- Ahmad Rasyid Ridha (1900312310046) - M. Dody Abrar (1900312310087) - M. Caesariansyah (1900312310049) - Najwah Fabiah (1900312310012) - Axelino Sihombing (1900312310098) DEFINISI • Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh instansi pemerintah yang berwenang memungut cukai. LATAR BELAKANG • 1. Perlunya penerapan pajak yang lebih adil kepada seluruh daerah, agar seluruh daerah mempunyai sumber dana yang memadai untuk mengendalikan dan mengatasi dampak negatif rokok
• 2. Perlunya peningkatan local taxing power guna
meningkatkan kemampuan daerah dalam menyediakan pelayanan publik, khususnya pelayanan kesehatan TARIF CUKAI ROKOK Tarif pajak rokok ditetapkan sebesar 10% dari cukai rokok. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pada penjelasan Pasal 29 menyatakan bahwa pada saat diberlakukannya ketentuan mengenai Pajak Rokok, pengenaan Pajak Rokok sebesar 10% (persen) dari cukai rokok diperhitungkan dalam penetapan tarif cukai nasional (PMK No.147/PMK.010/2016). Adapun besar tarif cukai rokok, antara lain :
• Tarif advolarium : 40% dari harga jual eceran (HJE)
• Tarif cukai spesifik : Rp 200,-/batang.
• Jika menggunakan penggabungan maka tarifnya : Rp 200,-/batang + 40%
HJE. TARIF PAJAK ROKOK • Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 pada penjelasan Pasal 29 menyatakan bahwa pada saat diberlakukannya ketentuan mengenai Pajak Rokok, pengenaan Pajak Rokok sebesar 10 % dari cukai rokok diperhitungkan dalam penetapan tarif cukai nasional. KEBIJAKAN PAJAK ROKOK • 1. UURI Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi daerah Pasal 94 Ayat (1) huruf c dinyatakan bahwa ”hasil penerimaan pajak rokok diserahkan kepada kabupaten/kota sebesar 70% (tujuh puluh persen)”.
• 2. Penerimaan pajak rokok, baik bagian provinsi maupun
bagian kabupaten/ kota, dialokasikan paling sedikit 50% (lima puluh persen) untuk mendanai pelayanan kesehatan masyarakat dan penegakan hukum oleh aparat yang berwenang (Pasal 31 UURI Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi daerah). KEBIJAKAN PAJAK ROKOK • 3. Berdasarkan penjelasan Pasal 31 UURI Nomor 28 tahun 2009, yang dimaksud dengan
A. Pelayanan kesehatan masyarakat, antara lain:
-Penyediaan sarana umum yang memadai bagi perokok (smoking area) -Kegiatan memasyarakatkan tentang bahaya merokok, dan iklan layanan masyarakat mengenai bahaya merokok.
B. Penegakan hukum sesuai dengan kewenangan Pemerintah Daerah
yang dapat dikerjasamakan dengan pihak/instansi lain, antara lain, pemberantasan peredaran rokok ilegal dan penegakan aturan mengenai larangan merokok sesuai dengan peraturan perundang-undangan KEBIJAKAN PAJAK ROKOK • 4. Ketentuan mengenai pajak rokok mulai berlaku pada tanggal 1 januari 2014. (Pasal 181 Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi daerah). PUNGUTAN & PENYETORAN • 1. Tarif Pajak Rokok ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen) dari cukai rokok;
• 2. Besaran pokok Pajak Rokok yang terutang dihitung dengan cara mengalikan
tarif pajak dengan dasar pengenaan;
• 3. Wajib pajak menghitung sendiri pajak rokok melalui Surat Pemberitahuan
Pajak Rokok (SPPR).
• 4. Pemungutan pajak rokok dilakukan oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai (KPBC) bersamaan dengan pungutan cukai rokok.
• 5. Berdasarkan realisasi penerimaan pajak rokok Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran SPP untuk penyetoran pajak rokok dari Rekening Kas Negara ke Rekening Kas Umum Daerah provinsi SUBJEK & OBJEK PAJAK • Subjek pajak rokok sebagaimana diatur dalam UU nomer 28 Tahun 2009 Pasal 27 adalah konsumen rokok itu sendiri, akan tetapi yang menjadi Wajib Pajak (WP) rokok adalah pengusaha pabrik rokok/produsen rokok dan importir rokok yang memiliki izin berupa Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai (NPPBKC)
• Objek pajaknya adalah konsumsi rokok. Sebagaimana yang di
maksud UU Nomer 28 Tahun 2009 Pasal 26, rokok meliputi sigaret, cerutu, dan rokok daun. Sistem Harga Jual Eceran
• Jika HJE (harga jual eceran) per batang rokok
adalah Rp1.500, Cukai Rokok yang harus dibayar pengusaha per batang: 40% x Rp1.500 = Rp600 • Sementara Pajak Rokok yang harus dibayar pengusaha per batang: 10% x Rp600 = Rp60 Sistem Kombinasi atau Advolrum
• Diasumsikan bahwa harga satu bungkus rokok rokok
merek “A” sebesar Rp18.000 dengan cukai 40%. Dengan demikian, nilai Cukai Rokok tersebut adalah: 40% x Rp18.000 = Rp7.200
• Dan Pemerintah Daerah (Pemda) memungut
Pajak Rokok dengan besaran 10% atas Cukai Rokok. Dengan demikian, nilai Pajak Rokok yang harus dibayarkan adalah: 10% x Rp7.200 = Rp720 THANK YOU