengan panjang bayi
yang kurang secara signifikan dari standar usia seharusnya. Dampak dari stunting tidak jauh beda dari kondisi gizi
kurang. Pemenuhan gizi yang lebih baik lewat ASI maupun MPASI bisa menjadi solusi dari stunting yang dialami oleh
bayi.

D. Kekurangan vitamin A (KVA), Salah satu masalah gizi pada bayi dan balita hingga ibu hamil yang umum di
Indonesia adalah kekurangan vitamin A (KVA). Pada anak-anak, kekurangann vitamin A bisa menyebabkan gangguan
penglihatan hingga kebutaan. Selain itu, bayi dengan vitamin A yang kurang dapat berisiko mengalami peningkatan
perkembangan penyakit diare dan campak.
4. Dampak Masalah Gizi
Indonesia masih menghadapi masalah gizi seperti negara-negara berkembang lainnya terutama yang
menimpa balita dan wanita hamil. Masalah gizi ini tidak hanya disebabkan oleh kekurangan zat gizi makro tapi
juga zat gizi mikro. Stunting pada balita merupakan manifestasi dari kekurangan zat gizi kronis baik saat pre
dan postnatal1,2. Stunting (anak pendek) merupakan hambatan pertumbuhan yang selain diakibatkan
kekurangan asupan zat gizi juga adanya masalah kesehatan yang berdampak pada perkembangan anak mulai
dari tahap awal yaitu saat konsepsi sampai tahun ke 3 atau ke 4 kehidupan anak, dimana keadaan gizi ibu dan
anak merupakan faktor penting dari pertumbuhan anak. Stunting pada usia dini berhubungan dengan
terjadinya gangguan tingkat kecerdasan anak, perkembangan psikomotorik dan kemampuan motorik halus.
Pada kasus stunting yang sedang sampai berat sering menimbulkan penurunan kemampuan kerja pada saat
usia dewasa. (Susilawati, Rosmalina, & Julianti. 2015)
Ibu yang mengalami status gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan dan fungsi plasenta yang
direfleksikan dengan berat plasenta yang lebih rendah dan ukuran plasenta yang lebih kecil. Malnutrisi
pada ibu akan mengurangi mengurangi aliran darah ke plasenta yang berdampak pada ukuran plasenta
yang tidak optimal dan mengurangi transfer zat gizi ke janin hingga berakibat BBLR. Ibu yang mengalami
anemia akan berisiko melhirkan BBLR karena anemia akan mengurangi kemampuan metabolisme tubuh
sehingga mengganggu pertumbuhan janin dalam rahim. (Retni & Widjanarko, 2016)
5. Pencegahan Masalah Gizi
Pencegahan dan peningkatan pengetahuan melalui kegiatan edukasi masyarakat tentang
asuhan gizi khususnya makanan bayi dan anak, pemantauan pertumbuhan di posyandu
suplementasi gizi, pemberian makanan tambahan pemulihan kepada anak gizi kurang serta
tatalaksana kasus gizi buruk. Sekarang kata gizi mempunyai pengertian lebih luas, disamping
untuk kesehatan, gizi dikaitkan dengan potensi ekonomi seseorang karena gizi berkaitan
dengan perkembangan otak, kemampuan belajar dan produktivitas kerja. Negara Indonesia
sekarang sedang membangun, faktor gizi disamping faktor-faktor lain dianggap penting untuk
memacu pembangunan, khususnya yang berkaitan dengan perkembangan sumber daya
manusia berkualitas (Afriansyah & Fikrinnisa, 2018).
6. Program Penanggulangan Gizi
A. Program Mother Smart Grounding (MSG)
merupakan upaya pencegahan kejadian stunting melalui pendidikan kesehatan pada ibu balita dengan
mengkombinasikan beberapa metode penyuluhan kesehatan menjadi satu paket yang dapat mendukung upaya
perbaikan gizi yang berdampak secara sensitive maupun spesifik sehingga mendorong tercapainya sasaran
pembangunan kesehatan yang menurunkan prevalensi stunting sebesar 28% pada tahun 2019. Program Mother
Smart Grounding (MSG) bagi peneliti memiliki keunggulan sebagai program yang berfokus pada upaya pencegahan
yang tidak hanya pada kelompok khusus 1000 HPK, tetapi lebih kepada Ibu untuk mempersiapkan pertumbuhan dan
perkembangan anak sejak dini
B. Pelaksanaan Penimbangan Balita di Posyandu Pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan adalah salah satu
bentuk kegiatan penanggulangan gizi buruk karena dengan pemantauan pertumbuhan diperoleh cakupan balita yang
naik berat badannya dan yang berada di BGM (Bawah Garis Merah).
C. Pelaksanaan Pemberian MP-ASI pada Bayi BGM dari Keluarga Miskin Untuk mencegah terjadinya gizi kurang,
sekaligus mempertahankan gizi baik, pada bayi di keluarga miskin, Program Jaring Pengaman Sosial Bidang Kesehatan
(JPS-BK) tahun 2002 telah mendistribusikan MP-ASI dengan sasaran bayi usia 6-11 bulan yang berasal dari keluarga
miskin di Indonesia.
D. Bayi yang Mendapatkan ASI Eksklusif ASI Eksklusif sangat dibutuhkan bayi untuk pertumbuhan fisik,
perkembangan otak, dan kecerdasan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan pemberian ASI eksklusif
pada bayi selama enam bulan, yang ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
Kesimpulan
Pengukuran status gizi pada ibu hamil dapat menggunakan dua acara, yaitu dengan menghitung IMT
(Index Massa Tubuh) atau dengan mengukur LILA (Lingkar Lengan Atas). Status gizi dari seorang ibu
hamil dapat dikatakan normal jika IMT nya sebesar 18,5 sampai 24,9 kg/m2 atau hasil pengukuran
LILA ≥ 23,5 cm, hal tersebut merupakan indikator seorang ibu hamil tidak terjadi KEK (Kekurangan
Energi Kalori).
Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil dan janin yaitu, zat besi sekitar 1000 mg, dan 500 mg, protein
sebanyak 40 sampai 70 gr, dan Asam Folat atau vitamin B9. Kebutuhan zat gizi pada ibu menyusui
serta bayinya yaitu, energi sebesar 500 kalori/hari, Karbohidrat 65 gr per hari, dan juga Protein.
Permasalahan gizi yang dialami oleh ibu hamil, ibu menyusui, janin, dan bayi antara lain anemia,
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), Kurang Energi Protein (KEP), BBLR, kematian perinatal,
stunting, dan kekurangan vitamin A (KVA

Anda mungkin juga menyukai