Anda di halaman 1dari 35

MODUL 3

Kinetika Reaksi Elementer


ANGGOTA KELOMPOK 1 :
 Agnech Gloria Putri Saragih
(193020208032)
 Juliana Sihombing (193010208007)
 Mangido Sitorus (193020208018)
 Raradodo Lase (193010208006)
KEGIATAN BELAJAR 1

Laju reaksi adalah laju pengurangan reaktan tiap satuan waktu. Laju
reaksi di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Siafat dan keadaan zat
2. Konsentrasi
3. Temperatur
4. Katalisator
A. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

1. Sifat dan keadaan zat


Sifat kimia dan keadaan zat meliputi : sifat kimia maupun sifat fisika, serta keadaan
lingkungan tempat berlangsungnya reaksi.
Secara eksperimen, laju reaksi bergantung pada sifat-sifat yang dimiliki pereaksi. Misalnya
reaksi antara KMnO4 dan FeSO4 dalam suasana asam berjalan lebih cepat dibandingkan
KMnO4 dan H2C2O4 dalam suasana asam.
Untuk reaksi-reaksi heterogen, keadaan zat sangat mempengaruhi laju reaksinya. Misalnya
pada kecepatan pembentukan gas CO2 dari reaksi antara marmer dengan HCl dapat berbeda.
Marmer yang sama massanya dalam bentuk butiran akan lebih cepat bereaksi dengan HCl
daripada marmer dalam bentuk bongkahan. Jadi untuk reaksi heterogen, luas kontak antara
permukaan zat-zat yang yang bereaksi sangat berpengaruh.
2. Konsentrasi
Banyak zat terlarut dalam sejumlah larutan dikenal dengan konsentrasi. Untuk menyatakan
konsentrasi dengan menggunakan istilah molar. Larutan satu molar menunjukan adanya satu mol zat
terlarut dalam satu liter larutannya. Semakin tinggi konsentrasinya, semakin banyak pula zat terlarut
yang ada dalam larutannya.
Konsentrasi sangat mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin tinggi konsentrasi maka reaksi
akan berlangsung makin cepat.

3. Temperatur
Temperatur sangat mempengaruhi laju reaksi, yaitu semakin tinggi temperaturnya maka reaksi
berlangsung semakin cepat.
4. Katalisator
Katalisator adalah zat yang mampu mempengaruhi laju reaksi, yaitu pada akhir
reaksi yang didapatkan kembali tanpa mengalami perubahan kimia. Dengan adanya
katalis akan menurunkan besarnya energi pengaktifan, sehingga makin banyak molekul
yang dapat melampaui energi pengaktifan dan reaksi akan berlangsung makin cepat.
B. LAJU REAKSI DAN HUKUM LAJU

1.   Laju Reaksi


Untuk menentukan laju reaksi, harus ditentukan seberapa cepat perubahan konsentrasi yang terjadi pada
reaktan atau produknya. Secara umum, apabila terjadi reaksi A + B  C, maka mula-mula yang ada adalah zat A
dan B, sedangkan zat C sama sekali belum ada. Setelah beberapa waktu, konsentrasi zat C meningkat sementara
konsentrasi zat A dan B akan berkurang.

Secara kuantitatif dapat dinyatakan bahwa laju pengurangan zat A dan zat B masing_masing adalah v A =
dan vB = -, sedangkan laju pembentukan zat C, adalah v c = + . Secara stoikiometris dapat dinyatakan bahwa :
v= = =+
   stoikimetris yang lebih rumit, misalnya A + 2B C + 3Ddapat hubungannya dinyatakan sebagai
Untuk
:
= =+ =
Secara umum, persamaan matematika untuk laju reaksi suatu zat adalah :
v=
Keterangan : v = laju reaksi
nJ = koefesiensi stoikiometri zat J (bertanda positif untuk produk dan negatif untuk
reaktan)
Pada reaksi A B , mula-mula laju pengurangan zat A berjalan cepat namun semakin
lama lajunya akan berjalan semakin lambat. Semakin sedikit zat A yang tinggal akan
semakin lambat pula laju reaksinya. Dalam hal ini pada awalnya reaksi membutuhkan
waktu yang sedikit, selanjutnya reaksi memerlukan waktu yang lebih lama. Hubungan
antara laju reaksi pengurangan zat A dengan waktu reaksi dapat digambarkan dengan
grafik seperti gambar di bawah ini.
2.
 Hukum
  Laju Reaksi
Persamaan laju reaksi ditentukan berdasarkan hasil eksperimen disebut hukum
laju. Jadi hukum laju tidak dapat ditentukan hanya dari koefesien stoikiometrinya,
melainkan diperoleh secara eksperimen. Secara formal, hukum laju adalah persamaan
yang menyatakan laju reaksi (v) sebagai fungsi dari konsentrasi semua spesies yang
menentukan laju reaksi.
Jadi untuk reaksi A + B  C, persamaan laju pengurangan zat A, vA = dan
hukum lajunya vA = k[A]n . Kedua persamaan ini haruslah tidak bertentangan, dan
dikenal sebagai persamaan laju terintegrasi, sehingga : = k[A]n
Hukum laju mempunyai dua penerapan utama. Penerapan praktisnya adalah
setelah diketahui hukum laju dan kontanta laju, maka akan dapat diramalkan laju reaksi
dari komposisi campuran. Sementara itu, penerapan teoritisnya adalah hukum laju
merupakan pemandu untuk meramalkan mekanisme reaksi.
C. PENGARUH REAKSI TERHADAP LAJU REAKSI

   Pengamatan secara empiris menemukan bahwa kebanyakan reaksi mempunyai harga tetapan laju yang
sesuai dengan persamaan Arrhenius. Hubungan antara tetapan laju reaksi dengan temperatur dinyatakan oleh
persamaan Arrhenius :
k = A exp atau ln k = ln A -

Keterangan :
k = konstanta laju reaksi
A = Konstanta Arrhenius, yang bergantung pada frekuensi tumbukan
Ea = energi aktivasi atau energi pengaktifan
R = tetapan gas (-8,314 J/K.mol)
T = temperatur kelvin
ln k  = ln A - identik dengan persamaaan y= a + bx, sehingga dapat di gambarkan seperti Gambar 3.2.
Untuk menetukan besarnya energi pengaktifan, maka dialurkan grafik antara ln k terhadap 1/T,
sehingga - merupakan gradien (kemiringan) dari grafik.
Untuk
  daerah temperatur yang tidak terlalu lebar, berlaku hubungan :
ln k2 – ln k1 =
Atau
ln = =
KEGIATAN BELAJAR 2
Orde Reaksi

Reaksi
   pembentukan HBr: H2(g) + Br2(g) → 2HBr.
Secara eksperimen hukum laju untuk reaksi ini adalah:
v=
A. CARA MENENTUKAN TETAPAN LAJU REAKSI
1. Menentukan tetapan laju secara integral
Persamaan laju reaksi secara umum dinyatakan sebagai -= k[A] n dengan n adalah orde
reaksinya. Jika untuk reaksi orde nol, orde satu, dan orde dua maka harga n berturut-turut adalah 0, 1,
dan 2
a.   Reaksi orde nol
Reaksi orde nol mempunyai hukum laju v = k[A]0, sehingga persamaan laju terintegrasinya, adalah
- = k[A]0 = k apabila persamaan ini ditata ulang akan diperoleh: - d[A] = k dt.
Selanjutnya persamaan diatas diintegrasikan secara langsung. Jika pada awalnya, pada saat t = 0
konsentrasi A adalah [A]0 dan setelah waktu t, konsentrasi A adalah [A]t, maka integralnya, adalah:

] = -k t atau [A]t = [A]0 –k t


[A]t – [A 0
Sesuai dengan persamaan garis lurus, maka gradien (tan α) adalah = - k; dan intersepnya = [A] 0
b. Reaksi
  orde satu
Reaksi orde satu mempunyai hukum laju v = k[A], sehingga persamaan laju terintegrasinya,
adalah - = k[A] apabila persamaan ini ditata ulang akan diperoleh: - = k dt.
Selanjutnya persamaan diatas diintegrasikan secara langsung. Jika pada awalnya, pada saat t =
0 konsentrasi A adalah [A]0 dan setelah waktu t, konsentrasi A adalah [A]t, maka integralnya,
adalah:

atau
ln[A]t = ln[A]0 – k t
Sesuai dengan persamaan garis lurus, maka gradien (tan α) adalah = - k; dan intersepnya = ln[A] 0
c.
 Reaksi
  orde dua
Reaksi orde dua mempunyai hukum laju v = k[A]2, sehingga persamaan laju terintegrasinya,
adalah - = k[A]0 apabila persamaan ini ditata ulang akan diperoleh: - = - k dt.
Selanjutnya persamaan diatas diintegrasikan secara langsung. Jika pada awalnya, pada saat t = 0
konsentrasi A adalah [A]0 dan setelah waktu t, konsentrasi A adalah [A]t, maka integralnya, adalah:

atau
Sesuai
   dengan persamaan garis lurus, maka gradien (tan α) adalah = - k; dan intersepnya =

Grafik reaksi orde dua


   Untuk reaksi A + B → C yang mengikuti orde satu terhadap A dan orde satu terhadap B,
hukum lajunya dirumuskan sebagai v = k [A][B].
Persamaan laju integrasinya adalah:
Persamaan diatas diperoleh dari:

A(b-x) + B(a-x) = 1
2. Menentukan Tetapan Laju Reaksi Secara
Diferensial
Dasar perhitungan :
v= k (A) n
ln v= ln k + n ln (A)
Sesuai dengan persamaan garis lurus maka gradien ( tan α ) = n dan intersepnya = ln k
B. MENENTUKAN TETAPAN LAJU REAKSI DAN
ORDE REAKSI SECARA EKSPERIMENTAL

Dalam eksperimen tentang laju reaksi, yang dilakukan adalah mengukur waktu reaksi dengan
bermacam-macam konsentrasi pereaksi pada temperatur tertentu.
Jadi hokum laju reaksi adalah :
v= k(A) m(B) n
C. WAKTU PARUH

   Waktu paruh adalah waktu yangdiperlukan agar konsentrasi reaktan berkurang hingga
tinggal separuhnya (t1/2).
Pada saat t= t1/2
(A) t = ½ (A)o

Persamaan diterapkan pada orde reaksi satu:


ln=k t1/2
t1/2 = =
Persamaan
   orde reaksi dua :
= k t1/2

(A) t = ½ (A)o

Sehingga, = +k t1/2
t1/2 =
KEGIATAN BELAJAR 3
Mekanisme Reaksi Sederhana
Mekanisme reaksi adalah serangkaian reaksi tahap demi tahap yang secara keseluruhan
menunjukkan tahapan reaksi pembentukan produk.
Contohnya
2NO (g) + 2H 2(g) →2H 2O (g) + N 2 (g)
mekanisme:

2NO → N 2O 2
N 2O 2 + H 2 → N 2O +H 2O
N 2O + H 2 → N 2 + H 2 O
A. MOLEKULARITAS
Molekularitas menyatakan jumlah spesi yang terlibat dalam suatu tahap reaksi.
Reaksi unimolekuler merupakan reaksi orde satu,sedangkan reaksi biomolekuler merupakan reaksi orde
dua.
B. KINETIKA
  REAKSI POLIMERISASI
Reaksi polimerisasi adalah reaksi pembentukan polimer dan monomer-monomer. Terdapat dua jenis
yaitu polimerisasi berantai dan polimerisasi bertahap. Polimerisasi berantai mula-mula monomer
menyerang monomer lainnya dan berikatan membentuk suatu unit, dan selanjutnya unit ini menyerang
lagi monomer lainnya,hal ini terjadi terus-menerus secara berantai. Polimerisasi bertahap setiap dua
monomer dalam campuran akan membentuk ikatan setiap saat, dan pertumbuhan polimer tidak
bergantung pada rantai yang sudah terbentuk.
1. Polimerisasi Berantai
Polimerisasi berantai menghasilkan pertumbuhan cepat rantai polimer individual untuk setiap polimer
teraktifkan.
Dalam proses poimerisasi berantai terdapat 3 tahap reaksi dasar,yaitu inisiasi,perambatan,dan terminasi.
Pada tahap inisiasi,mula-mula inisiator (I) membentuk radikal (R•), kemudian radikal ini bereaksi dengan
monomer (M) membentuk radikal monomer ( ). Tahap penentu lajunya adalah pada tahap pembentukan
radikal.
I R• v = ki[I] (lambat)
R• + M → • (cepat)
Pada tahap perambatan terjadi reaksi antara monomer dengan radikal monomer, sehingga membentuk
radikal monomer yang semakin panjang.
M+•→•
M + • → • dst
M+•→• v = [M][M•]
   Oleh karena rangkaian reaksi ini merambat dengan cepat,maka laju pertumbuhan
konsentrasi total radikal sama dengan laju tahap inisiasi penentu laju.
= 2ᵩ[I]
Besaran merupakan medan tahap inisiasi yaitu fraksi radikal R• yang menginisiasi rantai.
Pada tahap terminasi,terjadi reaksi antara radikal-radikal monomer Panjang membentuk polimer.
•+•→
Apabila laju reaksinya tidak bergantung pada Panjang rantai, maka hukum lajunya adalah :
v = dan laju perubahan konsentrasi radikalnya,
= -2[M•
Adapun contoh reaksi samping transfer rantai seperti R• + M → M• + R yang dapat
menginisiasi rantai baru dengan mengorbankan rantai yang sudah tumbuh. Konsentrasi total
radikal relative konstan selama Sebagian besar proses polimerisasi berlangsung. Hal ini terjadi
karena laju pembentukan radikal selama inisiasi relative sama dengan laju pengurangan radikal
selama terminasi,sehingga
= 2ᵩ[I]- 2[M•=0
Maka [M•]=
Dan  laju perambatan rantai atau laju pengurangan monomernya

= -2[M•][M]
Oleh karena itu
= -2 sehingga laju polimerisasi secara keseluruhan sebanding dengan akar konsentrasi
inisiatornya.
2. Polimerisasi bertahap
Polimerisasi bertahap pada umumnya terjadi pada polimerisasi kondensasi yang menghasilkan
molekul kecil, misalnya H2O,pada setiap tahapnya.
Contohnya :
N(CN + HOOC(CCOOH

N(CNHCO (CCOOH + O

H-[HN(C NHOC)CCO-OH
  
Kondensasi merupakan reaksi orde dua secara keseluruhan terhadap konsentrasi gugus OH dan
COOH,
= -k[OH][COOH]
Akan tetapi karena pada setiap gugus COOH terdapat juga sebuah gugus OH, maka persamaan
menjadi
= -k[COOH
Kemudian asumsikan bahwa konstanta laju kondensasi tidak bergantung pada Panjang
rantai,sehingga harga k akan konstan selama polimerisasi berlangsung.
C. MEKANISME REAKSI FOTOKIMIA
Reaksi yang dapat diinisiasi melalui absorbsi cahaya ialah proses fotokimia yang menangkap
energi pancaran matahari. Beberapa reaksi yang terjadi ini dapat menyebabkan pemanasan
atmosfer karena adanya absorbs sinar ultraviolet. Reaksi yang lain meliputi reaksi yang
mengabsorbsi sinar merah dan biru oleh klorofil, yang digunakan sebagai energi fotosintesis.
Reaksi fotokimia diawali dengan absorbs foton oleh molekul agar mendapatkan energi yang cukup untuk
bereaksi. Produk primer absorbs foton-radikal,adalah molekul terfotoeksitasi atau ion yang berhasil
menginisiasi proses yang menghasilkan produk. Sebagai contoh pada fotolisi HI, prosesnya adalah :
HI + hv → H + I
H + HI → H2 + I
2I → I2
Reaksi fotokimia melibatkan eksitasi electron dalam suatu molekul,yang dapat dijelaskan dengan
diagram Jablonski.
Secara umum laju reaksi fotokimia dapat dijelaskan sebagai berikut :

Catatan :
Isc : intersystem crossing
Ic : internal conversion
  karena ‘ (keadaan eksitasi singlet) tidak stabil maka = [‘ ]. Bila terjadi tumbukan antar dua
Oleh
partikel maka laju reaksinya, v = [‘ ] dengan q = quenching, yang dijelaskan sebagai berikut :
SEKIAN
&
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai