Anda di halaman 1dari 57

Identifikasi Masalah

Kesehatan
Indria Hafizah
FK UHO
Identifikasi masalah,
Perumusan Masalah,
Prioritas Masalah
APA MASALAH ?
• Tiga Syarat Menetapkan Masalah :
• Ada kesenjangan
• Ada rasa tidak puas
• Ada rasa tanggung jawab mengatasi masalah

Cara Mengetahui Masalah :


• Melakukan penelitian
• Mempelajari laporan
• Diskusi dengan para ahli
MASALAH KESEHATAN
RUANG LINGKUP MASALAH KESEHATAN “6D”:
 Death (kematian)
 Disease (penyakit)
 Disability (kecacatan)
 Discomfort (kekurang-nyamanan)
 Dissatisfication (kekurang-puasan)
 Destitusion (kemelaratan)
Sehingga untuk menanggulangi masalah kesehatan tidak
hanya dilakukan dengan intervensi dibidang kesehatan
tetapi secara terpadu (lintas sektoral)
Masalah kesehatan potensial pada
pekerja
1. Kecelakaan kerja
2. Penyakit akibat kerja
3. Penyakit tidak menular
4. Penyakit menular
BEBERAPA KEADAAN MASALAH
KESEHATAN
 Epidemi = ?
 Pandemi = ?
Penyakit
 Endemi = ?
 Sporadik = ?
 Wabah = ?
Besar potensi kecelakaan
• Tergantung dari :
– Jenis produksi, teknologi yg di pakai
– Bahan yg digunakan, tat ruang
– Lingkungan bangunan
– Kualitas manajemen
– Tenaga2 pelaksana
PRIORITAS MASALAH KESEHATAN
1. Yang mempunyai dampak terbesar pada
kematian, kasakitan, lama hari kehilangan
kerja, biaya rehabilitasi, dll
2. Apakah mengenai anak-anak, ibu-ibu
3. Masalah kesehatan yang paling rentan untuk
intervensi.
4. Masalah yang belum pernah
disentuh/diintervensi.
5. Masalah yang merupakan daya ungkit tinggi
dalam meningkatkan status kesehatan,
economic saving,
6. Apakah merupakan prioritas daerah/nasional
Mengapa perlu Prioritas Masalah?
• Terbatasnya sumber daya yang tersedia,
dan karena itu tidak mungkin
menyelesaikan semua masalah.
• Adanya hubungan antara satu masalah
dengan masalah lainnya, dan karena itu
tidak perlu semua masalah diselesaikan
(Azwar, 1996).
cara pendekatan mengidentifikasi
masalah kesehatan
1. Pendekatan logis
 identifikasi masalah kesehatan dilakukan dengan mengukur
mortalitas, morbiditas dan cacat yang timbul dari penyakit-
penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan Pragmatis
 Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan
rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit/kecelakaan.
Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan
kesehatan adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh  pengobatan, misalnya jumlah orang yang datang
berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan Politis
 Dalam pendekatan ini, masalah kesehatan diukur atas dasar
pendapat  orang-orang penting dalam suatu msyarakat
(pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat). 
Langkah-langkah perencanaan
Pada Input perlu dianalisis… 5M supaya
tahu sumber daya apa yang tersedia
• membuat proposal intervensi harus selalu
menerapkan metoda 5W dan 1H:
– Why  Mengapa perbaikan harus dilakukan?
– What  Apa rencana perbaikannya?
– Where  Dimana lokasi perbaikan akan
dilakukan?
– When  Kapan (rentang waktu) dilakukannya
perbaikan?
– Who  Siapa yang bertanggung jawab?
– How  Bagaimana pelaksanaannya
• Data-data yang harus diambil:
1. Informasi mengenai profil perusahaan, struktur
organisasi, tim K3, sarana dan fasilitas yang ada
2. Informasi bahaya potensial (fisik, kimia, ergonomi,
biologi dan psikososial) yang ada di masing-masing
bagian produksi
3. Informasi risiko kecelakaan dan penyediaan/pengunaan
APD, Alat pemadam kebakaran di masing-masing
bagian produksi
4. Informasi mengenai kunjungan klinik, penyakit dan/atau
kecelakaan yang ada pada 1 tahun terakhir
5. Informasi/mencatat keadaan lingkungan perusahaan
seperti kebersihan tempat kerja, kamar kecil dan kantin
dsb
6. Bila perlu gunakan kamera dan alat perekam suara
untuk dokumentasi data.
7. Bila memungkinkan minta nomer telpon dari contact
person agar masih bisa meminta infomasi bila
dibutuhkan.
• PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN
KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN
KEMATIAN DIATUR DALAM PERATURAN
PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
44 TAHUN 2015
• Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya
disingkat JKK adalah manfaat berupa uang
tunai dan/atau pelayanan kesehatan yang
diberikan pada saat peserta mengalami
kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan
oleh lingkungan kerja.
• Program JKK dan JKM diselenggarakan oleh
BPJS Ketenagakerjaan
Permasalahan pada kelompok rentan
(infodatin kemenkes, 2015)
1. Pekerja perempuan
– Anemia ; rendah ouput, sakit, kecelakaan, absensi meningkat, resiko
hamil & melahirkan
– Tk pendidikan rendah ( 50,91 % tamat SD; BPS 2014); kurang
pengetahuan kes & gizi, tinggal di lingkungan sanitasi buruk -> malaria,
TB , cacingan
2. Nelayan
a. Gaya hidup yg kurang higienis
b. Kurang nutrisi
c. Kurang kesadaran keselamatan
d. Pnykt menular I;SPA, Malaria dan pneumonia; PTM hipertensi, sakit sendi,
gangguan emosi, diabetes, DM, stroke dan PJK
3. TKI (Mei 2015; 120.677 jiwa)
a. Bekerja di luar negri; pra, saat,pasca penempatan
• persamaan dan perbedaan di antara pendekatan
kedokteran klinis dan kedokteran komunitas dalam
penegakan diagnosis masalah kesehatan
– Seorang klinisi akan memeriksa pasien serta harus
mampu menentukan kondisi patologisberdasarkan gejala
dan tanda yang ada agar dapat menegakkan diagnosis
penyakit dan memilih cara tepat untuk pengobatannya
– kedokteran komunitas, keterampilan epidemiologi
(mempelajari tentang frekwensi dan dis­tribusi penyakit
serta faktor determinan yang mempengaruhinya di
kalangan manusia) sangat diperlukan untuk dapat
memeriksa seluruh masyarakat dan memilih indikator yang
sesuai untuk menjelaskan masalah kesehatan di
komunitas; kemudian menetapkan diagnosis komunitas
serta menetapkan intervensi yang paling efektif untuk
dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
Perbedaan antara Diagnosis
komunitas dan Diagnosis Klinis
TABEL PERSENTASE CACAT TETAP
SEBAGIAN DAN CACAT-CACAT LAINNYA.
MANFAAT JAMINAN KECELAKAAN KERJA
• Pelayanan kesehatan sesuai dengan kebutuhan medisnya,
antara
• lain meliputi:
1. pemeriksaan dasar dan penunjang;
2. perawatan tingkat pertama dan lanjutan;
3. rawat inap kelas I rumah sakit Pemerintah, rumah sakit
pemerintah daerah, atau rumah sakit swasta yang setara;
4. perawatan intensif;
5. penunjang diagnostik;
6. pengobatan;
7. pelayanan khusus;
8. alat kesehatan dan implan;
9. asa dokter/medis;
10. operasi;
11. ransfusi darah; dan
12. rehablitasi medis.
b. Santunan berupa uang meliputi:
1. 1) Penggantian biaya pengangkutan Peserta
yang mengalami Kecelakaan Kerja atau penyakit
akibat kerja ke rumah sakit dan/atau ke
rumahnya, termasuk biaya pertolongan pertama
pada kecelakaan, meliputi;
a. aapabila menggunakan angkutan darat, sungai, atau
danau paling banyak Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah)
b. apabila menggunakan angkutan laut paling banyak
Rp1.500.000,00 (satu juta lima ratus ribu rupiah);
c. capabila menggunakan angkutan udara paling banyak
Rp2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah); atau
d. apabila menggunakan lebih dari 1 (satu) angkutan,
maka berhak atas biaya paling banyak dari masing-
masingangkutan yang digunakan.
2. Santunan Sementara Tidak Mampu Bekerja (STMB);
a. a. STMB untuk 6 (enam) bulan pertama diberikan sebesar 100% (seratus persen)
dari Upah.
b. STMB untuk 6 (enam) bulan kedua diberikan sebesar 75%(tujuh puluh lima
persen) dari Upah.
c. STMB untuk 6 (enam) bulan ketiga dan seterusnya diberikan sebesar 50% (lima
puluh persen) dari Upah.STMB dibayar selama Peserta tidak mampu bekerja
sampai Peserta dinyatakan sembuh, Cacat sebagian anatomis, Cacat sebagian
fungsi, Cacat total tetap, atau meninggal duniaberdasarkan surat keterangan
dokter yang merawat dan/atau dokter penasehat.
3. Santunan Cacat, meliputi:
a. Cacat sebagian anatomis sebesar = % sesuai tabel x 80 x Upah sebulan,
b. Cacat sebagian fungsi = % berkurangnya fungsi x % sesuaitabel x 80 x Upah
sebulan
c. Cacat total tetap = 70% x 80 x Upah sebulan;
4. Santunan kematian sebesar = 60% x 80 x Upah sebulan, paling
sedikit sebesar JKM.
5. Biaya pemakaman Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
6. Santunan berkala dibayar sekaligus= 24 x Rp. 200.000,00 =
Rp4.800.000,00 (empat juta delapan ratus ribu rupiah).
7. Rehabilitasi berupa alat bantu (orthese) dan/atau
alat ganti (prothese) bagi Peserta yang anggota
badannya hilang atau tidak berfungsi akibat
Kecelakaan Kerja untuk setiap kasus dengan
patokan harga yang ditetapkan oleh Pusat
Rehabilitasi Rumah Sakit Umum Pemerintah
ditambah 40% (empat puluh persen)dari harga
tersebut serta biaya rehabilitasi medik.
8. Penggantian biaya gigi tiruan paling banyak
Rp3.000.000,00 (tiga juta rupiah).
9. Bantuan beasiswa kepada anak Peserta yang
masih sekolahsebesar Rp12.000.000,00 (dua
belas juta rupiah) untuk setiap Peserta, apabila
Peserta meninggal dunia atau Cacat total tetap
akibat Kecelakaan Kerja.
Rating/ Besaran Keseriusan masalah Effektivitas
skor masalah (% dari intervensi (masalah
masalah dapat tertangani)
kesehatan)
9-10 > 25% Sangat serius 80-100% efektif
7-8 10-24,9% Relative serius 60%-80%
5-6 1-9,9% Serius 40-60%
3-4 0,1-0,99% Serius sedang 20-40%
1-2 < 0,01% Relative tidak serius 5-20%
0 Tidak serius < 5%
Besaran masalah Keseriusan masalah Efektivitas intervensi
dapat diperoleh didasarkan pada: dilakukan didasarkan
dari data dasar a.Apakah membutuhkan pada:
individu dan perhatian segera Faktor terkait dengan
masyarakat b.Apakah masalah tinggi dan rendahnya
merupakan kebutuhan Intervensi potensial
masyarakat dapat dilakukan.
c.Apa dampak ekonomi yang
timbul
d.Apa dampak terhadap
kualitas hidup..?
e.Apakah membutuhkan
Prinsip Dasar Higiene Industri
• Higiene industry, adalah perpanduan ilmu
(science) dan seni (art), dalam usaha
mengantisipasi, pengenalan/rekoknisi, evaluasi
dan mengontrol faktor-faktor lingkungan yang
timbul di/dari tempat kerja, yang mungkin
mengakibatkan sakit, gangguan kesehatan atau
rasa kenyamanan dan menyebabkan
menurunnya efisiensi kerja diantara para
pekerja
• Keselamatan kerja , menurut America Society of
safety and Engineering (ASSE) diartikan sebagai
bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah
semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan
lingkungan dan situasi kerja, dan (sesuai UU No.1
tahun 1970 ), adalah keselamatan yang bertalian
dengan mesin/alat, bahan baku, lingkungan tempat
kerja, serta cara melakuakan pekerjaan, yang bebas
dari interaksi
• Lingkungan Kerja : Area / ruang yang dipergunakan
untuk aktivitas industri antara lain : tempat/ ruang
kerja, ruang/ tempat penyimpanan bahan baku hasil
produksi, ruang/ tempat proses berikut, dan semua
benda-benda di sekitarnya, mesin dan bahan baku
• Kerja adalah unsur-unsur dari lingkungan kerja
yang dapat mengakibatkan sakit, gangguan
kesehatan, ketidak nyamanan dan keselamatan
dalam bekerja, sehinga mengakibatkan efisiensi
kerja menurun
• Nilai Ambang Batas (NAB) adalah kadar suatu
substansi dalam udara/tempat kerja yang
• merupakan pedoman pengendalian, agar tenaga
kerja masih dapat menghadapinya dengan tidak
mengakibatkan penyakit atau gangguan
kesehatan atau kenikmatan kerja dalam pekerjaan
sehari- hari untuk waktu tidak boleh lebih 8 jam
sehari atau 40 jam seminggu
• HI adalah ilmu dan seni untuk memelihara kesehatan melalui
Pengenalan, penilaian, pengawasan terhadap penyebab –
penyebab lingkungan dan sumber sumber penyakit (potensial
hazard), Dan perancangan peniadaan atau pengawasan
• HI Perusahaan : adalah spesialisasi dalam higene beserta
prakteknya Yang dengan mengadakan penilaian kepada
faktor-faktor penyebab penyakit dalam lingkungan kerja dan
perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan
untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan , bila perlu
pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar suatu
perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta
dimungkinkan mengecap derajat kesehatan yg optimal
sifat-sifat Higiene Perusahaan
• Sasaran adalah lingkungan kerja dan bersifat teknik.
• Object dari HI adalah melindungi kesehatan tenaga
kerja di Tempat Kerja, Disamping itu juga melindungi
tenaga kerja dari penyakit-penyakit Industri.
– Ruang Lingkup HI
– Lingkungan Kerja,
– Kepadatan yg berlebihan
– Jam Kerja
– Masa Istirahat
– Rotasi Kerja
– Tenaga Kerja anak & Wanita
– Ganti Rugi
– Pelayanan
– Pemeriksaan Fisik
– Personal Hygiene, Kes. Jiwa
implementasi HI
1. Antisipasi; merupakan kegiatan untuk
memprediksi potensi bahaya dan risiko di
tempat kerja. Tujuan :
a. Mengetahui potensi bahaya dan risiko lebih dini
sebelum muncul menjadi bahaya dan risiko
yang nyata
b. Mempersiapkan tindakan yang perlu sebelum
suatu proses dijalankan atau suatu area
dimasuki
c. Meminimalisasi kemungkinan
• Langkah-langkah dalam antisipasi yaitu :
  Pengumpulan Informasi
  Melalui studi literature
  Mempelajari hasil penelitian
  Dokumen-dokumen perusahaan
  Survey lapangan
  Analisis dan diskusi
  Diskusi dengan pihak terkait yang kompeten
  Pembuatan Hasil
 
• Yang dihasilkan dari melakukan antisipasi adalah daftar potensi
bahaya dan risiko yang dapatdikelompokkan:
  Berdasarkan lokasi atau unit
  Berdasarkan kelompok pekerja
  Berdasarkan jenis potensi bahaya
  Berdasarkan tahapan proses produksi dl
implementasi HI
2. Rekognisi
• Rekognisis merupakan serangkaian kegiatan untuk mengenali
suatu bahaya lebih detil dan lebih komprehensif dengan
menggunakan suatu metode yang sistematis sehingga dihasilkan
suatu hasil yang objektif dan bias dipertanggung jawabkan.
• melakukan pengenalan dan pengukuran untuk mendapatkan
informasi tentang konsentrasi, dosis, ukuran (partikel), jenis,
kandungan atau struktur, sifat, dll . Adapun tujuan dari rekognisi
adalah :
– Mengetahui karakteristik suatu bahaya secara detil (sifat, kandungan,
efek,
– severity, pola pajanan, besaran)
– Mengetahui sumber bahaya dan area yang berisiko
– Mengetahui pekerja yang berisiko
implementasi HI
3. Evaluasi
• Pada tahap penilaian/evaluasi lingkungan, dilakukan
pengukuran, pengambilan sampel dan analisis di
laboratorium.
• Tujuan pengukuran dalam evaluasi yaitu :
– Untuk mengetahui tingkat risiko
– Untuk mengetahui pajanan pada pekerja
– Untuk memenuhi peraturan (legal aspek)
– Untuk mengevaluasi program pengendalian yang sudah
dilaksanakan
– Untuk memastikan apakah suatu area aman untuk dimasuki
pekerja
– Mengetahui jenis dan besaran hazard secara lebih spesifik.
implementasi HI
• Ada 6 tingkatan Pengontrolan di Tempat Kerja yang dapat dilakukan
a. Eliminasi : merupakan upaya menghilangkan bahaya dari sumbernya serta
menghentikan semua kegiatan pekerja di daerah yang berpotensi bahaya.
b. Substitusi : Modifikasi proses untuk mengurangi penyebaran debu atau asap, dan
mengurangi bahaya, Pengendalian bahaya kesehatan kerja dengan mengubah
beberapaperalatan proses untuk mengurangi bahaya, mengubah kondisi fisik
bahan baku yang diterima untuk diproses lebih lanjut agar dapat menghilangkan
potensi bahayanya.
c. Isolasi : Menghapus sumber paparan bahaya dari lingkungan pekerja dengan
menempatkannya di tempat lain atau menjauhkan lokasi kerja yang berbahaya dari
pekerja lainnya, dan sentralisasi kontrol kamar,
d. Engineering control : Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
faktor lingkungan kerja selain pekerja
 Menghilangkan semua bahaya-bahaya yang ditimbulkan.,
 Mengurangi sumber bahaya dengan mengganti dengan bahan yang kurang berbahaya,
 Proses kerja ditempatkan terpisah,
 Menempatan ventilasi local/umum.
e. Administrasi control: Pengendalian bahaya dengan melakukan modifikasi pada
interaksi pekerja dengan lingkungan kerja
 Pengaturan schedule kerja atau meminimalkan kontak pekerja dengan sumber bahaya
 Alat Pelindung Diri (APD), Ini merupakan langkah terakhir dari hirarki pengendalian. Jenis-
jenis alat pelindung diri. Alat pelindung diri diklasifikasikan berdasarkan target organ tubuh
yang berpotensi terkena resiko dari bahaya.
PROGRAM PENCEGAHAN KETULIAN ( HEARING CONSERVATION
PROGRAM)

• 1. PENDEKATAN ADMINISTRATIF

• 2. PENDEKATAN TEKNIS

• 3. PENDEKATAN MEDIS
PROGRAM PENDEKATAN ADMINISTRATIF

• Intensitas kebisingan < NAB ( < 85 dB )


• Teknologi pengendalian lingkungan kerja ( program higene industri )
• ( pemantauan intensitas kebisingan ditempat kerja
• Perlindungan tenaga kerja : inspeksi kerja ( pengawasan kerja )
• Jaminan kesehatan sosial tenaga kerja

• Intensitas kebisingan > NAB - Pendekatan teknis & medis
• Pengendalian enjiniring fasilitas kerja
• Pemantauan Kesehatan tenaga kerja ( pemeriksaan kesehatan awal/seleksi
tenaga kerja,pemeriksaan kesehatan berkala dan khusus )
• Pindah bagaian kerja ( job replacement )
• Pembatasan waktu kerja ( permissible exposure times )
PROGRAM PENDEKATAN TEKNIS ( NOISE ENGINEERING CONTROL )

• 1. Inspeksi /kontrol alat/mesin  baut/sekrup /tatakan mesin longgar


• 2.Mengganti bagian-bagian mesin dari metal ke kayu (bila mungkin )
• - engine mounting, lantai mesin dsb
• 3.menganti sumber suara ( mesin yang kurang bising )
• 4. Isolasi sumber kebisingan ( memberikan barier /penyekat mesin
• - misal penyekat dinding beton lebih meredam kebisingan dari
• penyekat /dinding kayu, kebisingan frekuensi tinggi lebih mudah
• dihambat daripada frekuensi rendah ( penting untuk pencegahan
• ketulian akibat pemaparan kebisingan frekuensi tinggi )
• 5.Perlu bantuan ahli yang lebih profesional untuk penegndalian kebisingan.



Program pencegahan ketulian pendekatan medis

• * Perlu pemeriksaan klinis khusus untuk mengetahui pengaruh


• faktor kebisingan terhada alat pendengaran ( Ahli Kedokteran
• Okupasi )
• * Tes Audiometri ( untuk Temporaly Threshold Shift dan Permanent
• Threshold Shift )
occupational health hazards
• adalah Faktor lingkungan kerja yang dapat
menimbulkan bahaya di tempat kerja yaitu
– faktor fisika,
– faktor kimia,
– factor biologi,
– factor ergonomic
– dan factor psikologi
Bahaya Fisik
1. Kebisingan; > 60 db ; APD
2. Penerangan atau pencahayaan; lelah fisik,
mental; kepala (pusing-pusing), menurunnya
kemampuan intelektual, menurunnya konsentrasi
dan kecepatan berpikir
3. Getaran; efek negatif pada sistem saraf dan
sistem musculo-skeletal dengan mengurangi
kekuatan cengkram dan sakit tulang belakang.;
gangguan peredaran darah yang dikenal sebagai
” Raynaud’s phenomenon ” atau ” vibration-
induced white fingers”(VWF).
Bahaya Kimia
• Bahaya faktor kimia meliputi korosi,debu Pb, NOx, NH3, CO, dsb.
1. Korosi; Bahan kimia yang bersifat korosif menyebabkan kerusakan pada
permukaan tempat dimana terjadi kontak. Kulit, mata dan sistem
pencernaan adalah bagain tubuh yang paling umum terkena. Contoh :
konsentrat asam dan basa , fosfor.
2. Iritasi; Iritasi menyebabkan peradangan pada permukaan di tempat kontak.
Iritasi kulit bisa menyebabkan reaksi seperti eksim atau dermatitis. Iritasi
pada alat-alat pernapasan yang hebat dapat menyebabkan sesak napas,
peradangan dan oedema ( bengkak ) Contoh : Kulit ( asam, basa,pelarut,
minyak), Pernapasan : aldehydes, alkaline dusts, amonia, nitrogen dioxide,
phosgene, chlorine, bromine, ozone.
3. Racun Sistemik; Racun sistemik adalah agen-agen yang menyebabkan luka
pada organ atau sistem tubuh.Contoh :
– Otak : pelarut, lead,mercury, manganese
– Sistem syaraf peripheral : n-hexane,lead,arsenic,carbon disulphide
– Sistem pembentukan darah : benzene,ethylene glycol ethers
– Ginjal : cadmium,lead,mercury,chlorinated hydrocarbons
– Paru-paru : silica,asbestos, debu batubara ( pneumoconiosis )
Faktor biologi
1. Bakteri; . Contoh penyakit yang
diakibatkan oleh bakteri : anthrax, tbc,
lepra, tetanus, thypoid, cholera, dan
sebagainya
2. Virus; influenza, varicella, hepatitis, HIV,
3. Jamur
a. Daerah pertanian :mikroorganisme seperti : Tetanus,
Leptospirosis, cacing, Asma bronkhiale atau keracunan
Mycotoxins yang merupakan hasil metabolisme jamur.
b. Di lingkungan berdebu (Pertambangan atau pabrik) :
mikroorganisme yang mungkin ditemukan adalah bakteri
penyebab penyakit saluran napas, seperti : Tbc, Bronchitis dan
Infeksi saluran pernapasan lainnya seperti Pneumonia.
c. Daerah peternakan : terutama yang mengolah kulit hewan serta
produk-produk dari hewan. Penyakit : Anthrax yang penularannya
melalui bakteri yang tertelan atau terhirup, Brucellosis, Infeksi
Salmonella
d. Di Laboratorium : Para pekerja di laboratorium mempunyai risiko
yang besar terinfeksi, terutama untuk laboratorium yang
menangani organisme atau bahan-bahan yang megandung
organisme pathogen
e. Di Perkantoran : terutama yang menggunakan pendingin tanpa
ventilasi alami. Penyakit : Humidifier fever yaitu suatu penyakit
pada saluran pernapasan dan alergi yang disebabkan organisme
yang hidup pada air yang terdapat pada system pendingin,
Legionnaire disease penyakit yang juga berhubungan dengan
sistem pendingin dan akan lebih berbahaya pada pekerja dengan
usia lanjut.
• Faktor ergonomic
Faktor bahaya fisologis adalah potensi bahaya yang berasal atau
disebabkan oleh penerapan ergonomic yang tidak baik atau tidak
sesuai dengan norma – norma ergonomic yang berlaku, dalam
melakukan pekerjaan serta peralatan kerja, termasuk sikap dan
cara kerja yang tidak sesuai, pengaturan kerja yang tidak tepat,
beban kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan pekerja atau
ketidakserasian antara manusia dan mesin.

• factor psikososial
Factor psikososial adalah potensi bahaya psikososial yang
ditimbulkan oleh kondisi aspek – aspek psikologis ketenagakerjaan
yang kurang baik atau kurang mendapatkan perhatian, seperti
penempatan tenaga kerja yang tidak sesuai dengan bakat, minat,
kepribadian, motivasi, temperamen, atau pendidikannya, system
seleksi dan klasifikasi tenaga kerja yang tidak sesuai, kurangnya
keterampilan tenaga kerja dlam melakukan pekerjaannya 

Anda mungkin juga menyukai