dari wa-dha-‘a, ya-dha-‘u, wadh-‘an, yang mempunyai arti al-isqath (meletakkan atau menyimpan); al-iftira’ wa al-ikhtilaq (mengada- ada atau membuat-buat); dan al-tarku (ditinggal). Pengertian Hadits Maudhu’
• Bermakna al-Hiththah, yang mempunyai arti
menurunkan atau merendahkan derajat. • Bermakna al-Isqah, yang mempunyai konotasi arti menggugurkan. • Bermakna al-Ikhtilaq, yang berarti membuat- buat. • Bermakna al-Islaq, yang berarti meletakkan Pengertian Hadits Maudhu’
Jadi hadis maudhu’ itu adalah bukan hadis yang
bersumber dari Rasul, akan tetapi suatu perkataan atau perbuatan seseorang atau pihak-pihak tertentu dengan suatu alasan kemudian dinisbatkan kepada Rasul. Untuk hadis palsu, ulama biasanya menyebutnya dengan istilah hadis maudhu', hadis munkar, hadis bathil, dan yang semacamnya. Sejarah Kemunculan Hadits Maudhu’
Jumhur ulama berpendapat bahwa pemalsuan
hadis mulai muncul pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib ( sekitar tahun 35-40 H) yaitu setelah terjadinya pertentangan antara pendukung Ali dan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan tentang masalah jabatan khalifah. Betapa mengerikan pertentangan yang terjadi antara pengikut saidina ali dan golongan mu’awiyah sehingga meledak menjadi perang terbuka yang telah memakan banyak korban manusia. Sejarah Kemunculan Hadits Maudhu’
Setelah timbul perselisihan tersebut diatas
mayoritas kaum muslimin ternyata berpihak kepada ali. Disamping itu ada golongan khawarij yang tidak memihak bahkan tidak menyukai keduanya. Faktor-Faktor Penyebab Muculnya Hadits Maudhu’ ▫ Pertentangan politik dalam soal khalifah ▫ Usaha kaum zindik untuk merusak dan mengeruhkan agama islam ▫ Ashabiyah yakni fanatik terhadap bangsa, suku, negeri, bahasa, dan pimpinan ▫ Mempengaruhi kaum awam dengan kisah dan nasehat ▫ Perselisihan madzhab dan ilmu kalam ▫ Membangkitkan gairah beribadat, tanpa mengertia apa yang dilakukan ▫ Menjilat penguasa Status Hadits Maudhu’ Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan status hadits maudhu’ -- Kelompok pertama yang diwakili oleh Ibnu Shalah dan diikuti jumhur muhadditsin, berpendapat bahwa hadis maudhu merupakan bagian dari hadis dhaif yang paling jelek dan jahat. Status Hadits Maudhu’ Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan status hadits maudhu’ -- Kelompok kedua diwakili oleh Ibnu Hajar Al- Asqalani, yang berpendapat bahwa hadis maudhu bukan termasuk hadis Nabi, baik berupa ucapan, perbuatan ataupun ketetapan. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’ Secara muthlaq, meriwayatkan hadits-hadits palsu itu hukumnya haram bagi mereka yang sudah jelas mengetahui bahwa hadits itu adalah palsu. -- Bagi mereka yang meriwayatkannya dengan tujuan untuk memberi tahu pada orang bahwa hadits ini adalah palsu, (menerangkan kepada mereka sesudah meriwayatkan atau membacakannya) maka tidak ada dosa atasnya. Hukum Meriwayatkan Hadits Maudhu’ Mereka tidak tahu sama sekali kemudian meriwayatkannya atau mereka mengamalkan makna hadits tersebut karena tidak tahu, maka tidak ada dosa atasnya. TERIMA KASIH