Anda di halaman 1dari 14

08SAKP001

SEMINAR PERPAJAKAN
Dosen Pengampu : Ibu Lilis Karlina, S.E., M.Ak.

Disusun oleh:
Kelompok 1

1. Adlan Fariz (171011200977)


2. Alika Ayustina (171011201096)
3. Amartya Dwi Novianty (171011202397)
4. Anisatuz Za’Imah (171011201852)
5. Anisya Widya (171011201951)
6. Dwi Nur Anisa (171011202419)
Pokok Pembahasan

Pertemuan 1 Sejarah dan Prinsip Perpajakan

Teori Perpajakan
Pertemuan 2

Aspek Perpajakan terhadap Ekspatriat dan Tenaga Kerja


Pertemuan 3 Indonesia
Sejarah dan Prinsip Perpajakan

1. Mesir
Selama beberapa periode pemerintahan Fir’aun, pemungut pajak dikenal dengan
nama Scribes.

2. Yunani
Sejarah Perpajakan Pada masa-masa perang bangsa Athena dikenai pajak Eisphora yang digunakan
untuk membiayai perang. Selain itu bangsa Athena juga dikenai Pajak Suara atau
di Dunia toll tax setiap bulan yang dikenal dengan nama Metoikion.

3. Romawi
Pajak yang pertama diperkenalkan di Roma adalah Bea Pabean atas impor dan
ekspor yang disebut Portoria.
Sejarah dan Prinsip Perpajakan

4. Inggris
Raja-Raja wilayah Saxon mengenakan pajak Danegeld atas tanah dan bangunan
disamping Bea Cukai. Abad ke 14 Pajak Suara tahun 1377 M menunjukkan bahwa
pajak Duke of Lancaster adalah 520 kali atas pajak petani biasa, adanya Pajak
Penghasilan atas kekayaan pemilik kantor dan pendeta, serta Pajak atas Barang
Bergerak. Raja Charles mengenakan pajak atas pelanggar kejahatan, Pajak lainnya
yang penting adalah Pajak Tanah dan Pajak Properti lain.

Sejarah Perpajakan
5. Amerika
di Dunia Rakyat pada abad 17-an membayar pajak berdasarkan Molasses Act. Stamp Act
1765 mengenakan pajak langsung atas surat kabar dan dokumen-dokumen hukum
serta komersial. Pajak Penghasilan diusulkan pertama kali pada masa Perang Sipil
tahun 1812 M. Tax Act 1861 M menentukan bahwa pajak dikenakan, ditagih dan
dibayar atas penghasilan tahunan setiap orang yang tinggal di Amerika. Tax Act
1862 M diberlakukan dan ditandatangani oleh Presiden Lincoln pada tanggal 1 Juli
1862. Tax Act 1864 M diberlakukan untuk menaikkan penerimaan tambahan guna
menyokong Perang Sipil.
Sejarah dan Prinsip Perpajakan

1. Masa Kerajaan
Upeti inilah yang menjadi dasar pajak di Indonesia. Upeti merupakan penarikan
emas maupun barang berharga lainnya oleh pihak kerajaan kepada masyarakat atas
hasil pertanian, perdagangan dan kegiatan dan penyelenggaraan kesenian.

Sejarah Perpajakan 2. Era Penjajahan

di Indonesia Pemerintah Belanda memungut pajak diantaranya pajak rumah, pajak usaha dan
pajak kepala kepada pedagang Tionghoa dan beberapa pedagang asing lainnya . Era
pendudukan Inggris merupakan cikal bakal dari Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).

3. Masa Kemerdekaan (1945-1950)


Tanggal 19 Agustus 1945 dua hari setelah Indonesia merdeka Kemenku membentuk
pejabat pajak dengan susunan organisasi yang disusun secara tergesa-gesa.
Administrasi perpajakan saat ini dilaksanakan oleh DJP dibawah Kemenku.
Sejarah dan Prinsip Perpajakan

Prinsip Memungut Pajak yang Adil Prinsip-Prinsip Hukum Pajak

1. Equality and equity, Mengandung arti


persamaan dan keadilan 1. Prinsip Kepastian Hukum (Legal
Certainty/Lex Certa).
2. Certainty, mengandung arti kepastian.
2. Prinsip Proporsional.
3. Convinence of Payment, pajak harus
dipungut pada saat yang tepat, yaitu 3. Prinsip Itikad Baik (Good Faith).
pada saat wajib pajak mempunyai
uang. 4. Prinsip Fairness.

4. Economic of Collection, pajak juga 5. Prinsip in dubio pro reo atau in


harus diperhitungkan rasio antara biaya dubio contra fiscum.
pemungutan dengan hasil pajak itu
sendiri.
Teori Perpajakan

Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang perubahan keempat atas


Undang – Undang Nomor 6 Tahun 1993 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara

Definisi Pajak Perpajakan pasal 1 Ayat 1 berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Teori Perpajakan

Fungsi Pajak Jenis-Jenis Pajak

1. Fungsi Anggaran (Budgetair), Pajak berfungsi sebagai 1. Berdasarkan sifatnya:


salah satu sumber dana bagi pemerintah untuk - Pajak tidak langsung, contohnya: PPnBM.
membiayai pengeluaran-pengeluarannya. - Pajak langsung, contohnya: PPh.

2. Fungsi Mengatur (Regulerend), Pajak berfungsi sebagai 2. Berdasarkan Instasi Pemingut:


alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan - Pajak Daerah, contohnya: Pajak Hotel.
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. - Pajak Pusat, contohnya: PPN.

3. Fungsi Stabilitas, Pajak menjalankan kebijakan yang 3. Berdasarkan Subjek & Objek Pajak:
berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi - Pajak Subjuktif, contohnya: PPh.
dapat dikendalikan. - Pajak Objektif, contohnya: Bea Materai.

4. Fungsi Redistribusi Pendapatan, Pajak berfungsi


membiayai semua kepentingan umum.
Teori Perpajakan

Definisi Menurut Dr.,SH.,M.Si Mustaqiem, hukum pajak adalah kumpulan peraturan-


peraturan yang dipergunakan untuk mengatur hubungan hukum antara Negara
(Fiscus) sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai pembayar pajak. Hal
Hukum Pajak itu, menunjukan bahwa di bidang perpajakan akan berhadapan dua subyek
hukum, ialah Negara dengan masyarakat sebagai wajib pajak. Karena keduanya
berstatus sebagai subyek hukum, maka secara yuridis memiliki hak dan
kewajiban yang harus diadopsi dalam peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Teori Perpajakan

Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S. H., Hukum Hukum pajak dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
Pajak mempunyai kedudukan di antara hukum-
hukum sebagai berikut: a. Hukum pajak materiil, berisi norma yang
menjelaskan tentang keadaan, perbuatan, objek
a. Hukum Perdata, mengatur hubungan antara satu pajak atau peristiwa hukum yang dikenakan
individu dengan individu lainnya. pajak, subjek pajak atau siapa yang dikenakan
pajak, tarif pajak atau berapa besar pajak yang
b. Hukum Publik, mengatur hubungan antara dikenakan, segala sesuatu yang menyangkut
pemerintah dengan rakyatnya. Hukum ini dapat timbul dan hapusnya utang pajak, serta hubungan
dirinci kembali sebagai berikut: Hukum Tata hukum antara pemerintah dan Wajib Pajak.
Negara, Hukum Tata Usaha, Hukum Pajak,
Hukum Pidana. b. Hukum pajak formal, didalamnya terdapat
langkah-langkah untuk mewujudkan apa yang
ada didalam hukum pajak materiil.
Teori Perpajakan

Syarat Pemungutan Pajak Asas Pemungutan Pajak


Teori Pemungutan Pajak

1. Teori Asuransi. 1. Syarat Keadilan. 1. Asas Equality.

2. Teori Kepentingan. 2. Syarat Yuridis. 2. Asas Certainty.

3. Teori Daya Pikul. 3. Syarat Ekonomis. 3. Asas Convenience of Payment.

4. Teori Bakti. 4. Syarat Finansial. 4. Asas Efficiency.

5. Teori Daya Beli. 5. Syarat Sederhana.

6. Teori Kedaulatan Negara.

7. Teori Perjanjian.
Aspek Perpajakan terhadap Ekspatriat dan Tenaga
Kerja Indonesia

Orang Asing dengan Status Subjek Pajak Luar Negeri Orang Asing dengan Status Subjek Pajak Dalam Negeri

Ekspatriat dianggap sebagai subjek pajak luar negeri Berdasarkan Undang Undang Pajak Penghasilan
jika tidak bertempat tinggal di Indonesia, berada di Pasal 2 ayat (3), “Orang asing akan dianggap
Indonesia kurang dari 183 hari dalam jangka waktu 12 sebagai subjek pajak dalam negeri apabila
bulan. Karyawan asing akan serta merta menjadi bertempat tinggal di Indonesia, berada di Indonesia
wajib pajak karena menerima dan/atau memperoleh lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
penghasilan yang bersumber dari Indonesia. atau dalam satu tahun pajak berada di Indonesia dan
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di
Indonesia”.
Aspek Perpajakan terhadap Ekspatriat dan Tenaga
Kerja Indonesia

Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Tidak Lebih dari 183


Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri Lebih dari 183 Hari
Hari

Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER- Jika Tenaga Kerja Indonesia memperoleh penghasilan dari luar
2/PJ/2009, “pekerja Indonesia di luar negeri yang bekerja di negeri namun masa kerjanya kurang dari 183 hari, maka TKI
luar negeri lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan tersebut masih berstatus sebagai wajib pajak dalam negeri.
merupakan subjek pajak luar negeri, sehingga atas penghasilan Lantas, TKI tersebut memiliki kewajiban perpajakan yang sama
yang diterima atau diperoleh pekerja Indonesia di luar negeri dengan wajib pajak dalam negeri lainnya. Atas penghasilan
sehubungan dengan pekerjaannya di luar negeri dan telah yang ia terima, ia akan dikenakan pajak berdasarkan prinsip
dikenai pajak diluar negeri, maka tidak lagi dikenakan Pajak world wide income, dimana pajak akan dikenakan atas
Penghasilan di Indonesia. Namun dalam hal pekerja Indonesia penghasilan yang diterima dan/atau diperoleh wajib pajak
di luar negeri tersebut menerima atau memperoleh penghasilan dalam negeri baik atas penghasilan yang diperoleh dari dalam
dari Indonesia maka atas penghasilan tersebut dikenai pajak negeri maupun luar negeri.
penghasilan di Indonesia sesuai dengan ketentuan yang
berlaku”.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai