Anda di halaman 1dari 37

Diskusi Kelompok Ahli 8

PERMASALAHAN DAN UPAYA PENANGANAN


MASALAH PENYESUAIAN DIRI PESERTA DIDIK
USIA SEKOLAH MENENGAH
A. IMPLIKASI PROSES PENYESUAIAN PESERTA DIDIK USIA
SEKOLAH MENENGAH TERHADAP PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

 Sekolah : lingkungan yang berperan penting dalam


perkembangan jiwa anak.
 Sekolah harus berperan ganda:
 memberikan pembelajaran
 pendidikan menyangkut nilai moral, agama, sosial dsb.
harus diajarkan sejak dini pada peserta didik usia sekolah menengah atau
bahkan sebelumnya.
 Sekolah berperan sebagai keluarga:
 memberi perlindungan pada peserta didik
 membantu penyelesaian masalah anak hingga tahap solusi penyelesaian
masalah.
di setiap sekolah menengah terdapat guru pembimbing konseling (BP /
BK).
Hal-hal yang perlu dilakukan dalam membantu penyesuaian
diri seorang remaja:

 Menciptakan kondisi ruang ajar yang


menyenangkan, nyaman, dan indah.
 Metode pembelajaran yang menarik,
sehingga mudah dipahami oleh peserta didik.
 Adanya bimbingan penyuluhan /konseling.
B. MASALAH PENYESUAIAN DIRI PESERTA
DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH (REMAJA)

Permasalahan yang sering menghambat penyesuaian diri


remaja adalah hubungan dengan orang dewasa, terutama
orang tua. Oleh karena itu,perkembangan penyesuaian diri
diri remaja sangat bergantung pada sikap orang tua dan
suasana sosial dalam keluarga.
1. Penolakan orang tua terhadap anaknya
Terkadang ada anak yang tidak diinginkan kelahirannya
 membuat orang tua merasa tidak sayang terhadap
anaknya  anak kerap mendapat kekerasan  tidak
nyaman di rumah, lebih suka menghabiskan waktu di
luar rumah.
2. Orang tua memberikan perlindungan berlebihan
terhadap anaknya
Orangtua yang terlalu overprotektif terhadap anaknya
akan membuatnya tidak nyaman dan tidak mandiri. Ia
ingin selalu mendapat perhatian dan simpati dari orang
lain. Ia merasa semua adalah miliknya dan harus dia
dapatkan.
3. Sikap orang tua yang otoriter
Orangtua yang otoriter memaksakan kehendak akan membuat
remaja akan berani melawan dan menentang orangtuanya. Ia
merasa dirinya yang paling benar. Ia cenderung akan menentang
terhadap teman-temannya, lingkungan maupun sekolah.
4. Perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan
perempuan
Perbedaan perlakuan antara anak laki-laki dan perempuan
biasanya menimbulkan rasa iri. Orang tua yang terlalu berpihak
pada salah satu anak akan menghambat penyesuaian diri salah
satu anak tersebut.
Anak laki-laki lebih menggunakan akal daripada persaan,
sebaliknya anak perempuan lebih menggunakan perasaan
daripada akal. sehingga anak perempuan lebih sensitif terhadap
sesuatu daripada anak laki-laki.
5. Penyesuaian diri terhadap sekolah
Masalah penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul
ketika remaja memasuki jenjang lebih lanjut. Mereka akan
mengalami masalah penyesuaian diri terhadap guru,
teman, mata pelajaran dan lingkunagan sekolahnya.
Prestasi mereka akan menurun dibanding sekolah
sebelumnya.
6. Berasal dari keretakan keluarga
Remaja yang berasal dari keluarga yang broken home
cenderung mengalami masalah emosional seperti marah-
marah, suka menyendiri serta gelisah. Remaja yang seperti
ini membutuhkan dukungan baik dari keluarga maupun
dari teman-temannya. Mereka lebih memilih bermain di
luar daripada berada di rumah.
7. Persoalah memilih sekolah
Apabila mengharapkan remaja yang memiliki
penyesuaian yang baik , seharusnya orang tuanya
tidak mendikte mereka agar memilih sekolah
tertentu. Akan lebih baik jika remaja memilih
sekolah sesuai keinginan dan bakatnya. Karena jika
terlalu dipaksa remaja tidak akan berkembang
dengan bakat yang dimiliki tetapi mereka merasa
tertekan.
C. KARAKTERISTIK MASALAH PESERTA
DIDIK USIA SEKOLAH MENENGAH
(REMAJA)
Remaja adalah waktu yang paling berkesan
dalam hidup, kenangan baik maupun buruk
saat remaja merupakan kenangan yang tidak
mudah dilupakan.
Dimasa ini banyak sekali perubahan yang
terjadi pada diri remaja tersebut antara lain:
 Dimensi Biologis : Pada masa pubertas ini anak
perempuan akan mengalami menstruasi sebagai
pertanda reproduksi mereka telah aktif, bentuk
tubuh wanita pun akan mengalami perubahan juga.
Pada anak laki laki akan terjadi perubahan suara,
otot, dan fisik lainnya.
 Dimensi Kognitif : Pada periode ini idealnya para
remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam
usaha memecahkan masalah-masalah mereka. Hal
ini menjadikan remaja semakin kritis dan tidak
mudah menerima informasi apa adanya, namun
mereka akan memproses informasi tersebut dan
mengadaptasikannya dengan pola pikir mereka
sendiri.
 Dimensi Moral : Periode dimana mereka
mempertanyakan alasan-alasan dari orang tua
mengajarkan nilai nilai moral kepada mereka.
Dalam periode ini peran orang tua sangat
penting, karena jika mereka tak mampu
membrikan alasan yang logis terhadap apa yang
mereka ajarkan, para remaja akan memberontak
dan tidak mempercayai nilai-nilai yang
ditanamkan ortu tsb.
 Dimensi Psikologis : Masa remaja adalah masa
yg penuh gejolak, di masa ini mood (suasana hati
dapat berubah dengan cepat dan mereka sangat
rentan terhadap pendapat orang lain.
D. BEBERAPA MASALAH PESERTA DIDIK USIA
SEKOLAH MENENGAH (REMAJA)

1. Permasalahan Kesehatan Anak Usia Sekolah


Kedewasaan seorang anak tidak ditentukan oleh
usia. Terkadang orang yang memasuki usia dewasa
dan memiliki bentuk fisik yang berkembang sesuai
dengan usia, juga memiliki sikap seperti anak-anak.
Oleh karena itu kita meninjau dari segi masalah yang
dihadapi oleh seorang peserta didik, bagaimana
sikap mereka dalam menghadapi maslah terutama
masalah kesehatan diri peserta didik.
 Permasalahan yang sering muncul: kesehatan umum,
gangguan perkembangan, gangguan prilaku dan
kesehatan anak usia sekolah.
 Orang tua dan guru memilki peran penting dalam
memberikan pencegahan sedini mungkin agar anak-
anak tetap dalam keadaan sehat dalam proses
belajarnya.
 Jika tidak, efek yang timbul adalah prestasi anak
menurun, dan perkembangan anak terganggu.
 Diharapkan anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang
berkualitas.
a. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Sekolah
Pertumbuhan identik dengan perkembangan yang
dialami oleh fisik anak, sedangkan perkembangan
adalah perubahan mental, emosi, dan pola pikir
anak, dari yang tidak bisa sampai dengan bisa
menyelesaikan masalah sendiri. Lebih berkaitan
dengan pematangan organ individu, untuk
menjalankan fungsi yang seharusnya.
Perkembangan individu seringkali berdampak pada hal-hal
sebagai berikut :
1.Jasmani: Perubahan ini seringkali membuat anak
kebingungan, dengan mulai berubahnya bentuk fisik
seorang anak.
2.Jiwa: Berkembangnya kecerdasan, dan pencarian jati diri
anak
3.Rohani: Perubahan pola pikir yang berpengaruh pada
agamanya. Sehingga terkadang rohani merupakan sebuah
tambahan dan bukan lagi sebuah kebutuhan manusia
untuk hidup.
4.Sosial: Keadaan lingkungan terutama teman sebaya,
terkadang meberikan pengaruh besar dalam kondisi social
anak, pengaruh positif ataupun pengaruh negatif.
b. Permasalahan Anak Usia Sekolah
 Indonesia merupakan negara dengan penyebaran
penyakit yang makin meluas.
 lingkungan sangat mendukung penyebaran penyakit:
pembuangan sampah sembarangan, polusi udara,
sanitasi yang kurang memadai dsb.  pengaruh buruk
pada peserta didik usia sekolah menengah.
 Masalah kesehatan yang sering dihadapi anak sekolah
(SD) : kebersihan diri sendiri. seperti cara menyikat gigi
dengan baik dan benar, cara mencuci tangan dengan
baik dan benar dsb,
 Masalah kesehatan yang dihadapi peserta didik
menengah (SMP dan SMA/MA/SMK): beresiko, yaitu
penyalahgunaan NAPZA , merokok, miras, kehamilan,
seks bebas hingga menyebabkan HIV/AIDS.
Penyakit yang sangat mudah menjangkit peserta
didik:
1. Penyakit menular pada anak sekolah
 Infeksi kaki
 Campak
 Mumps (Gondok)
 Rubela
 Cacar air
2. Penyakit Non Infeksi
 Alergi
 Infeksi parasit cacing
 Gangguan pertumbuhan
3. Gangguan perkembangan dan prilaku anak
sekolah
 Penolakan sekolah : biasa disebut fobia sekolah
 Gangguan belajar : gangguan yang dimiliki oleh
anak dalam proses belajar (suatu keterlambatan
dalam memahami pelajaran tersebut dibanding
anak seusianya).
Gangguan belajar dibagi menjadi dua, sebagai
berikut :
 Gangguan bicara dan bahasa
 Gangguan perkembangan dan akademik
c. Imunisasi Anak Usia Sekolah

Program Pengembangan Imunisasi dari Departemen


Kesehatan RI dan Ikatan Dokter Anak Indonesia:
1. Imunisasi wajib DPT dan Polio untuk anak kelas 1
SD
2. Imunisasi wajib DT dan Tf untuk anak kelas 4
3. Polio ulang ketika usia 16 tahun
4. Campak ulang pada kelas 1 bila belum mendapat
imunisasi MMR
5. Bila sebelum usia sekolah belum pernah imunisasi,
dilakukan MMR dan cacar air.
d. Upaya Peningkatan Kesehatan Anak
Sekolah
 UKS (Usaha Kesehatan  Kuratif dan Rehabilitasi
Sekolah)  Penanganan gawat darurat
 Penanganan pertama
 Health Promoting School
kecelakaan di sekolah
 Promotif dan Pencegahan
 Keterlibatan guru dalam
 Nutrisi baik dan benar
penanganan anak
 Hidup sehat jasmani dan rohani
 Deteksi dini & pencegahan
penyakit menular, penyakit
kronis, gangguan pertumbuhan
& gangguan belajar
 Imunisasi sekolah
2. Masalah Remaja Dengan Rokok

Meskipun rokok sangat berbahaya, perilaku


merokok di Indonesia tidak pernah surut dan
masih dapat ditolerir oleh masyarakat. Hal yang
memprihatinkan adalah usia perokok yang
semakin tahun semakin muda.banyak anak SD
yang sudah berani merokok secara diam-diam.
Penyebab remaja merokok:

1. Pengaruh orangtua
Apabila orangtua menjadi pecandu rokok kemungkinan
anaknya akan mencontohnya dikemudian hari. Hal ini
disebabkan remaja lebih mudah meniru perilaku orang
tuanya.
2. Pengaruh teman
Banyak remaja yang merokok yang berteman dengan
perokok.karena remaja sangat labil mereka akan mudah
terpengaruh teman-temannya.
3. Faktor kepribadian
Terkadang ada beberapa perokok yang mempunyai
alasan tertentu seperti ingin tahu,ingin melepaskan diri
dari rasa sakit,membebaskan diri dari kebosanan.
4. Pengaruh iklan
Iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan
gambaran bahwa perokok adalah lambing kejantanan
atau glamour atau gaul,membuat remaja terpicu untuk
memgikuti perilaku seperti iklan tersebut.
Pencegahan yang dilakukan:
 Program kampanye anti merokok bagi remaja dapat
dijadikan contoh sebagai upaya pencegahan agar remaja
tidak merokok. Tempat yang digunakan untuk kampanye
ini adalah sekolah, televisi, radio, koran.
 Adanya pemahaman dari orang tua untuk memberikan
arahan terhadap anaknya akan bahayanya merokok.
 Pemerintah berkontribusi dengan memberlakukan
kebijakan melarang penjualan rokok kepada anak dan
menegakkannya secara tegas.
3. Remaja Dan Perilaku Konsumtif

Pola hidup konsumtif


Konsumtif adalah keinginan untuk mengkonsumsi
barang-barang yang sebenarnya kurang diperlukan
secara berlebihan, dengan tujuan mencapai kepuasan.

Perilaku konsumtif remaja


Bagi produsen kelompok usia remaja merupakan salah
satu pasar yang potensial, karena pola konsumsi
seseoranag terbentuk ada usia remaja. Remaja
biasanya mudah terbujuk rayuan iklan suka ikut-ikutan,
dan tidak realistis.
4. Perkelahian Pelajar

Perkelahian atau sering disebut tawuran, sering


terjadi diantara pelajar. Bahkan, bukan
“hanya” pelajar SMU, Karena emosi yang
masih labil dan ingin dipandang wow oleh
golongan lain. Ada yang mengatakan bahwa
berkelahi adalah hal yang wajar pada remaja.
 Dampak perkelahian pelajar
4 dampak negatif dari perkelahian pelajar:
1. Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat
perkelahian jelas mengalami dampak negatif
apabila mengalami cedera atau bahkan tewas.
2. Rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan
fasilitas lainnya, serta fasilitas pribadi seperti
kaca toko dan kendaraan.
3. Terganggunya proses belajar di sekolah.
4. Kurangnya penghargaan siswa terhadap
perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain.
Pandangan umum terhadap perkelahian
pelajar
Sering dituduhkan, pelajar yang berkelahi berasal
dari sekolah kejuruan, atau dari keluarga dengan
ekonomi rendah, sebagian pelajar yang sering
berkelahi berasal dari keluarga yang mampu
secara ekonomi.
Padahal penyebab perkelahian pelajar tidaklah
sesederhana itu. Terutama dikota besar,
masalahnya begitu kompleks, meliputi faktor
psikologis, budaya, sosiologis, juga kebijakan
pendidikan dalam arti luas
Tinjauan psikologi penyebab
remaja terlibat perkelahian
 Faktor Internal
Remaja yang terlibat perkelahian biasanya
kurang mampu melakukan adaptasi pada
situasi lingkungan yang kompleks. Kompleks
disini berarti adanya keanekaragaman
pandangan, budaya, tingkat ekonomi, dan
semua rangsangan dari lingkungan yang
semakin lama semakin beragam dan banyak.
 Faktor keluarga
Rumah tangga yang dipenuhi kekerasan jelas
berdampak pada anak.
 Faktor sekolah
lingkungan sekolah yang tidak merangsang
siswanya untuk belajar
 Faktor lingkungan
Lingkungan diantara rumah dan sekolah
sehari-hari dialami remaja, juga membawa
dampak terhadap munclnya perkelahian.
Faktor – faktor penyebab perilaku agresi
Agresi itu sendiri oleh Murray (dalam Hall & Lindzey,
psikologi Kepribadian, 1993) didefinisikan sebagai suatu
cara melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai,
menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain atau
secara singkatnya agresi adalah tindakan yang
dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik
orang lain. Faktor-faktor yang dapat menjadi pemicu
perilaku agresi antara lain :
 Amarah
 Faktor Biologis
 Kesenjangan generasi
 Lingkungan
 Peran belajar model kekerasan
 Frustasi
 Proses Kedisiplinan yang keliru
E. PENANGANAN MASALAH REMAJA DENGAN
MEKANISME PERTAHANAN DIRI
Sigmund Freud Berpendapat, “Such defense
mechanism are put into operation whenever anxiety
signals a danger that the original unacceptable
impulses may reemerge” (Microsoft Encarta
Encyclopedia:2002)
Mekanisme pertahanan diri adalah proses tak sadar
yang melindungi dari kecemasan dengan cara
memutarbalikkan kenyataan. Mekanisme ini tidak
mengubah keadaan sebenarnya dari bahaya
tersebut, hanya mengubah cara pandang dari
masalah tersebut.
Istilah mekanisme sendiri kurang tepat.
Pandangan ini mungkin karena Freud hidup
di abad ke-19, yang ketika masa tersebut
manusia dipandang seakan-akan adalah
sebuah mesin yang rumit.
Jenis-jenis mekanisme pertahanan diri antara
lain:
1. Represi
Menyingkirkan frustasi, konflik batin, dlsb.
(Masalah tidak dipikirkan)
1. Supresi
Pengendalian diri dengan terang-terangan untuk
menjaga impuls-impuls dan dorongan-dorongan
dalam hidup. (Hampir sama dengan represi, namun
dilakukan secara sadar)
2. Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)
Memperlihatkan ekspresi yang berlawanan untuk
menyembunyikan motif dan perasaan yang
sesungguhnya.
3. Fiksasi
Menghentikan perkembangan normal dari diri individu
tersebut untuk sementara atau bahkan selamanya
karena merasa tidak sanggup lagi menghadapi
masalah yang datang.
5. Regresi
Bertingkah seolah individu tersebut kembali ke masa
atau umur yang lebih muda.
6. Menarik diri
Tidak mengambil tindakan apapun atau menghindari
suatu masalah, biasanya disertai depresi dan sikap
apatis.
7. Mengelak
Mencurahkan masalah yang ada pada obyek lain.
Misalkan seseorang yang bermasalah dengan atasannya
marah kepada istri, anak-anak atau barang-barangnya di
rumah.
8. Penyangkalan (Denial)
Tahu ada masalah, namun menyangkalnya.
9. Fantasi
Berkhayal bahwa ia telah berhasil menghindari masalah dan
mencapai tujuan.
10.Rasionalisasi
Mencari-cari alasan untuk membenarkan terjadinya
masalah.
11.Intelektualisasi
Menghadapi masalah dengan cara yang analitik dan
intelektual. Menjauh sedikit dari persoalan.
12.Proyeksi
Menyalahkan orang lain atas masalah yang ada,
memperlihatkan ciri-ciri dari orang yang tak disukai dan
cenderung membesar-besarkan apa yang ia amati dari
orang tersebut, namun sebenarnya ia harus menerima
kenyataan tentang keburukan dirinya.
RUJUKAN

Fatimah, Enung. 2008. Psikologi Perkembangan


(Perkembangan Peserta Didik). Bandung:
Pustaka Setia

Anda mungkin juga menyukai