Anda di halaman 1dari 16

Ganguan

Endokrin Pada
Lansia
Disusun Oleh :
Jovi Chairuman Thahir
 Menua adalah suatu proses menghilangnya secara
perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri / mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak
dapat bertahan terhadap infeksi serta memperbaiki
kerusakan yang diderita. Menurut Constantinides
(1994, dalam Boedhi-Darmojo dan Hadi
Martono, 1999.
Perubahan Anatomi dan Fungsi
Endokrin Pada Lansia
 Umur yang relatif terjadi perubahan pada struktur dan
fungsi dan kelenjar endokrin adalah sebagai berikut :
 Kelenjar thiroid mengalami derajat yang sama dengan
atropfi, fibrosis dan nodularity.
 Hormon thiroid mengalami level penurunan dan
hypoparatiroidisme biasanya sering pada orang dewasa.
 Kelenjar adrenal kehilangan beberapa berat badan dan
menjadi makin buruk, fibrotik.
 Pada bagian anterior, kelenjar pituitary mengalami
penurunan ukuran dan menjadi mati/fibrotik.
 Dalam Stockslager (2007), perubahan fungsi sistem endokrin
secara khusus yaitu :
 Penurunan kemampuan mentoleransi stress.
 Konsentrasi glukosa darah meningkat dan tetap naik lebih lama
dibandingkan orang yang lebih muda.
 Penurunan kadar ekstrogen dan peningkatan kadar FSH selama
menopouse, yang menyebabkan trombosis dan osteoporosis.
 Penurunan produksi progeteron.
 Penurunan kadar aldosteron serum sebanyak 50%.
 Penurunan laju sekresi kortisol sebanyak 25%.
Masalah masalah dalam perubahan
sistem endokrin pada lansia.
 Dalam Nugroho (1995), penyakit metabolik pada
lanjut usia terutama disebabkan oleh karena
menurunnya produksi hormon dari kelenjar-
kelenjar hormon.
 Yaitu : Menopause (pada wanita)
 Andropause (pada pria)
 Dan penyakit mentabolik diabetes melitus
Askep Diabets Melitus
 Diabetes melitus merupakan kelainan
metabolisme yang kronis terjadi
defisiensi insulinatau retensi insulin, di tandai
dengan tingginya keadaan glukosa darah
(hiperglikemia) dan glukosa dalam urine
(glukosuria)
Etiologi
 Pada lansia cenderung terjadi peningkatan berat
badan, bukan karena mengkonsumsi kalori
berlebih namun karena perubahan rasio lemak-
otot dan penurunan laju metabolisme basal. Hal
ini dapat menjadi faktor predisposisi terjadinya
diabetes mellitus. Penyebab diabetes mellitus
pada lansia secara umum dapat digolongkan ke
dalam dua besar:
 Proses menua/kemunduran (Penurunan sensitifitas
indra pengecap, penurunan fungsi pankreas, dan
penurunan kualitas insulin sehingga insulin tidak
berfungsi dengan baik).
 Gaya hidup(life style) yang jelek (banyak makan,
jarang olahraga, minumalkohol, dll
Manifestasi Klinis
 Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
 a.       Katarak                                     
 b.      Glaukoma
 c.       Retinopati
 f.       Infeksi bakteri kulit
 g.      Infeksi jamur di kulit
 h.      Dermatopati
 i.        Neuropati perifer
 j.        Neuropati viseral
 k.      Amiotropi
 l.       Ulkus Neurotropik
 m.    Penyakit ginjal
 n.      Penyakit pembuluh darah perifer
 o.      Penyakit koroner
 p.      Penyakit pembuluh darah otak
 q.      Hipertensi
Patofisiologi
 Pada Diabetes melitus tipe 1 terjadi kelainan
sekresi insulin oleh sel beta pankreasPada
diabetes melitus tipe 2 yang sering terjadi pada
lansia, jumlah insulin normal  tetapi jumlah
reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel
yang kurang
Penatalaksanaan
 Diet
 Suatu perencanaan makanan yang terdiri dari 10%
lemak, 15% Protein, 75% Karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes.
 Latihan Kebugaran
 Latihan juga diperlukan untuk membantu
mencegah diabetes. Pemeriksaan sebelum latihan
sebaiknya dilakukan untuk memastikan bahwa
klien lansia secara fisik mampu mengikuti
program latihan kebugaran
 Pemantauan
 Padapasien dengan diabetes, kadar glukosa darah
harus selalu diperiksa secara rutin.
Diagnosa Keperawatan
 a.    Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan peningkatan metabolisme protein, lemak.
 b.    Kekurangan volume cairan berhubungan dengan  osmotik diuresis
ditandai dengan tugor kulit menurun dan membran mukasa kering.
 c.    Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada extremitas.
 d.   Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik yang kurang.
 e.    Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan glukosa darah yang
tinggi.
 f.     Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan penglihatan.
Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status
metabolik (neuropati perifer) ditandai dengan gangren pada
extremitas.
Intervensi
Mandiri
• Inspeksi kulit terhadap perubahan warna,turgor,vaskuler,perhatikan kemerahan.
• Ubah posisi setiap 2 jam beri bantalan pada tonjolan tulang
• Pertahankan alas kering dan bebas lipatan
• Beri perawatan kulit seperti penggunaan  lotion
• Lakukan perawatan luka dengan teknik aseptik
• Anjurkan pasien untuk menjaga agar
kuku tetap pendek
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai