Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Ada beberapa tujuan dan mafaat bagi berbagai pihak dengan adanya analisis laporan keuangan. Secara umum dikatakan
bahwa tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal, maupun
hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode ;
2. Untuk mengetahui kelemahan kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan ;
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki ;
4. Untuk mengetahui Langkah-Langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi
keuangan perusahaan saat ini ;
5. Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap
berhasil atau gagal ;
6. Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.
C. Bentuk-bentuk dan Teknik
Analisis
Untuk melakukan analisis laporan keuangan diperlukan metode dan Teknik analisis yang tepat. Tujuan
penentuan metode dan Teknik analisis yang tepat adalah agar laporan keuangan tersebut dapat memeberikan
hasil yang maksimal. Selain itu, para pengguna hasil analisis tersebut dapat dengan mudah untuk
menginterpretasikannya.
Sebelum melakukan analisis laporan keuangan, diperlakukan Langkah-Langkah atau prosedur tertentu.
Langkah atau prosedur ini diperlukan agar urutan proses analisis mudah untuk dilakukan adapaun Langkah
atau prosedur yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah ;
1. Mengumpulkan data keuangan dan data pendukung yang diperalakukan selengkap mungkin, baik untuk
satu periode maupun beberapa periode;
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus tertentu, sesuai
dengan standart yang bisa digunakan secara cermat dan teliti, sehingga hasil yang diperoleh benar-benar
tepat;
3. Melakukan perhitungan dengan memasukan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan secara cerat;
4. Memeberikan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran yang telah dibuat;
5. Membuat laporan tentang posisi keuanagan perusahaan;
6. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut.
Dalam praktiknya, terdapat dua macam metode analisis laporan keuangan yang biasa dipakai, yaitu sebagai berikut :
1. Analisis Vertikal (Statis) : Analisis vertikal merupakan analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan keuangan
saja. Analisis dilakukan antara pos-pos yang ada, dalam satu periode. Informasi yang diperoleh hanya untuk satu periode
saja dan tidak diketahui perkembangan dari periode ke periode tidak di ketahui.
2. Analisis Horizontal (Dinamis) : Analisis horizontal merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan
keuangan untuk beberapa periode. Dari periode yang satu keperiode yang lain.
Kemudian di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat beberapa jenis-jenis Teknik
analisis laporan keuangan. Adapun jenis-jenis Teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
• Analisis trend atau tendensi merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam presentase tertentu.
Analisis ini dilakukan dari periode ke periode sehingga akan terlihat apakah perusahaan mengalami perubahan yaitu naik,
turun, atau tetap, serta seberapa besar perubahan tersebut yang dihitung dalam presentase.
• Analisis presentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan untuk membandingkan antara komponen yang ada
dalam suatu laporan keunangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui :
a. Presentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap total aktiva;
b. Struktur permodalan;
c. Komposisi biaya terhadap penjualan;
• Analisis sumber dan penggunaan dana merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana
perusahaan dan penggunaan dana dalam satu periode. Analisis ini juga untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-
sebab berubahnya modal kerja perusaahaan dalam satu periode.
• Analisis sumber dan penggunaan kas merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui sumber-sumber
kas perusahaan dan pengguanaan uang kas dalam satu periode. Selain itu juga untuk mengetahui sebab-
sebab berubahnya jumlah uang kas dalam periode tertentu.
• Analisis rasio merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu
laporan keuangan atau pos-pos antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
• Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh
Lembaga keuangan seperti bank. Dalam analisis ini digunakan beberapa cara alat analisis yang digunakan.
• Analisis laba kotor merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke
satu periode. Kemudian juga untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara periode.
• Analisis titik pulang pokok disebut juga analisis titik impas atau break event point. Tujuan analisis ini adalah
untuk mengetahui pada kondisi beberapa penjualan produk dilakukan dan perusahaan tidak mengalami
kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menenetukan jumlah keuntungan pada berbagai tingkat
penjualan.
D. Analisis perbandingan laporan keuangan
Analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua model,
yaitu : pertama, analisis horisontal atau analisis dinamis dan kedua, analisis
vertical atau analisis statis. Dalam analisis horizontal yang dibandingkan adalah
laporan keuangan untuk beberapa periode, sedangkan analisis vertical adalah
jika kita hanya membandingkan satu pos dengan pos yang lain dalam satu
laporan keuangan dan hanya meliputi satu periode laporan keuangan.
Perubahan dalam laporan keuangan neraca untuk suatu periode dapat disebabkan oleh berbagai factor
misalnya :
1. Adanya perolehan aktiva baru.
2. Adanya pengurangan aktiva seperti pelunasan utang piutang.
3. Berubahnya bentuk aktiva dari tetap ke lancer.
4. Adanya perubahan yang diakibatkan oleh laba rugi perusahaan yang tergambar dari penghasilan yang
diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan.
5. Adanya penambahan atau pengurangan modal (saham)
6. Perubahan lainnya.
Dari hasil analisis perbandingan laporan keuangan ini, dapat diketahui sifat dan tendensi perubahan yang
terjadi. Kemudian, hasil analisis ini dapat ditunjukan dalam bentuk :
7. Jumlah dalam rupiah
8. Jumlah penurunan dalam rupiah
9. Jumlah kenaikan dalam rupiah
10. Perbandingan dalam presentase
11. Perbandingan dalam bentuk rasio
Agar analisis perbandingan laporan keuangan dapat dilakukan dengan baik, maka perlu dibuatkan kolom-
kolom terlebih dulu. Tujuannya adalah agar lebih mudah untuk melihat dan membandingkan satu sama
lainnya. Bentuk kolom-kolom dalam analisis perbandingan secara horizontal dapat dilakukan dengan
berbagai cara.
PT. RAY IBRAHIM , Tbk
Neraca Perbandingan
Per 31 Desember 2006 dan 2007 (dalam jutaan)
Periode Naik/Turun
Pos-pos dalam Neraca Rasio
Tahun 2006 Tahun 2007 Rupiah %
Aktiva lancar
Kas 250 350 100 40,0 1,4
Giro 175 200 25 14,3 1,14
Surat-surat berharga 140 50 (90) (64,3) 0,35
Piutang 350 250 (100) (28,6) 0,71
Sediaan 125 150 25 20,0 1,2
Total aktiva lancar 1.040 1.000 40 3,9 0,96
Aktiva tetap
Tanah 3.000 4.200 1.200 40,0 1,4
Mesin 2.500 3.500 1.000 40,0 1,4
Kendaraan 1.500 1.000 (500) (33,3) 0,66
Akumulasi penyusutan (400) (450) 50 12,5 1,125
Total aktiva tetap 6.600 8.250 1.650 25,5 1,25
Aktiva lainnya
Total aktiva lainnya 360 250 (90) (25,0) 0,69
Total aktiva 8.000 9.500 1.500 18,8 1,18
Utang lancar
Utang bank 550 250 (300) (54,6) 0,45
Utang dagang 100 200 100 100 2,0
Utang wesel 100 0 (100) (100) 0
Utang lainnya 50 100 50 100 2,0
Total utang lancar 800 550 (250) (31,3) 0,68
Utang jangka Panjang
Utang bank 3 tahun 2.750 1.950 (800) (29,0) 0,71
Utang obligasi 2.000 1.450 (550) (27,5) 0,72
Utang hipotek 0 1.550 1.550 100 -
Total utang jangka Panjang 4.750 4.950 (200) (0,4) 1,04
Ekuitas
Modal setor 2.000 2.500 500 25,0 1,25
Cadangan laba 450 1.500 1.050 233 3,33
Total Ekuitas 2.450 4.000 1.050 63,3 1,63
Total Passiva 8.000 9.500 1.500 18,8 1,18
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos neraca :
Biaya Bunga
Aktiva lancar
Kas 100 140 150 80 140 150 80
Piutang 540 680 500 540 126 93 100
Sediaan 420 560 800 1.000 133 191 240
Total Aktiva 1.060 1.380 1.450 1.620 130 137 153
Lancar
Total Aktiva 1.940 2.020 2.200 2.580 104 113 133
Tetap
Demikian pula dengan piutang, di mana piutang pada akhir tahun 2004 sebesar Rp. 680,00 maka:
Angka Indeks = Rp. 680,00 x 100% = 126%
Rp. 540,00
Hal ini dapat diartikan sebagai berikut.
1. Piutang akhir tahun 2004 hanya sebesar 126% dari piutang akhir tahun 2003.
2. Piutang akhir tahun 2004 naik sebesar 26% jika dibandingkan dengan piutang akhir tahun 2003.
3. Piutang akhir tahun 2004 berjumlah 26% lebih besar dari piutang akhir tahun 2003.
Selanjutnya, untuk piutang pada akhir tahun 2005 sebesar Rp. 500,00 maka :
Biaya Operasi
Total Biaya Operasi 760 800 820 850 105 108 112
Laba Bersih Operasi 440 700 780 950 159 117 216
Penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp. 2.850,000 sedangkan penjualan tahun 2003 adalah Rp. 2.600,00 maka
:
Angka Indeks = Rp. 2.850,00 x 100% = 110% (dibulatkan)
Rp. 2.600,00
1. Penjualan akhir tahun 2004 sebesar 110% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2004 naik sebesar 10% jika dibandingkan dengan penjualan akhir tahun
2003.
3. Penjualan akhir tahun 2004 berjumlah 10% jika dibandingkan dengan penjualan akhir tahun 2003.
Kemudian, untuk penjualan pada akhir tahun 2005 sebesar Rp. 3.00,00 sedangkan penjualan tahun 2003 adalah Rp. 2.600,00, maka:
1. Penjualan akhir tahun 2006 sebesar 131% dari penjualan tahun 2003.
2. Penjualan akhir tahun 2006 naik sebesar 31% jika dibandingkan dengan penjualan akhir tahun 2003.
3. Penjualan akhir tahun 2006 berjumlah 31% lebih besar dari penjualan akhir tahun 2003.
Biaya penjualan pada akhir tahun 2004 sebesar Rp. 530,00, sedangkan biaya penjualan tahun 2003 adalah Rp. 500,00 maka:
1. Laba bersih akhir tahun 2004 sebesar 160% dari laba bersih tahun 2003.
2. Laba bersih akhir tahun 2004 naik sebesar 60% jika dibandingkan dengan laba bersih akhir tahun 2003.
3. Laba bersih akhir tahun 2004 berjumlah 60% lebih besar dari laba bersih akhir tahun 2003.
Sementara itu untuk laba bersih pada akhir tahun 2005 sebesar Rp. 780,00 sedangkan penjualan tahun 2003 adalah Rp. 440,00
maka:
Angka Indeks = Rp. 780,00 x 100% = 177% (dibulatkan)
Rp. 440,00
1. Laba bersih akhir tahun 2005 sebesar 177% dari laba bersih tahun 2003.
2. Laba bersih akhir tahun 2005 naik sebesar 77% jika dibandingkan dengan laba bersih akhir tahun 2003.
3. Laba bersih akhir tahun 2005 berjumlah 77% lebih besar dari laba bersih akhir tahun 2003.
Seterusnya dapat digunakan dengan model analisis di atas.
F. Analisis Persentase Per Komponen
Analisis persentase per komponen merupakan teknik analisis laporan keuangan dengan menganalisa komponen-
komponen yang ada dalam laporan keuangan, baik yang ada di neraca maupun laporan laba rugi. Sebagai contoh
adalah perbandingan antara aktiva dengan sediaan, atau penjualan dengan komposisi biaya. Hasil analisis
dibautkan dalam bentuk persentase. Artinya mengubah jumlah rupiah dalam laporan keuangan menjadi persentase.
Tujuan analisis persentase per komponen adalah untuk mengetahui hal-hal antara lain.
1. Persentase investasi terhadap masing-masing aktiva atau terhadap passiva
2. Struktur permodalan
3. Komposisi biaya terhadap penjualan
Analisis ini dilakukan dengan membandingkan setiap perubahan dalam pos-pos dengan total aktiva atau total
passiva kenaikan atau penurunan apakah akan menjadi berarti atau memiliki makna tertentu.
1. Antara Komponen Piutang dengan Total Aktiva
Analisis persentase per komponen (APP) adalah:
Piutang
X 100%
Total Aktiva
Rp540,00
X 100% = 18%
Rp3,000,00
Artinya piutang tahun 2003 berjumlah 18% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1,00, aktiva
diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,18,00.
Untuk tahun 2004:
Rp680,00
X 100% = 20%
Rp3,400,00
Artinya piutang tahun 2004 berjumlah 20% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain bahwa setiap Rp1,00, aktiva
diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,20,00.
Untuk tahun 2005:
Rp500,00
X 100% = 14%
Rp3,650,00
Artinya piutang tahun 2005 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Dengan kata lain setiap Rp1,00, aktiva
diinvestasikan ke piutang sebesar Rp0,14,00. Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa investasi aktiva di
piutang terjadi kenaikan 2% tahun 2004, kemudian turun 4% tahun 2005 jika dibandingkan dengan tahun
2004.
2. Antara Komponen Utang Jangka Pendek
dengan Total Passiva
Untuk tahun 2003:
Rp500,00
X 100% = 17%
Rp3,000,00
Artinya utang jangka pendek tahun 2003 berjumlah 17% dari jumlah passiva. Atau dengan kata lain, setiap
Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar Rp0,17,00 atau Rp1,00 passiva. Maka
Rp0,17,00 merupakan utang jangka pendek.
Untuk tahun 2004:
Rp530,00
X 100% = 16%
Rp3,400,00
Artinya utang jangka pendek tahun 2004 berjumlah 16% dari jumlah passiva. Atau dengan kata lain, setiap
Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar Rp0,16,00 atau Rp1,00 passiva. Maka
Rp0,16,00 merupakan utang jangka pendek.
Untuk tahun 2005:
Rp570,00
X 100% = 16%
Rp3,650,00
Artinya utang jangka pendek tahun 2005 berjumlah 16% dari jumlah passiva. Atau dengan kata lain, setiap
Rp1,00 aktiva dibiayai dengan utang jangka pendek sebesar Rp0,16,00 atau Rp1,00 passiva. Maka
Rp0,16,00 merupakan utang jangka pendek.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa aktiva yang dibiayai utang jangka pendek menurun tahun 2003
sebesar 1% pada tahun 2004 dan tetap pada tahun 2005.
3. Antara Komponen Sediaan dengan Total
Aktiva
Untuk tahun 2003:
Sediaan
X 100%
Total Passiva
Rp420,00
X 100% = 14%
Rp3,000,00
Artinya sediaan tahun 2003 berjumlah 14% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata lain, setiap Rp1,00 aktiva
diinvestasikan pada sediaan sebesar Rp0,14,00.
Untuk tahun 2004:
Rp560,00
X 100% = 16,5%
Rp3,400,00
Artinya sediaan tahun 2004 berjumlah 16,5% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata lain, setiap Rp1,00
aktiva diinvestasikan pada sediaan sebesar Rp0,165,00
Untuk tahun 2005:
Rp800,00
X 100% = 22%
Rp3,650,00
Artinya sediaan tahun 2005 berjumlah 22% dari jumlah aktiva. Atau dengan kata lain, setiap Rp1,00 aktiva
diinvestasikan ke sediaan sebesar Rp0,022,00.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa investasi aktiva di sediaan terus meningkat dari 14% tahun 2003
menjadi 16,5% tahun 2004 dan menjadi 22% tahun 2005.
Rp1.200,00
X 100% = 46%
Rp2,600,00
Artinya harga pokok penjualan tahun 2003 berjumlah 46% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata
lain, setiap Rp1,00 penjualan bersih terkandung Rp0,46,00 harga pokok penjualan.
Untuk tahun 2004:
Rp1.350,00
X 100% = 47%
Rp2,850,00
Artinya harga pokok penjualan tahun 2004 berjumlah 47% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata
lain, setiap Rp1,00 penjualan bersih terkandung Rp0,47,00 harga pokok penjualan.
Rp1.400,00
X 100% = 47%
Rp3,000,00
Artinya harga pokok penjualan tahun 2005 berjumlah 47% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata
lain setiap Rp1,00 penjualan bersih terkandung Rp0,47,00 harga pokok penjualan.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa kandungan harga pokok penjualan di penjualan bersih meningkat
1% dari tahun 2003 ke tahun 2004. demikian pula untuk tahun 2005 dengan jumlah yang sama.
5. Antara Komponen Laba Operasional
dengan Penjualan Bersih
Untuk tahun 2003:
Laba Operasional
X 100%
Penjualan Bersih
Rp440,00
X 100% = 17%
Rp2,600,00
Artinya laba operasional tahun 2003 berjumlah 17% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata lain,
setiap Rp1,00 penjualan bersih diperoleh Rp0,17,00 laba operasional.
Untuk tahun 2004:
Rp700,00
X 100% = 25%
Rp2,850,00
Artinya laba operasional tahun 2004 berjumlah 25% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata lain,
setiap Rp1,00 penjualan bersih diperoleh Rp0,25,00 laba operasional.
Untuk tahun 2005:
Rp780,00
X 100% = 26%
Rp3,000,00
Artinya laba operasional tahun 2005 berjumlah 26% dari jumlah penjualan bersih. Atau dengan kata lain,
setiap Rp1,00 penjualan bersih diperoleh Rp0,26,00 laba operasional.
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa laba operasional perusahaan terus meningkat dari tahun 2003 sebesar
17% menjadi 25% pada tahun 2004 dan 26% pada tahun 2005.
Contoh menggunakan analisis ini, misalnya kenaikan sediaan tahun 2005 sejumlah Rp800,00 menjadi
sebesar Rp1.000,00 pada tahun 2006 menjadi berarti. Hal ini perlu dilihat dulu dengan membandingkan
dengan total aktiva di mana pada tahun 2005 sebesar Rp3.650,00 dan tahun 2006 sebesar Rp4.200,00
dengan demikian, analisis persentase per komponen adalah sebagai berikut.
Untuk tahun 2005
:Perbandingan sediaan :
Rp1.000,00
Angka Indeks = X 100% = 125%
Rp800,00
Rp800,00
APP = X 100% = 22%
Rp3.650,00
Untuk tahun 2006 adalah :
Rp1.000,00
APP = X 100% = 24%
Rp4.200,00
Dari data ini memang terlihat bahwa kenaikan sediaan diikuti oleh kenaikan persentase antara sediaan
dengan total aktiva sehingga dianggap memiliki arti yang cukup baik
G. Rangkuman
Tujuan dan manfaat analisis laporan keuangan adalah :
1. Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu
2. Untuk mengetahui kelemahan-kelemahan perusahaan
3. Untuk mengetahui kekuatan-kekuatan yang dimiliki
4. Untuk mengetahui Langkah-Langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan
untuk penilaian kinerja manajemen.
Langkah yang dilakukan dalam analisis keuangan adalah :
1. Mengumpulkan laporan keuangan dan data yang diperlukan selengkap mungkin
2. Melakukan pengukuran-pengukuran atau perhitungan-perhitungan dengan rumus-rumus tertentu
3. Melakukan interpretasi terhadap hasil perhitungan dan pengukuran
4. Membuat laporan tentang posisi keuangan perusahaan
5. Memberikan rekomendasi yang dibutuhkan sehubungan dengan hasil analisis tersebut
Terdapat dua macam metode analisis keuangan yang biasa dipakai, yaitu :
1. Analisis vertikal (statis), yaitu analisis yang dilakukan terhadap hanya satu periode laporan
keuangan saja
2. Analisis horizontal (dinamis) merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan
laporan keuangan untuk beberapa periode
Jenis-jenis Teknik analisis laporan keuangan yang dapat dilakukan adalah :
1. Analisis perbandingan antara laporan keuangan
2. Analisis trend
3. Analisis persentase per komponen
4. Analisis sumber dan penggunaan dana
5. Analisis sumber dan penggunaan kas
6. Analisis rasio
7. Analisis kredit
8. Analisis laba kotor
9. Analisis titik pulang pokok
• Analisis perbandingan antara laporan keuangan, yaitu analisis yang membandingkan laporan keuangan lebih dari satu
periode.
• Analisis trend merupakan analisis laporan keuangan yang biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dari periode ke
periode.
• Analisis persentase per komponen merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui persentase investasi terhadap
masing-masing komponen yang ada dalam laporan keuangan.
• Analisis sumber dan penggunaan dana dilakukan untuk mengetahui sumber-sumber dana perusahaan, serta, penggunaan
dana dalam suatu periode. Juga untuk mengetahui jumlah modal kerja dan sebab-sebab berubahnya modal kerja perusahaan
dalam suatu periode.
• Analisis sumber dan penggunaan kas digunakan untuk mengetahui sumber dan penggunaan uang kas dalam suatu periode.
Kemudian, untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya jumlah uang kas.
• Analisis rasio digunakan untuk mengetahui hubungan pos-pos yang ada dalam satu laporan keuangan atau pos-pos
antara laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.
• Analisis kredit merupakan analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu kredit dikucurkan oleh Lembaga
keuangan seperti bank. Dalam analisis ini digunakan beberapa cara alat analisis yang digunakan. Kemudian, analisis juga
digunakan untuk meningkatkan penjualan kredit.
• Analisis laba kotor digunakan untuk mengetahui jumlah laba kotor dari periode ke satu periode. Kemudian, untuk
mengetahui sebab-sebab berubahnya laba kotor tersebut antara periode.
• Analisis titik pulang pokok (break even point) digunakan untuk mengetahui pada kondisi berapa penjualan atau produk
dilakukan dan perusahaan tidak mengalami kerugian. Kegunaan analisis ini adalah untuk menentukan jumalh keuntungan
pada berbagai tingkat penjualan.
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN MODAL
KERJA
Pengertian Sumber Dan Penggunaan Dana
Laporan keuangan yang biasanya atau pada umunya dibuat oleh suatu perusahaan adalah neraca, Laporan Rugi Laba dan Laporan Laba yang di
tahan ; namun ada pula perusahaan yang Menyusun laporan keuangan yang lain serta ketiga laporan keuangan tersebut, misalnya laporan keuangan
yang lain selain ketiga laporan keuangan tersebut, misalnya laporan sumber dan pengguaan dana bahkan banyak penganalisa atau pihak-pihak yang
berkepentingan dengan suatu perusahaan yang menginginkan adanya laporan sumber dan penggunaan dana tersbut, karena Analisa sumber dan
penggunaan dana. Bahkan banyak penganalisa atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan suatu perusahaan yang menginginkan adanya laporan
sumber dana penggunaan datna tersebut, karena Analisa sumber dan pembagi financial manager ataupun para calon kreditur atau bagi bank dalam
menilai permintaan kredit yang diajukan kepadanya. Dengan Analisa sumber dan penggunaan dana akan dapat diketahui bagaimana perusahaan
mengelolah atau menggunakan dana yang dimilikinnya.
Dalam melaporkan sumber dan penggunaan dana sering terdapat perbedaan pendapat tentang pengertian "dana" atau "fund". Pengertian yang
pertama dana diartikan sama dengan "modal kerja", baik dalam arti modal kerja bruto maupun modal kerja neto, sehingga dengan demikian
Laporan Sumber dan Penggunaan Dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan modal kerja dan perubahan unsur-unsur modal
kerja selama periode yang bersangkutan. Pengertian yang kedua dana diarti- kan sama dengan Kas, dengan demikian laporan sumber dan
penggunaan dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penggunaan kas selama periode yang bersangkutan. Pengertian lain lagi dari dana
adalah sebagai net monetary assets, yaitu kas dan aktiva-aktiva lain yang mempunyai sifat sama dengan kas. Bahkan ada yang mengartikan dana
sama dengan seluruh aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam praktek konsep yang diikuti dalam melaporkan sumber dan penggunaan dana
adalah dana sebagai kas dan dana sebagai modal. kerja neto; oleh karena itu dalam bab ini dan bab berikutnya akan dibahas analisa sumber dan
penggunaan modal kerja serta analisa sumber dan penggunaan kas.
Definis Modal Kerja
Suatu analisa terhadap Sumber dan Penggunaan modal kerja sangat penting bagi penganalisa intern maupun extern, di samping masalah modal
kerja ini erat hubungannya dengan operasi perusahaan sehari-hari juga menunjukkan tingkat keamanan atau margin of safety para kreditur terutama
kreditur jangka pendek. Adanya modal kerja yang cukup sangat penting bagi suatu perusahaan karena dengan modal kerja yang cukup itu me-
mungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan seekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan atau menghadapi bahaya-
bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kekacauan keuangan.
Akan tetapi adanya modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi
perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya adanya ketidak-cukupan maupun mis
management dalam modal kerja merupakan sebab utama kegagalan suatu perusahaan. Oleh karena itu maka dalam bab ini akan dibahas mengenai
masalah-masalah yang berhubungan dengan modal kerja.
Ada tiga konsep atau definisi modal kerja yang umum dipergunakan yaitu :
1. Konsep kwantitatip
Konsep ini menitik-beratkan kepada kwantum yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam membiayai operasinya yang
ber- sifat rutin, atau menunjukkan jumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa
modal kerja adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
Dalam konsep ini tidak mementingkan kwalitas dári modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik, hutang jangka panjang
maupun hutang jangka pendek; sehingga dengan modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang
besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut konsep ini tidak menjamin ke- langsungan operasi yang akan datang, serta tidak mencerminkan
likwiditas perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep kwalitatip
Konsep ini menitik-beratkan pada kwalitas modal kerja, dalam konsep ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap
hutang jangka pendek (net working capital), yaitu jumlah aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun dari para pemilik
perusahaan. Definisi ini bersifat kwalitatip karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancarnya (hutang
jangka pendek) dan menunjukkan pula margin of protection atau tingkat keamanan bagi para kreditur jangka pendek, serta menjamin kelangsungan
operasi di masa mendatang dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan pin- jaman jangka pendek dengan jaminan aktiva lancarnya.
Untuk memperjelas perbedaan antara konsep modal kerja yang kwan- titatip dengan konsep modal kerja kwalitatip berikut ini illustrasi sebagai
berikut :
31 DESEMBER
Aktiva lancar
Kas Rp 600.000,- Rp 600.000,-
Pihutang Dagang 1.330.000,- Rp 1.300.000,-
Persediaan Barang Dagangan 3.500.000,- Rp 3.500.000,-
Persekot Biaya 100.000,- Rp 100.000,-
Jumlah aktiva lancer Rp 5.500.000,- Rp 5.500.000,-
Hutang Lancar
Hutang Dagang Rp 1.550.000,- Rp 550.000,-
Hutang Wesel 1.700.000,- 1.200.000,-
Hutang Pajak 1.250.000,- 500.000,-
Hutang Devden 1.500.000,- 500.000,-
Jumlah hutang lancer Rp 6.000.000,- Rp 2.750.000,-
Dari data tersebut menurut konsep modal kerja yang kwantitatip dari tahun 1977 ke tahun 1978 tidak terjadi perubahan modal kerja,
karena jumlah modal kerja untuk kedua saat tersebut sama yaitu Rp 5.500.000,-, tetapi menurut konsep yang kwalitatip keadaan modal
kerja tahun 1978 jauh lebih baik dibandingkan dengan modal kerja akhir tahun 1977. Modal kerja tahun 1977 mengalami defisit Rp
500.000,- sedangkan dalam akhir tahun 1978 modal kerjanya sebesar Rp 2.750.000,-.
3. Konsep fungsionil
Konsep ini menitik-beratkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usaha pokok perusahaan. Pada dasarnya
dana-dana yang dimiliki oleh suatu perusahaan seluruhnya akan digunakan untuk menghasilkan laba sesuai dengan usaha pokok perusahaan, tetapi tidak
semua dana digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current income) ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memper- oleh atau menghasilkan
laba di masa yang akan datang. Misalnya : bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap lainnya.
Dari aktiva tetap tersebut yang menjadi bagian dari modal kerja tahun ini adalah sebesar penyusutan (depresiasi) aktiva-aktiva tersebut untuk tahun ini.
Aktiva lancar sebagian besar merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya, ada sebagian aktiva lancar modal kerja; misalnya dalam Pihutang
Dagang yang timbul dari penjualan barang dagangan secara kredit. Dalam pihutang tersebut terdiri dari dua unsur, yaitu harga pokok barang yang dijual dan
laba penjualan barang tersebut. Harga pokok dari batang yang dijual tersebut merupakan unsur modal kerja, sedangkan keuntungannya bukan merupakan
unsur modal kerja, tetapi merupakan modal kerja yang potensiil.
Dalam uraian-uraian selanjutnya dalam buku ini istilah "modal kerja" berarti net working capital atau kelebihan aktiva lancar terhadap hutang lancar,
sedang untuk modal kerja sebagai jumlah aktiva lancar digunakan istilah "modal kerja bruto" (gross working capital).
PENTINGNYA MODAL KERJA :
Tersedianya modal kerja yang segera dapat dipergunakan dalam operasi tergantung pada type atau sifat dari aktiva lancar yang dimiliki seperti : Kas, Effek,
Pihutang dan Persediaan. Tetapi modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran-penge- luaran atau operasi perusahaan
sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi perusahaan, di samping memungkin- kan bagi perusahaan untuk beroperasi
secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan, juga akan memberikan beberapa keuntungan lain, antara lain :
a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-bahaya atau
kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki Persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para konsumennya. Memungkinkan bagi perusahaan untuk
memberikan syarat kredit yang
e. lebih menguntungkan kepada para langganannya.
f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang ataupun jasa yang
dibutuhkan.
Modal kerja yang cukup memang sangat penting bagi suatu perusahaan, tetapi berapakah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu
perusahaan iu? Untuk menentukan jumlah modal kerja yang dianggap cukup bagi suatu perusahaan bukanlah merupakan hal yang mudah,
karena modal kerja vang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor sebagai berikut :
1. Sifat atau type dari perusahaan.
Modal kerja dari suatu Perusahaan Jasa relatip akan lebih rendah bila dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja Perusahaan Industri,
karena untuk Perusahaan Jasa misalnya Perusahaan Listrik, Perusahaan Air Minum, Perusahaan Bioskop dan Perusahaan-perusahaan jasa yang
ber- gerak dalam bidang perhubungan, baik darat, laut maupun udara memerlukan investasi yang besar dalam Kas, Pihutang maupun
Persediaan. Kebutuhan uang tunai untuk membayar pegawainya maupun untuk mem- biayai operasinya dapat dipenuhi dari penghasilan atau
penerimaan-penerima- an saat itu juga, sedang pihutang biasanya dapat ditagih dalam waktu yang relatip pendek, bahkan untuk perusahaan jasa
tertentu penerimaan uang justru lebih dahulu daripada pemberian jasanya (misalnya :: Seseorang yang akan naik Kereta Api tentu harus
membeli karcis terlebih dahulu). Sifat dari perusahaan jasa biasanya memiliki atau harus menginvestasikan modal-modalnya sebagian besar
pada aktiva tetap atau plant and equipment yang digunakan untuk memberikan pelayanan atau jasanya kepada masyarakat.
Apabila dibandingkan dengan Perusahaan Industri, maka keadaannya sangatlah ekstrem karena perusahaan industri harus mengadakan
investasi yang cukup besar dalam aktiva lancar agar perusahaannya tidak mengalami kesulitan di dalam operasinya sehari-hari. Oleh karena itu
apabila dibandingkan dengan perusahaan jasa, perusahaan industri membutuhkan modal kerja yang lebih besar. Bahkan di antara perusahaan
industri sendiri kebutuhan akan modal kerjanyapun tidak sama, perusahaan yang memprodusir ba- rang akan membutuhkan modal kerja yang
lebih besar daripada perusahaan perdagangan atau perusanaan eceran, karena perusahaan yang memprodu- sir barang harus mengadakan
investasi yang relatip besar dalam bahan baku, barang dalam proses dan persediaan barang jadi.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau memperoleh barang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang tersebut.
Kebutuhan modal kerja suatu perusahaan berhubungan langsung de- ngan waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh barang yang akan dijual
maupun bahan dasar yang akan diprodusir sampai barang tersebut dijual. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memprodusir atau untuk
memperoleh barang tersebut makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan. Di samping itu harga pokok per satuan barang juga akan mempengaruhi
besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan, semakin besar harga pokok per-satuan barang yang dijual akan semakin besar pula kebutuhan akan modal
kerja. Misalnya perusahaan kapal terbang dibandingkan dengan perusahaan meubel atau perabot rumah tangga maka modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan kapal terbang akan jauh lebih besar karena di samping membutuhkan waktu yang lama untuk menyelesaikan sebuah kapal terbang juga harga
pokok dari sebuah kapal terbang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan harga pokok sebuah meubel.
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagangan.
Syarat pembelian barang dagangan atau bahan dasar yang akan diguna- kan untuk memprodusir barang sangat mempengaruhi jumlah modal kerja
yang dibutuhkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Jika syarat kredit yang diterima pada waktu pembelian menguntungkan, makin sedikit uang kas
yang harus diinvestasikan dalam persediaan bahan ataupun barang dagangan, sebaliknya bila pembayaran atas bahan atau barang yang dibeli tersebut
harus dilakukan dalam jangka waktu yang pendek maka uang kas yang diperlukan untuk membiayai persediaan semakin besar pula.
4. Syarat penjual.
Semakin lunak kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada para pembeli akan mengakibatkan semakin besarnya jumlah modal kerja yang harus
diinvestasikan dalam sektor Pihutang. Untyk memperendah dan memperkecil jumlah modal kerja yang harus diinvestasikan dalam Pihutang dan untuk
memperkecil resiko adanya pihutang yang tak dapat ditagih, sebaiknya perusahaan memberikan potongan tunai kepada para pembeli, karena dengan
demikian para pembeli akan tertarik untuk segera membayar hutangnya dalam periode diskonto tersebut.
5. Tingkat perputaran persediaan.
Tingkat perputaran persediaan (inventory turn-over), menunjukkan berapa kali persediaan tersebut diganti dalam arti dibeli dan dijual kembali.
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan tersebut maka jumlah modal kerja yang dibutuhkan (terutama yang harus diinvestasikan dalam per- sediaan)
semakin rendah. Untuk dapat mencapai tingkat perputaran yang tinggi, maka harus diadakan perencanaan dan pengawasan persediaan secara teratur dan
efisien. Semakin cepat atau semakin tinggi tingkat perputaran akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena pe- nurunan harga atau
karena perubahan selera konsumen, di samping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut.
Di samping faktor-faktor tersebut di atas masih banyak faktor-faktor lain yang akan mempengaruhi kebutuhan modal kerja suatu
perusahaan, imisalnya faktor musiman, volume penjualan, tingkat perputaran pihutang, dan jumlah rata-rata pengeluaran uang setiap harinya.
SUMBER MODAL KERJA
Pada dasarnya modal kerja itu terdiri dari dua bagian pokok, yaitu :
1) Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan lancar
tanpa kesulitan keuangan, dan
2) Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan di luar aktivitas yang
biasa.
Kebutuhan modal kerja yang permanen seharusnya atau sebaiknya dibiayai oleh pemilik perusahaan atau para pemegang saham. Semakin
besar man, modal kerja yang dibiayai atau yang berasal dari investasi pemink perusahaan akan semakin baik bagi perusahaan tersebut karena
akan se- makin besar kemampuan perusahaan untuk memperoleh kredit, dan semakin besar jaminan bagi kreditor jangka pendek. Di samping
dari investasi para.
Arus dana yang menggambarkan proses perubahan aktiva tetap ke modal kerja
BAHAN
UPAH BAHAN UPAH BAHAN
ONGKOS KE BIAYA 2 LAIN UPAH
KAS 2 ONGKOS 2
DEPRESIASI DEPRESIASI
AKV.TETAP
DEPRESIASI LABA
Uraian mengenai depresiasi merupakan sumber modal kerja dapat pula digambarkan dengan angka-angka sebagai berikut :
Penjualan Rp 10.000.000,-
Harga pokok penjualan Rp 6.000.000,-
Rp 4.000.000,-
Laba kotor
Biaya tunai Rp 1.600.000,-
Depresiasi Rp 1.000.000,-
Rp 2.600.000,-
Laba bersih Rp 1.400.000,-
Aktiva lancar telah bertambah Rp 10.000.000,- yang berasal dari penjual- an barang dagangan, dari hasil penjualan ini telah dikeluarkan lagi untuk
membayar harga pokok Rp 6.000.000,- dan biaya tunai Rp 1.600.000,- sehingga secara neto aktiva lancar hanya bertambah Rp 2,400.000,- berarti modal
kerja bertambah pula sebesar Rp 2.400.000,-. Jumlah Rp 2.400.000,- ini sama dengan jumlah laba bersih periode tersebut ditambah dengan jumlah
depresiasi periode .itu juga.
Kalau hasil atau keuntungan operasi dari tahun ke tahun tidak digunakan untuk membayar devidend, untuk membeli aktiva tetap atau untuk tujuan-tujuan
lain yang semacam, maka akan mengakibatkan atau me- nimbulkan keadaan di mana aktiva lancar sedemikian besarnya sehina melebihi jumlah modal
kerja yang dibutuhkan.
pemilik perusahaan, kebutuhan modal kerja yang permanen dapat pula dibiayai dari penjualan obligasi atas jenis hutang jangka panjang lainnya , tetapi
dalam hal ini perusahaan harus mempertimbangkan jatuh tempo dari hutang jangka panjang ini di samping juga harus mempertimbangkan beban bunga
yang harus dibayar oleh perusahaan.
Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan dapat berasal dari:
a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang nampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi.
jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Jadi jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi
perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan perhitung- an rugi laba perusahaan tersebut. Dengan adanya keuntungan atau laba dari usaha
perusahaan, dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.
Biaya-biaya operasi perusahaan pada dasarnya terdiri dari biaya yang memerlukan pengeluaran uang atau menimbulkan hutang yang pada akhir- ya juga
akan menyebabkan penggunaan modal kerja, biaya yang memer lukan pengeluaran uang ini dinamakan biaya tunai, seperti upah, gaji, premi asuransi. Di
samping itu ada juga sebagian biaya yang tidak memerlu- kan pengeluaran uang pada saat atau periode itu atau tidak menimbulkan hutang yang pada
akhirnya akan menggunakan modal kerja, seperti de- presiasi, amortisasi dari diskonto obligasi maupun aktiva intangibel lainnya. Meskipun biaya-biaya
yang termasuk kelompok kedua ini diperhitungkan dalam menentukan net income tetapi dalam menghitung jumlah modal kerja yang berasal dari hasil
operasi perusahaan biaya-biaya tersebut harus dikeluarkan karena biaya-biaya tersebut tidak menggunakan modal kerja. Proses pembebanan depresiasi
dan amortisasi terhadap penghasilan per- usahaan adalah merupakan perubahan dari aktiva tetap dan aktiva in- tangible menjadi modal kerja, proses
tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
b. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek) Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek (Market- able
securities atau effek) adalah salah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan bagi perusahaan. Dengan
adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan terjadinya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari bentuk surat berharga berubah menjadi uang
kas. Keuntungan yang diperoleh dari penjualan surat berharga ini merupakan suatu sumber untuk bertambahnya modal kerja, sebaliknya apabila dalam
penjualan tersebut terjadi kerugian maka akan menyebabkan berkurangnya modal kerja. Apabila effek atau in- vestasi jangka pendek itu dijual dengan
harga jual yang sama dengan harga perolehannya (tanpa laba maupun rugi), maka penjualan effek- effek tersebut tidak akan mempengaruhi besarnya
modal kerja (modal kerja tidak bertambah maupun berkurang). Di dalam menganalisa sumber- sumber modal kerja maka sumber yang berasal dari
keuntungan pen- jualan surat-surat berharga harus dipisahkan dengan modal kerja yang berasal dari hasil usaha pokok perusahaan.
c. Penjualan aktiva tidak lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva
tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi Kas atau Piutang akan menyebabkan bertambahnya
modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut. Apabila dari hasil penjualan aktiva tetap atau aktiva tidak lancar lainnya ini tidak segera digunakan untuk
mengganti aktiva yang bersangkutan, akan menyebabkan keadaan aktiva lancar sedemikian besarnya sehingga melebihi jumlah modal kerja yang
dibutuhkan (adanya modal kerja yang berlebih-lebihan).
d. Penjualan saham atau obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau
meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, di samping itu peru- sahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang
jangka panjang lainnya guna memenuhi kebutuhan modal kerjanya. Penjualan obligasi ini mempunyai konsekwensi bahwa perusahaan harus membayar
bunga tetap, oleh karena itu dalam mengeluarkan hutang dalam bentuk obligasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Penjualan obligasi
yang tidak sesuai dengan kebutuhan (terlalu besar) di samping menimbulkan beban bunga yang besar, juga akan mengakibatkan keadaan aktiva lancar
yang besar sehingga melebihi jumlah modal kerja yang dibutuhkan.
Di samping keempat sumber tersebut di atas masih ada lagi sumber lain yang dapat diperoleh oleh perusahaan untuk menambah aktiva lancar- nya
(walaupun dengan bertambahnya aktiva lancar itu tidak mengakibatkan bertambahnya modal kerja) misalnya dari pinjaman/kredit dari Bank dan
pinjaman-pinjaman jangka pendek lainnya serta hutang dagang yang diper- oleh dari para penjual (Supplier) – di sini bertambahnya aktiva lancar
diimbangi atau dibarengi dengan bertambahnya hutang lancar, sehingga modal kerja (dalam arti net working capital) tidak berubah.
Dari uraian tentang sumber-sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa modal kerja akan bertambah apabila :
1. adanya kenaikan sektor modal baik yang berasal dari laba maupun adanya pengeluaran modal saham atau tambahan investasi dari pemilik
perusahaan.
2. ada pengurangan atau penurunan aktiva tetap yang diimbangi dengan bertambahnya aktiva lancar karena adanya penjualan aktiva tetap
mau- pun melalui proses depresiasi.
3. ada penambahan hutang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek atau hutang jangka panjang lainnya yang diimbangi dengan
bertambahnya aktiva lancar.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa modal kerja akan bertambah apabila aktiva lancar bertambah yang diimbangi atau dibarengi dengan
perubahan dalam sektor atau pos tidak lancar (non current account), dan dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
AKTIVA HUTANG
LANCAR LANCAR
MODAL HUTANG
KERJA JANGKA
PANJANG
AKTIVA
TETAP MODAL
Penggunaan modal kerja
Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang dimiliki oleh
perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu diikuti dengan berubahnya atau turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki oleh
perusahaan. Misalnya penggunaan aktiva lancar untuk melunasi atau membayar hutang lancar, maka penggunaan aktiva lancar ini tidak
mengakibatkan penurunan jumlah modal kerja karena penurunan aktiva lancar tersebut diikuti atau diimbangi dengan penurunan hutang lancar
dalam jumlah yang sama, Hal ini dapat dibuktikan sebagai berikut :
Seandainya hutang dagang sebanyak Rp 550.000,- dilunasi, maka setelah pelunasan hutang dagang tersebut jumlah aktiva
lancar Rp 4.950.000.- sebaliknya jumlah hutang lancarnya masih Rp 2.200.000,-. Sisa modal kerja setelah pelunasan
tersebut tetap sebesar Rp 2.750.000,- (Rp 4.950.000, – Rp 2.200.000,-). Begitu pula sebaliknya, bila terjadi penambahan
aktiva lancar yang diimbangi dengan penambahan hutang lancar dalam jumlah yang sama maka jumlah modal kerja tidak
akan berubah.
Penggunaan-penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah sebagai berikut :
a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan,
supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. Pembayaran biaya operasi ini akan mengakibatkan terjadinya penjualan atau penghasilan
perusahaan yang bersangkutan. Penggunaan aktiva lancar untuk pembayaran biaya operasi ini baru merupakan penggunaan modal kerja kalau
jumlah biaya suatu periode lebih besar daripada jumlah penghasilannya (timbul kerugian). besarnya penggunaan modal kerja untuk biaya
operasi ini akan dapat ditentukan dengan menganalisa laporan perhitungan rugi laba perusahaan tersebut, yaitu jumlah kerugian neto yang
nampak dalam laporan perhitungan rugi laba dikurangi dengan jumlah depresiasi dan amortisasi periode tersebut. Mengapa depresiasi dan
amortisasi harus dikurangkan? Sumber modal kerja yang diajukan sama halnya dengan alasan pada waktu pembahasan jelasnya dapat diberikan
contoh sebagai berikut : Alasan sumber modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan. Untuk jelasnya dapat diberikan contoh sebagai
berikut :
Rp 4.250.000,-
Rugi Rp 1.000.000,-
Jumlah penggunaan modal kerja untuk menutup kerugian tersebut bukannya Rp 1.000.000,- melainkan sebesar Rp 250.000,- karena pem-
bebanan biaya depresiasi Rp 750.000.- tidak mengurangi jumlah modal kerja (aktiva lancar) maupun menimbulkan hutang lancar.
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa aktiva lancar ataupun modal kerja bertambah sebesar Rp 9.750.000,- yang berasal dari hasil
penjualan barang dagangan dan dari pertambahan aktiva lancar Rp 9.750.000,- itu dikeluarkan lagi untuk membayar harga pokok penjualan
sebesar Rp 6.500.000,- dan biaya operasi Rp 3.500.000,- sehingga secara neto aktiva lancar atau modal kerja berkurang Rp 250.000,- Jumlah
Rp 250.000,- ini sama dengan jumlah kerugian dikurangi jumlah depresiasi periode tersebut.
b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya pen- jualan surat berharga atau effek, maupun kerugian yang insidentil
lainnya. Penggunaan modal kerja karena kerugian yang di luar usaha pokok perusahaan harus dilaporkan tersendiri dalam Laporan Perubahan
Modal Kerja. Hal ini dimaksudkan agar laporan itu lebih informatif bagi para pembacanya. Adapun kerugian baik`yang rutine maupun yang
insidentil akhirnya akan mengakibatkan berkurangnya modal perusahaan.
c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk tujuan- tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya Dana Pelunasan
Obligasi, Dana Pensiun Pegawai, Dana Expansi ataupun dana-dana lainnya. Adanya pembentukan dana ini berarti adanya perubahan bentuk
aktiva dari aktiva lancar menjadi aktiva tetap. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap.
d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka Panjang atau aktiva tidak lancer lainnya yang mengakibatkan
berkurangnya aktiva lancer atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja.
e. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk hutang jangka panjang lainnya,
serta penarikan atau pembelian kembali (untuk sementara maupun untuk seterusnya) saham perusahaan yang beredar; atau adanya penurunan
hutang jangka panjang diimbangi berkurangnya aktiva lancar.
f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadinya (prive) atau adanya pengambilan bagian
keun- tungan oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan dan persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas.
Dengan kata lain adanya penurunan sektor modal yang diimbangi dengan berkurang- nya aktiva lancar atau bertambahnya hutang lancar dalam
jumlah yang sama.
Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurangnya modal kerja dapat digambarkan dengan skema sebagai berikut :
MODAL KERJA
HUTANG JANGKA
PANJANG
AKTIVA TETAP
MODAL
Di samping penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan berkurang- nya modal kerja tersebut, ada pula pemakaian aktiva lancar yang tidak merubah
jumlahnya baik jumlah modal kerjanya maupun jumlah aktiva lancarnya itu sendiri, yaitu pemakaian atau penggunaan modal kerja/aktiva lancar yang hanya
menyebabkan atau mengakibatkan berubahnya bentuk aktiva lancar (modal kerja tidak berkurang), misalnya :
a. Pembelian effek (marketable securities) secara tunai.
b. Pembelian barang dagangân atau bahan-bahan lainnya secara tunai.
c. Perubahan suatu bentuk pihutang ke bentuk pihutang yang lain, misal- nya dari pihutang dagang (account receivable) menjadi pihutang wesel (notes
receivable).
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Management dan para kreditor jangka pendek terutama akan tertarik kepada posisi keuangan jangka pendek (posisi modal kerja) suatu perusahaan termasuk
perubahan-perubahan yang terjadi selama periode itu. Kenaikan dalam modal kerja mungkin ditunjukkan dalam kas, effek, pihutang maupun dalam persediaan
atau adanya penurunan atau berkurangnya hutang lancar, dan adanya kenaikan dalam modal kerja ini akan ditafsirkan atau diinterpretasikan tergantung kepada
sumber-sumber yang menyebabkan kenaikan tersebut. Apabila seluruh perubahan tersebut semuanya berasal dari hasil operasi perusahaan, maka hal ini akan
dinilai sebagai hal yang amat baik atau menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan modal kerja yang berasal dari pengeluaran hutang jangka panjang.
Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran tentang bagaimana management mengelola perputaran atau sirkulasi modal- nya.
Laporan ini akan dapat memberikan jawaban atas berbagai pertanyaan berikut yang mungkin timbul baik dari management, para pemegang saham, kreditur
maupun pihak-pihak lainnya :
d. Apa yang menyebabkan perubahan posisi modal kerja?
e. Berapa modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dan bagaimana komposisinya?
f. Berapa dana atau modal kerja yang berasal dari penjualan saham dan hutang jangka panjang serta bagaimana penggunaan dana-dana tersebut
g. Apakah perusahaan telah menjual sebagian aktiva tetapnya? Apabila demikian berapakah hasilnya? Dan telah digunakan untuk apa saja?
h. Berapakah modal kerja yang digunakan untuk menambah kekayaan iangka panjang (aktiva tidak lancar)? Atau bagaimanakah perusahaan membiayai
ekspansinya?
i. Bagaimanakah perusahaan menggunakan dana yang diperoleh dari hasil operasinya ? Berapakah yang telah dibayarkan kepada pemilik perusahaan dalam
bentuk deviden?
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak akan dapat dijawab oleh laporan-laporan keuangan yang konvensionil atau yang biasa,
atau dengan lain perkataan bahwa laporan Perubahan Modal Kerja merupakan ringkasan tentang hasil-hasil aktivitas keuangan suatu
perusahaan dalam satu periode tertentu dan menyajikan sebab-sebab perubahan-perubahan posisi keuangan perusahaan tersebut. Laporan ini
akan sangat berguna bagi management untuk mengadakan pengawasan terhadap modal kerja dan agar sumber- sumber modal kerja dapat
digunakan secara effektip di masa mendatang, hasil analisa terhadap sumber dan penggunaan modal kerja dari suatu perusahaan dalam suatu
periode akan dapat digunakan sebagai dasar pe- ngelolaan atau perencanaan modal kerja di masa yang akan datang.
Penyajian laporan tentang perubahan modal kerja memerlukan adanya analisa tentang kenaikan atau penurunan dalam pos-pos yang
tercantum dalam neraca yang diperbandingkan antara dua saat tertentu (compara-tive balance sheet), hal ini untuk menunjukkan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam pos-pos elemen modal kerja tersebut.
Laporan tentang perubahan modal kerja ini sering disebut dengan berbagai istilah, antara lain : "Statement of fund", "Statement of sources
and application of fund", "Statement of Financial Changes", "Statement of Current assets", "Where got, where gone statement", "Statement of
Changes in Net Working Capital" dan istilah-istilah lain yang mempunyai tujuan yang sama.
Dari pembahasan-pembahasan di muka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja akan berubah apabila aktiva lancar dan atau hutang
lancar berubah, sedang untuk mengetahui sebab perubahan tersebut (sumber atau penggunaannya) dapat diketahui dengan menganalisa
perubahan yang terjadi dalam sektor non current (aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal). Oleh karena itu Laporan Perubahan Modal
Kerja harus menunjukkan kedua hal tersebut dan dapat disajikan dalam dua bagian, yaitu :
a. Bagian pertama menunjukkan perubahan yang terjadi untuk setiap jenis atau elemen modal kerja (perubahan masing-masing pos aktiva
lancar dan hutang lancar) dan perubahan modal kerja secara total. Bagian ini menggambarkan kenaikan atau penurunan setiap elemen
aktiva lancar, hutang lancar serta perubahan total modal kerja dalam suatu periode tertentu.
b. Bagian kedua menunjukkan sumber dan penggunaan modal kerja & sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja. Bagian ini
menggambarkan sumber-sumber tertentu dari mana modal kerja diperoleh serta berbagai penggunaan dari modal kerja tersebut.
Untuk dapat menganalisa atau menentukan besarnya perubahan modal kerja baik secara total atau masing-masing pos unsur modal kerja, serta
untuk mengetahui sumber-sumber dan penggunaan modal kerja selama periode yang bersangkutan, maka diperlukan data tentang Neraca yang
diperbandingkan antara 'dua saat tertentu, misalnya neraca per 31 Desember 1977 dengan neraca per 31 Desember 1978, serta informasi-
informasi lainnya sehubungan dengan data keuangan perusahaan yang bersangkutan, misalnya besarnya laba, adanya pembayaran deviden dan
sebagainya.
Sebagai illustrasi atau contoh dari penyusunan "Laporan Modal Kerja" berikut ini diberikan data neraca PT Indirasari yang diperbandingkan
antara 31 Desember 1977 dengan neraca 31 Desember 1978 sebagai berikut :
31 DESEMBER
NAIK ATAU TURUN
1977 1978
Kas Rp 545.500 Rp 919.700 Rp 374.200
Pihutang Dagang 1.324.200 1.612.800 288.600
Pihutang wesel 500.000 250.000 250.000
Persediaan 951.200 1.056.500 105.300
Persekot Biaya 46.000 37.000 9.000
Tanah 200.000 200.000 -
Gedung 1.600.000 2.000.000 400.000
Alat kantor 700.000 850.000 150.000
Rp 5.826.900 Rp 6.926.000 Rp 1.059.100
Cadangan penyusutan gedung Rp225.500 Rp261.000 Rp35.500
Cadangan penyusutan alat
Kantor 153000 201000 48000
Hutang dagang 655.000 552.200 102.800
Hutang wesel 150.000 125.000 25.000
Hutang gaji 312.000 443.500 131.500
Hutang obligasi 600.000 450.000 150.000
Modal saham 2.000.000 2.600.000 600.000
Laba yang di tahan 1.771.400 2.293.300 521.900
Rp 5.826.900 Rp 6.926.000 Rp 1.059.100
Jika tidak diketahui data lainnya, maka dari neraca yang diperbandingkan tersebut dapat secara langsung dibuat “Laporan
Perubahan Modal Kerja” sebagai berikut :
PT INDIRASARI
Laporan Perubahan Modal Kerja
Untuk tahun 1978
31 Desember Modal Kerja
1977 1978 Naik Turun
Kas Rp 545.500,- Rp 919.000,- Rp 374.200,- Rp
Pihutang Dagang ‘’ 1.324.200,- ‘’ 1.612.800,- ‘’ 288.600,-
Pihutang Wesel ‘’ 500.000,- ‘’ 250.000,- ‘’ 250.000,-
Persediaan ‘’ 951.200,- ‘’ 1.056.500,- ‘’ 105.300,-
Persekot Biaya ‘’ 46.000,- ‘’ 37.000,- ‘’ 9.000,-
Hutang Dagang ‘’ 655.000,- ‘’ 552.200,- “ 102.800,-
Hutang Wesel ‘’ 150.000,- ‘’ 125.000,- ‘’ 25.000,-
Hutang Gaji ‘’ 312.000,- ‘’ 443.500,- ‘’ 131.500,-
Rp 895.900,- Rp 390.500,-
‘’ 505.400,-
Rp 895.900,- Rp 895.900,-
Sumber Modal Kerja :
1. Hasil Operasi : Laba Rp 521.900,-
Depresiasi Rp 83.500,-
Rp 605.400,-
2. Penjualan Saham Rp 600.000,-
Rp 1.205.400,-
Penggunaan Modal Kerja :
2. Pembelian Gedung Rp 400.000,-
3. Pembelian Alat-alat Kantor Rp 150.000,-
4. Pembayaran Hutang Obligasi Rp 150.000,-
Rp 700.000,-
Kenaikan Modal Kerja Rp
505.400,-
Dalam penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja tersebut dibuat anggapan bahwa data yang diperoleh hanya
neraca yang diperbandingkan, data mengenai pembayaran deviden dan laba yang diperoleh dalam tahun 1978
tidak diperoleh sehingga selisih Laba Yang Ditahan 1978 dengan 1977 dianggap sebagai hasil operasi (laba)
tahun 1978.
Tujuan utama penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja adalah untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perubahan modal kerja selama periode
yang bersangkutan. Informasi tentang sumber dan penggunaan modal kerja ini sangat penting tidak hanya bagi management perusahaan ( sebagai dasar
perencanaan sumber dan penggunaan modal kerja periode-periode berikutnya), tetapi juga sangat berguna bagi para bankers atau kreditor jangka
pendek lainnya; karena dengan mengetahui sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan yang bersangkutan akan dapat digunakan sebagai dasar
penilaian kebijaksanaan management dalam mengelola modal kerjanya dan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh bankers atau
kreditor tersebut. Misalnya digambarkan Laporan Perubahan Modal Kerja dari suatu perusahaan kepada bankers-nya yang menunjukkan sumber dan
penggunaan modal kerja sebagai berikut :
Kalau neraca yang diperoleh perubahannya tidak begitu rumit dan jumlah pos atau rekeningnya sedikit maka dapat disusun Laporan
Perubahan Modal Kerja dengan langsung, tetapi kalau kita menghadapi laporan keuangan yang jumlah pos-posnya banyak, maka akan
ditemui kesulitan apabila penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja tersebut dilakukan secara langsung. Untuk menghindari kesulitan
ini maka sebelum menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja perlu dibuat terlebih dahulu suatu “Kertas Kerja” atau “Work Sheet”, dalam
work sheet ini perubahan-perubahan yang terjadi dalam masing-masing pos dianalisa dan ditentukan bagaimana pengaruh perubahan pos
tersebut terhadap modal kerja.
Setelah work sheet selesai disusun maka langkah berikutnya adalah menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja seperti yang disusun di
muka. Bagian pertama dari Laporan Perubahan Modal Kerja yaitu mengenai perubahan masing-masing pos unsur modal kerja dan
perubahan modal kerja secara total diambilkan dari dua kolom terakhir dalam work sheet tersebut (kolom perubahan modal kerja),
sedangkan data sumber dan penggunaan modal kerja diambil dari kolom “Sumber dan Penggunaan Modal Kerja’’.
Bentuk dari work sheet tersebut adalah sebagai berikut :
PT. INDIRASARI
Work Sheet Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk Periode 1978
Perubahan rekening Laba Yang Ditahan ini dalam neraca yang diperbandingkan menunjukkan perubahan sebesar Rp 5.000.000,- hal ini
apabila tidak didukung informasi yang menjelaskan sebab-sebab perubahnnya akan ditarik kesimpulan bahwa pada tahun 1978 tersebut
diperoleh laba bersih Rp 5.000.000,- sedangkan kenyataannya tidak demikian. Oleh karena itu terhadap perubahan rekening Laba Yang
Ditahan ini perlu disesuaikan sehingga menunjukkan keadaan yang sebenarnya.
Kemungkinan lain yaitu adanya satu sumber atau penggunaan modal kerja yang ditunjukkan atau dilaporkan dalam beberapa rekening atau
pos. misalnya adanya penjualan saham di atas nilai nominalnya maka sumber modal kerja dari penjualan saham ini akan dilaporkan atau
ditunjukkan dalam Rekening Modal Saham dan rekening Premium Saham (Agio Saham).
Secara terperinci tujuan penyesuaian dalam work sheet untuk penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja (Fund Statement) adalah :
1. Untuk menghapus atau menetralisir perubahan dalam suatu rekening yang tidak mempengaruhi modal kerja. Misalnya perubahan yang
disebabkan adanya penilaian kembali terhadap aktiva tetap (appraisal atau revaluasi), penghapusan aktiva intangible pada laba yang
ditahan (atau retained earning), pengeluaran atau pembagian stock dividend (hal ini hanya merupakan pemindahansuatu jumlah dari pos
Retained Earning kepada rekening Capital Stock atau Modal Saham). Kejadian-kejadian tersebut mengakibatkan perubahan dalam saldo
atau jumlah rekening-rekening yang bersangkutan, tetapi sebenarnya atau kenyataannya tidak mempunyai akibat atau pengaruh pada
modal kerja.
Terhadap perubahan-perubahan ini harus dibuat penyesuaian untuk menetralisir rekening yang bersangkutan dengan membuat jurnal
kebalikan atau membalik jurnal yang dibuat pada waktuterjadi perubahan tersebut.
2. Untuk melaporkan sumber dan penggunaan modal kerja secara individu atau terpisah jika beberapa trnasaksi telah diringkas atau
dilaporkan dalam satu rekening.
Perubahan dalam suatu rekening atau pos dapat menyebabkan adanya beberapa sumber atau penggunaan modal kerja secara terpisah atau
merupakan kombinasi daripada sumber dan penggunaan modal kerja, misalnya saldo dari rekening Alat-alat Kantor mungkin disebabkan
adanya pembelian (merupakan penggunaan dana), penjualan (merupakan sumber dana) atau adanya pertukaran (kombinasi antara
sumber dan penggunaan dana).
Penyesuaian perlu dibuat dalam work sheet untuk melaporkan secara terpisah masing-masing sumber dan penggunaan modal kerja tersebut.
3. Untuk melaporkan suatu sumber atau penggunaan modal kerja secara tunggal (menjadi satu) terhadap satu sumber atau penggunaan
modal kerja yang dilaporkan dalam dua rekening atau lebih.
Suatu transaksi yang menyebabkan adanya sumber atau penggunaan modal kerja mungkin akan menyangkut atau menyebabkan adanya
perubahan dalam dua rekening atau lebih, misalnya adanya penjualan saham di atas nilai nominalnya maka hal ini akan mengakibatkan
perubahan dalam rekning Kas, Modal Saham dan Agio atau Surplus (Premium saham) sehingga adanya satu sumber (penjualan saham)
telah dilaporkan dalam dua rekening (Modal Saham dan Surplus). Adanya hal seperti ini perlu dibuat penyesuaian dalam work sheet untuk
menggabungkan atau meringkas penyajian sumber modal kerja tersebut dalam satu pos.
4. Untuk menggabungkan atau memindahkan Sumber Modal Kerja dan Penggunaan Modal Kerja (Dana) menjadi satu kelompok sehingga
mempermudah penyusunan Laporan Perubahan Modal Kerja (Statement of Working Capital Changes).
Untuk lebih jelasnya tentang adanya adjustment atau penyesuaian yang diperlukan dalam work sheet untuk penyusunan Laporan Perubahan
Modal Kerja (Funds Statement) maka berikut ini diberikan suatu ilustrasi tentang pembuatan work sheet atau working paper tersebut.
Di bawah ini adalah data Neraca yang diambil dari PT SARI INDAH pada tanggal 31 Desember 1978dan informasi-informasi lain yang diperoleh
dari perusahaan tersebut.
PT SARI INDAH
Neraca Yang Diperbandingkan
31 Desember 1977, 1978
31 Desember Perubahan
1977 1978 D K
Rp. Rp. Rp. Rp.
Kas 400,000 210,000 - 190,000
Surat berharga (efek) 525,000 225,000 - 300,000
Pihutang Dagang (neto) 600,000 750,000 150,000 -
Persediaan 1,175,000 1,375,000 200,000 -
Persekot Biaya 35,000 25,000 - 10,000
2,735,000 2,585,000
Tanah 450,000 975,000 525,000 -
Bangunan 1,250,000 2,750,000 1,500,000 -
Mesin-mesin 2,000,000 2,755,000 755,000 -
Kendaraan 1,275,000 1,350,000 75,000 -
Perabot Kantor 100,000 200,000 100,000 -
Goodwill 625,000 375,000 - 250,000
Disagio Obligasi 30,000 25,000 - 5,000
Akumulasi Depresiasi (550,000) (882,500) - 332,500
5,180,000 7,547,500
Jumlah aktiva 7,915,000 10,132,500
Hutang Dagang 725,000 535,000 190,000 -
Hutang Wesel 1,000,000 750,000 250,000
1,725,000 1,285,000
Hutang Obligasi 1,250,000 1,500,000 - 250,000
2,975,000 2,785,000
Modal Saham Biasa 2,500,000 3,750,000 - 1,250,000
Modal Saham Prioritas 1,250,000 1,500,000 - 250,000
Cadangan Pelunasan Obligasi 125,000 275,000 - 150,000
Modal Revaluasi 25,000 350,000 - 325,000
Laba Yang Ditahan 1,027,500 1,503,750 - 476,250
Agio Saham Prioritas 12,500 18,750 - 6,250
Disagio Saham Biasa - (50,000) 50,000 -
4,940,000 7,347,500
Jumlah hutang & modal 7,915,000 10,132,500 3,795,000 3,795,000
Informasi-informasi lain yang diperoleh untuk tahun 1978 adalah sebagai berikut :
a. Laba bersih (termasuk rugi-laba insidentil) Rp 901.250,-
b. Depresiasi yang dibebankan selama tahun 1978 adalah :
Bangunan Rp 130.000,-
Mesin-mesin Rp 162.500,-
Kendaraan Rp 50.000,-
Perabot Kantor Rp 7.500,-
Rp 350.000,-
c. Dalam tahun 1978diadakan revaluasi terhadap Bangunan dan Tanah, masing-masing ditambah nilainya sebesar Rp
250.000,- dan Rp 75.000,-
d. Emisi saham baru masing-masing dengan nilai nominal Rp 10.000,- dengan perincian sebagai berikut :
125 lembar Saham Biasa, kurs penjualan 96%
25 lembar Saham Prioritas harga jual Rp 10.250,-/lembar
e. Diumumkan dan telah dibayarkan deviden untuk Saham Biasa Rp 200.000,- dan Saham Prioritas Rp 75.000,-
f. Perabot Kantor seharga Rp 25.000,- yang telah disusut sebesar Rp 17.500,- ditukarkan dengan Perabot Kantor yang masih
baru yang mempunyai harga Rp 125.000,-. Perabot Kantor yang lama dihargai Rp 5.000,- sedang selisihnya dibayar tunai.
g. Surat berharga yang harga belinya Rp 300.000,- dijual dengan harga Rp 375.000,-
h. Goodwill telah dihapuskan sebesar Rp 250.000,-demikian juga Diskonto Obligasi dihapuskan sebesar Rp 5.000,- dan
dibebankan sebagai biaya operasi pada periode tersebut.
Dari data yang diperoleh dari PT SARI INDAH tersebut maka dapat disusun suatu work sheet untuk penyusunan Laporan
Perubahan Modal Kerja atau Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja seperti Nampak dalam halaman 144
sedangkan kolom “penyesuaian” atau adjustment dalam worksheet tersebut dapat diterangkan sebagai berikut :
a. Dari Laporan Rugi Laba diketahui bahwa net income termasukrugi laba yang non operasionil atau rugi laba diluar usaha
pokok perusahaan, sebesar Rp 901.250,-. Laba ini pada akhirnya dipindahkan ke rekening
Laba Yang Ditahan dengan jurnal :
Rugi-laba Rp 901.250,- -
Laba Yang Ditahan - Rp 901.250,-
Sumber modal kerja yang berasal dari operasi ini harus ditunjukkan tersendiri karena perubahan rekening Laba Yang Ditahan tidak
mencerminkan sumber modal kerja dari hasil operasi tersebut; jurnal penyesuaian yang dibuat adalah :
Laba Yang Ditahan Rp 901.250,- -
Sumber Modal Kerja Hasil Operasi Laba - Rp 901.250,-
b. Depresiasi yang dibebankan pada periode tersebut sebesar Rp 350.000,- biaya ini tidak memerlukan pengeluaran uang, tetapi telah dikurangkan
terhadap penghasilan di dalam menentukan laba bersih. Oleh karena itu untuk menunjukkan besarnya sumber modal kerja sebelum dikurangi
depresiasi maka dibuat jurnal penyesuaian.
Jurnal pada waktu membebankan depresiasi :
Depresiasi (Rugi-Laba) Rp 350.000,- -
Akumulasi Depresi - Rp 350.000,-
Jurnal penyesuaian yang harus dibuat :
Akumulasi Depresi Rp 350.000,- -
Sumber Modal Kerja Hasil Operasi - Depressiasi - Rp 350.000,-
c. Perusahaan mengadakan penilaian kembali (revaluasi) terhadap Bangunan dan Tanah yang dimiliki, pada waktu mengadakan revaluasi tersebut
jurnal yang dibuat adalah :
Bangunan Rp 250.000,- -
Tanah Rp 75.000,- -
Modal Revaluasi - Rp 325.000,-
Karena pertambahan aktiva tetap ini tidak mempengaruhi modal kerja maka harus dibuat jurnal penyessuaian sebagai berikut :
Modal Revaluasi Rp 325.000,- -
Bangunan - Rp 250.000,-
Tanah - Rp 75.000,-
d. Pada periode ini perusahaan telah mengadakan emisi Saham Biasa dan Saham Prioritas. Hasil penjualan Saham Biasa Rp 1.200.000,- sedang
Saham Prioritas Rp 256.250,- pada saat penjualan tersebut masing-masing dibuat jurnal sebagai berikut :
D1 Kas Rp 1.200.000,- -
Disagio Saham Biasa Rp 50.000,--
Modal Saham Biasa - Rp 1.250.000,-
D2 Kas Rp 256.250,- -
Agio Saham Prioritas - Rp 6.250,-
Modal Saham Prioritas - Rp 250.000,-
Dari kedua jurnal transaksi tersebut dibuatlah jurnal penyesuaian karena adanya satu sumber modal kerja telahditunjukkan dalam dua rekening,
jurnal penyesuaian tersebut adalah :
Modal Saham Biasa Rp 1.250.000,- -
Modal Saham Prioritas Rp 250.000,- -
Agio Saham Prioritas Rp 6.250,- -
Disagio Saham Biasa - Rp 50.000,-
Sumber Modal Kerja – Saham Biasa - Rp 1.200.000,-
Sumber Modal Kerja – Saham Prioritas - Rp 256.250,-
e. Perusahaan telah mengumumkan dan membayar deviden untuk Saham Biasa Rp 200.000,- dan Saham Prioritas Rp 75.000,-. Pada waktu
membayar deviden dijurnal :
Laba Yang Ditahan Rp 275.000,- -
Kas - Rp 275.000,-
Pembayaran deviden ini merupakan penggunaan Modal Kerja, dan untuk menunjukkan adanya penggunaan modal kerja ini dibuat jurnal
penyesuaian sebagai berikut :
Penggunaan Modal Kerja – Deviden Rp 275.000,- -
Laba Yang Ditahan - Rp 275.000,-
f. Dalam neraca yang diperbandingkan nampak bahwa Perabot Kantor telah mengalami pertambahan sebesar Rp 100.000,-, sedangkan
kenyataannya tidak demikian. Perusahaan telah menukarkan perabot kantor, dan dalam pertukaran itu telah dikeluarkan uang Rp 120.000,-. Pada
waktu diadakan pertukaran, jurnal yang dibuat adalah sebagai berikut :
Perabot Kantor (baru) Rp 125.000,- -
Akumulasi Depresiasi Rp 17.500,- -
Rugi dalam Pertukaran Rp 2.500,- -
Perabot Kantor (lama) - Rp 25.000,-
Kas - Rp 120.000,-
Kerugian dalam pertukaran Perabot Kantor tersebut telah dikurangkan terhadap laba yang berasal dari usaha pokok (hasil operasi), seandainya laba
operasi tidak dikurangi dengan kerugian pertukaran perabot kantor Rp 2.500,- maka laba yang diperoleh adalah Rp 903.750,-. Oleh karena itu untuk
menunjukkan jumlah penggunaan modal kerja untuk Perabot Kantor dan sumber modal kerja dari hasil operasi yang sebenarnya atau menurut
kenyataannya maka dibuatlah jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Penggunaan Modal Kerja – Perabot Kantor Rp 120.000,- -
Perabot Kantor (lama) Rp 25.000,- -
Perabot kantor (baru) - Rp 125.000,-
Akumulasi Depresiasi - Rp 17.500,-
Sumber Modal Kerja dari Operasi - -
Rugi pertukaran Perabot Kantor - Rp 2.500,-
g. Penjualan Surat Berharga (Efek) menimbulkan laba sebesar Rp 75.000,- karena Efek yang harga belinya Rp 300.000,- telah dijual Rp 375.000,
Dari transaksi ini aktiva lancar atau modal kerja hanya bertambah Rp 75.000,- (dari Kas bertambah Rp 375.000,- dan Efek berkurang Rp 300.000,
untuk menunjukkan ada sumber modal kerja yang berasal dari laba penjualan Efek maka dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Sumber Modal Kerja - Dari Operasi Rp 75.000,- -
Sumber Modal Kerja – Laba Penjualan Efek - Rp 75.000,-
Sumber modal kerja dari operasi didebit Rp 75.000,- karena pada waktu menghitung laba bersih, jumlah tersebut telah ditambahkan,seandainya jumlah
tersebut tidak ditambahkan maka laba bersih bukannya Rp 901.250,- tetapi hanya Rp 826.250,-. Oleh karena itu untuk menunjukkan hasil operasi
yang sebenarnyaharus dikurangkan lagi.
h. Penghapusan terhadap Goodwill dan Disagio Obligasi merupakan biaya yang tidak memerlukan pengeluaran uang. Oleh karena
biaya ini telah dikurangkan dalam perhitungan laba operasi, maka biaya ini harus ditambahkan lagi pada hasil operasi tersebut
dengan jurnal penyesuaian sebagai berikut :
Goodwill Rp 250.000,- -
Disagio Obligasi Rp 5.000,- -
Sumber Modal Kerja Dari Operasi :
- Penghapusan Goodwill - Rp 250.000,-
- Penghapusan Disagio Obligasi - Rp 5.000,-
Setelah semua informasi tambahan dibuat jurnal penyesuaian ternyata masih ada beberapa rekening masih menunjukkan perubahan. Misalnya rekening
‘’Bangunan” setelah diadakan penyesuaian Rp 250.000,- masih ada sisa perubahan Rp 1.250.000,-. Untuk rekening-rekening yang masih mempunyai
saldo perubahan ini maka dianggap sebagai sumber atau penggunaan modal kerja secara langsung.
Jumlah penyesuaian yang dibuat adalah sebagai berikut :
i. Saldo pertambahan rekening Tanah Rp 450.000,-merupakan penggunaan modal kerja :
Penggunaan Modal Kerja – Pembelian Tanah Rp 450.000,- -
Tanah - Rp 450.000,-
j. Saldo pertambahan rekening Bangunan Rp 1.250.000,- merupakan penggunaan modal kerja :
Penggunaan Modal Kerja – Pembelian Bangunan Rp 1.250.000,- -
Bangunan - Rp 1.250.000,-
k. Pertambahan rekening mesin sebesar Rp 755.000,- merupakan penggunaan modal kerja untuk membeli mesin.
Penggunaan Modal Kerja – Pembelian Mesin Rp 755.000,- -
Mesin-mesin - Rp 755.000,-
l. Rekening Kendaraan bertambah Rp 75.000,- berarti ada penggunaan modal kerja untuk pembelian kendaraan tersebut.
Penggunaan Modal Kerja – Pembelian kendaraan Rp 75.000,- -
Kendaraan - Rp 75.000
m. Hutang Obligasi bertambah Rp 250.000,- berarti ada pengeluaran hutang tersebut dan berarti pula adanya sumber obligasi modal kerja dari
hutang.
Hutang obligasi Rp 250.000 -
Sumber Modal Kerja – Obligasi - Rp 250.000,-
n. Rekening Cadangan Pelunasan Obligasi telah bertambah Rp 150.000,- pertambahan ini bukan merupakan sumber modal
karena pertambahan ini diimbangi dengan penurunan Laba Yang Ditahan. Jurnal yang dibuat pada waktu diputuskan untuk
menambah cadangan adalah :
Laba Yang Ditahan Rp 150.000,- -
Cadangan Pelunasan Obligasi - Rp 150.000,-
Transaksi ini hanya merupakan transfer dari Laba Yang Ditahan ke Cadangan Pelunasan Obligasi, karena tidak mempengaruhi
modal kerja maka dibuat jurnal penyesuaian (reversing entry) :
Cadangan Pelunasan Obligasi Rp 150.000,- -
Laba Yang Ditahan - Rp 150.000,-
Setelah semua jurnal penyesuaian dimasukkan dalam pos atau rekening masing-masing, sumber dan penggunaan
modal kerja terkumpul di bagian bawah work sheet tersebut serta kelompok rekening lancar dipindahkan ke kolom
‘’modal kerja’’, maka langkah berikutnya adalah menyusun Laporan Perubahan Modal Kerja atau Laporan Sumber
dan Penggunaan Modal Kerja yang bersangkutan berdasarkanwork sheet tersebut.
PT SARI INDAH
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Untuk Periode Yang Berakhir 31 Desember 1978
Rp 790.000,- Rp 500.000,-
Modal Kerja naik ‘’ 290.000,-
Rp 790.000,- Rp 790.000,-
Tanah Bangunan
Perub. Neto Rp 525.000,- Perub. Neto Rp 1.500.000,-
c Rp 75.000,- c Rp 250.000,-
j Rp 450.000,- j Rp 1.250.000,-
Mesin Kendaraan
Perub. Neto Rp 755.000,- Perub. Neto Rp 75.000,-
k Rp 755.000,- l Rp 75.000,-
Perabot Kantor Goodwill
Perub. Neto Rp 100.000,- Perub. Neto Rp 250.000,-
f Rp 125.000,- k Rp 25.000,- f Rp 250.000,-
Jadi langkah pertama dalam metode langsung ini adalah memasukkan perubahan neto dari masing-masing pos atau rekening non current ke dalam rekeningnya
masing-masing, langkah kedua adalah menganalisa informasi-informasi tambahan yang diperoleh serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam rekening non
current yang kemudian membuat jurnal yang mula-mula dibuat oleh perusahaan pada waktu transaksi yang sebenarnya terjadi. Langkah berikutnya adalah
mempostingkan atau memasukkan jurnal-jurnal transaksi tersebut ke dalam rekening masing-masing dengan catatan bahwa jurnal-jurnal yang menyangkut aktiva
lancar, dipostingkan ke dalam rekening ‘’Sumber dan Penggunaan Modal Kerja’’ sedangkan yang berhubungan dengan hasil-hasil operasi dipostingkan ke dalam
rekening ‘’Rugi-Laba’’.
Jurnal-jurnal yang dibuat oleh PT SARI INDAH selama tahun 1978 adalah sebagai berikut :
a. Pada akhir tahun 1978 setelah diketahui adanya laba bersih sebesar Rp 901.250,- maka saldo laba ini dipindahkan ke rekening Laba Yang Ditahan
dengan jurnal :
Rugi – Laba Rp 901.250,- -
Laba Yang Ditahan - Rp 901.250,-
b. Pembebanan biaya depresiasi tahun 1978 seberar Rp 350.000,- dibuat jurnal :
Depresiasi (Rugi-Laba) Rp 350.000,- -
Akumulasi Depresiasi - Rp 350.000,-
c. Perusahaan telah mengadakan revaluasi terhadap Tanah dan Bangunan masing-masing Rp 75.000,- dan Rp 250.000,-. Jurnal yang dibuat pada waktu
revaluasi :
Bangunan Rp 250.000,- -
Tanah Rp 75.000,- -
Modal Revaluasi - Rp 325.000,-
d. Emisi Saham Biasa, nilai nominal Rp 1.250.000,- dijual dengan kurs 96 sehingga hasil penjualan saham tersebut hanya Rp 1.200.000,- dan selisihnya
masuk rekening Diskonto (Disagio) Saham Biasa, jurnal penjualan Saham tersebut adalah :
Kas (Sumber dan Penggunaan Modal Kerja) Rp 1.200.000,- -
Diskonto Saham Biasa Rp 50.000,- -
Modal Saham – Biasa - Rp 1.250.000,-
Dalam penjualan Saham Prioritas diperoleh ‘’Agio’’ yaitu kelebihan harga jual di atas nilai nominal saham yang dijual. Total nilai nominal saham
Rp 250.000,- dijual laku 25 x Rp 10.250,- = Rp 256.250,-. Jurnal yang dibuat pada waktu penjualan adalah :
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) Rp 256.250,- -
Agio Saham Prioritas - Rp 6.250,-
Modal Saham Prioritas - Rp 250.000,-
e. Pengumuman dan pembayaran deviden sevesar Rp 275.000,- dibuat jurnal :
Laba Yang Ditahan Rp 275.000,- -
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 275.000,-
f. Perusahaan telah menukarkan Perabot Kantor yang dimiliki dengan yang lebih baru. Harga beli Perabot Kantor yang lama Rp 25.000,-, sudah
disusut Rp 17.500,- ditukarkan dengan Perabot Kantor baru dengan harga Rp 125.000,-. Dalam pertukaran ini Perabot Kantor yang lama dihargai
Rp 5.000,- sisanya dibayar tunai. Jurnal pertukaran Perabot Kantor tersebut adalah :
Perabot Kantor (baru) Rp 125.000,- -
Akumulasi Depresiasi Rp 17.500,- -
Rugi – Laba Rp 2.500,- -
Perabot Kantor (lama) - Rp 25.000,-
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 120.000,-
g. Penjualan Surat Berharga (Efek), harga pokok Rp 300.000,-, harga jual Rp 375.000,- sehingga timbul laba Rp 75.000,-. Jurnal yang dibuat pada
waktu penjualan :
Kas (Sumber Modal Kerja) Rp 375.000,- -
Efek (Penggunaan Modal Kerja) - Rp 300.000,-
Laba Penjualan Efek - Rp 75000,-
Karena Kas dan Efek sama-sama unsur aktiva lancar maka yang diakui sebagai sumbernya modal kerja adalah labanya, maka jurnal yang
dibuat adalah :
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) Rp 75.000,- -
Rugi – Laba - Rp 75.000,-
h. Penghapusan Goodwill Rp 250.000,- dan Disagio Obligasi Rp 5.000,- dibuat jurnal :
Rugi – Laba Rp 255.000,- -
Goodwill - Rp 250.000,-
Diskonto Obligasi - Rp 5.000,-
i. Ada pertambahan Tanah sebesar Rp 450.000,- berarti ada pembelian Tanah (penggunaan modal kerja), jurnal pembelian
adalah :
Tanah Rp 450.000,- -
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 450.000,-
j. Ada pertambahan Bangunan Rp 1.500.000,- tetapi pertambahan tersebut Rp 250.000,- merupakan pertambahan karena adanya revaluasi,
sedang yang Rp 1.250.000,- merupakan hasil pembelian Bangunan tersebut, jurnal yang dibuat pada waktu membeli adalah :
Bangunan Rp 1.250.000,- -
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 1.250.000,-
k. Ada pertambahan Mesin Rp 755.000,- karena adanya pembelian Mesin tersebut, jurnal yang dibuat pada waktu membeli mesin adalah :
Mesin Rp 755.000,- -
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 755.000,-
l. Pertambahan Kendaraan karena adanya pembelian sebesar Rp 75.000,-, jurnal pembeliannya adalah :
Kendaraan Rp 75.000,- -
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) - Rp 75.000,-
m. Hutang Obligasi bertambah Rp 250.000,- (dari Rp 1.250.000,- menjadi Rp 1.500.000,-) ini berarti perusahaan telah mengeluarkan obligasi
untuk menambah modal kerjanya, jurnal pada waktu mengeluarkan obligasi adalah :
Kas (Sumber & Penggunaan Modal Kerja) Rp 250.000,- -
Hutang Obligasi - Rp 250.000,-
n. Perusahaan telah mencadangkan sebagian dari laba yang diperolehnya untuk pelunasan Hutang Obligasi, pada waktu menyisihkan laba ini
dijurnal :
Laba Yang Ditahan Rp 150.000,- -
Cadangan Pelunasan Obligasi - Rp 150.000,-
o. Setelah semua jurnal-jurnal tersebut dipostingkan pada masing-masing rekeningnya, maka jumlah yang diposting pada masing-masing rekening
tersebut harus sama dengan jumlah perubahan neto pada rekening yang bersangkutan. Khusus untuk rekening Rugi Laba harus ditentukan
saldonya, dan saldo ini dipindahkan ke rekening Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dengan jurnal :
Sumber Penggunaan Modal Kerja Rp 1.433.750,- -
Rugi – Laba - Rp 1.433.750,-
Setelah semua rekening jumlah pendebitan dan pengkreditannya mempunyai saldo yang sama dengan perubahan netonya, serta saldo Rugi – Laba
sudah dipindahkan ke rekening Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dan saldo rekening Sumber dan Penggunaan Modal Kerja telah sama dengan
jumlah perubahan modal kerja secara total, maka langkah terakhir adalah menyusun Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja berdasarkan
rekening Sumber dan Penggunaan Modal Kerja.
ANALISA SUMBER DAN PENGGUNAAN KAS
Sumber penerimaan kas dalam suatu perusahaan pada dasarnya dapat berasal :
1. Hasil penjualan investasi jangka panjang, aktiva tetap baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, atau
adanya penurunan aktiva tidak lancer yang diimbangi dengan penambahan kas.
2. Penjualan atau adanya emisi saham maupun adanya penambahan modal oleh pemilik perusahaan dalam bentuk
kas.
3. Pengeluaran surat tanda bukti hutang baik jangka pendek maupun hutang jangka panjang serta bertambahnya
hutang yang diimbangi dengan penerimaan kas.
4. Adanya penurunan aktiva lancar selain kas yang diimbangi dengan adanya penerimaan kas, adanya penurunan
surat berharga karena adanya penjualan dan sebagainya.
5. Adanya penerimaan kas karena sewa, bunga atau deviden dari investasinya, sumbangan atau hadiah maupun
adanya pengembalian kelebihan pembayaran pajak pada periode-periode sebelumnya.
Sedangkan penggunaan atau pengeluaran kas dapat disebabkan adanya transaksi-transaksi sebagai berikut :
1. Pembelian saham atau obligasi sebagai investasi jangka pendek maupun jangka panjang serta adanya
pembelian aktiva tetap lainnya.
2. Penarikan kembali saham yang beredar maupun adanya pengambilan kas perusahaan oleh pemilik perusahaan.
3. Pembayaran angsuran hutang jangka pendek maupun jangka Panjang.
4. Pembelian barang dagangan secara tunai, adanya pembayaran biaya operasi yang meliputi upah dan gaji,
pembelian supplies kantor, pembayaran sewa, bunga, premi asuransi, advertensi dan adanya persekot-persekot
biaya maupun persekot pembelian.
5. Pengeluaran kas untuk pembayaran deviden, pembayaran pajak, denda-denda dan lain sebagainya.
Aliran kas masuk dan aliran kas ke luar akan terjadi secara terus menerus dalam perusahaan atau akan
berlangsung terus selama hidupnya perusahaan. Sumber penerimaan kas yang berasal dari penjualan barang
dagangan maupun jasa bila dipertemukan dengan biaya operasi maka secara neto akan diperoleh sumber kas yang
berasal dari operasi, tetapi pada umumnya perusahaan Menyusun laporan rugi-laba dengan menggunakan dasar
waktu, oleh karena itu laba bersih yang dilaporkan dalam laporan rugi-laba harus disesuaikan sehingga menjadi hasil
operasi berdasarkan tunai.
Penyusunan Laporan Perubahan Kas
Penyusunan laporan perubahan kas dapat dilakukan dengan meringkas jurnal penerimaan kas dan jurnal
pengeluaran kas. Cara ini memakan waktu yang lama karena harus menggolong-golongkan setiap transaksi kas
menurut sumbernya serta tujuan penggunaannya, dan cara ini hanya dapat dilakukan oleh internal analis yang
memungkinkan memperoleh datanya dengan lengkap. Dalam menganalisa perubahan yang terjadi harus diperhatikan
kemungkinan adanya perubahan atau transaksi yang tidak mempengaruhi kas.
31 Desember
1977 1978
AktIva
Kas Rp 5.580,- Rp 8.400,-
Pihutang Rp 15.700,- Rp 20.100,-
Cadangan kerugian pihutang Rp (470,-) Rp (490,-)
Persediaan Rp 22.000,- Rp 24.000,-
Persekot biaya Rp 250,- Rp 250,-
Pihutang sewa Rp 200,- Rp 400,-
Total aktiva lancer Rp 43.260,- Rp 52.660,-
Bangunan, Tanah Rp 53.000,- Rp 53.000,-
Akumulasi Depresiasi Bangunan Rp (900,-) Rp (4.610,-)
Total aktiva Rp 95.360,- Rp 101.050,-
PasIva
Hutang dagang Rp 11.200,- Rp 10.130,-
Hutang gaji Rp 150,- Rp 200,-
Hutang lancer Rp 11.350,- Rp 10.330,-
Modal saham Rp 75.000,- Rp 75.000,-
Laba yang ditahan Rp 9.010,- Rp 15.720,-
Total pasiva Rp 95.360,- Rp101.050,-
Berdasarkan data keuangan dari PT Panggung Sari diatas dapat disusun worksheet penyusunan laporan perubahan kas
sebagai berikut : PT. PANGGUNG SARI
Worksheet – Cash Flow Statement
Untuk akhir tahun 1978
Pos neraca dan Rugi – Laba Perubahan 1978 (Rp) Penyesuaian (Rp) Kenaikan Penurunan
Kas (Rp) (Rp)
Debit Kredit Debit Kredit
Kas 2.820 - - - - -
Pihutang 4.400 - 440 4.840 - -
Persediaan 2.000 - - 2.000 - -
Pihutang sewa 200 - - 200 - -
Hutang 1.070 - - 1.070 - -
Hutang gaji - 50 50 - - -
Akumulasi kerugian pihutang - 20 460 440 - -
Akumulasi depresiasi - 3.710 3.710 - - -
Deviden yang dibayar 4.500 - - - - 4.500
Penjualan - 72.220 4.840 - 67.380 -
Advertensi 1.200 - - - - 1.200
Ongkos angkut 1.000 - - - - 1.000
Penyusutan 700 - - 700 - -
Biaya penjualan lain-lain 1.340 - - - - 1.340
Depresiasi 3.010 - - 3.010 - -
Ongkos kantor 700 - - - - 700
Biaya umum yang lain 800 - - - - 800
Kerugian pihutang 460 - - 460 - -
Biaya gaji 3.800 - - 50 - 3.750
Pendapatan sewa - 3.000 200 - 2.800 -
Persediaan 22.000 24.000 2.000 - - -
Pembelian 53.000 - 1.070 - - 54.070
103.000 103.000 12.770 12.770 70.180 67.360
Kenaikan dalam kas - 2.820
70.180 70.180
PT. PANGGUNG SARI
Laporan Perubahan Uang Kas
Untuk tahun 1978
Tujuan utama dari penyesuaian adalah untuk menunjukkan penggunaan uang kas untuk pembayaran deviden dan
untuk menghilangkan akibat dari non cash transaction, di samping itu juga menunjukkan jumlah uang yang diterima dari
penjualan dan sumber-sumber penerimaan lain serta jumlah uang yang dikeluarkan dalam hubungannya dengan harga
pokok barang yang dijual, biaya operasi, pajak dan biaya-biaya lainnya.
Penyesuaian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penghapusan pihutang yang tak dapat ditagih sebesar Rp 440,-; pada waktu menghapus pihutang tersebut di debet
rekening akumulasi kerugian pihutang dan kreditnya, pihutang. Transaksi ini tidak mempengaruhi uang kas, maka
harus dikembalikan untuk menunjukkan bahwa berkurangnya pihutang bukan merupakan sumber uang kas dan
untuk menghilangkan pendebetan akumulasi kerugian pihutang yang tidak mempunyai akibat pada uang kas.
2. Akumulasi penghapusan pihutang setelah di debet Rp 440,- masih ada kenaikan Rp 20,- berate pada tahun
tersebut ditaksir dari saldo pihutang yang ada akan tidak dapat ditagih sebesar Rp 460,-.
3. Biaya penyusutan Rp 3.710,- jurnal yang dibuat untuk mengakui biaya tersebut adalah debet penyusutan dan
kreditnya akumulasi penyusutan karena biaya ini timbulnya tanpa ada pengeluaran uang, maka jurnal tersebut perlu
dibalik.
4. Pembayaran deviden Rp 4.500,- adalah langsung mengurangi uang kas, maka tidak perlu di penyesuaian dan
langsung dimasukkan dalam kolom penggunaan uang kas.
5. Kenaikan pihutang sewa Rp 200,- harus ditransfer ke rekening penghasilan sewa sebelah debet untuk
menunjukkan bahwa penghasilan sewa Rp 3.000,- yang Rp 200,- belum diterima per Kas.
6. Kenaikan hutang gaji Rp 50,- harus ditransfer ke rekening biaya gaji sebelah kredit untuk menunjukkan bahwa
biaya gaji sebesar Rp 50,- belum dibayar, sehingga biaya gaji Nampak dalam penyesuaian yang dibuat semula
debet biaya gaji kredit hutang gaji Rp 50,- harus dibalik untuk menunjukkan biaya yang betul-betul telah dibayar per
kas.
7. Transfer kenaikan pihutang Rp 4.840,- ke rekening penjualan sebelah debet, adalah untuk menunjukkan bahwa
jumlah ini merupakan penjualan periode sekarang yang belum diterima uangnya. Dengan kata lain pengurangan
terhadap penjualan sebesar kenaikan pihutang untuk menunjukkan jumlah uang kas yang diterima dari penjualan
periode tersebut.
8. Uang kas yang digunakan untuk memperoleh barang dagangan akan Nampak dalam rekening pembelian, sehingga
perubahan dalam persediaan barang dagangan harus dihapuskan. Penyesuaiannya adalah mentransfer kenaikan
persediaan dalam neraca untuk menghapus kenaikan persediaan dalam laporan rugi laba.
9. Transfer penurunan saldo hutang Rp 1.070,- ke rekening pembelian sebelah debet adalah untuk menunjukkan
bahwa jumlah hutang yang terjadi pada periode sebelumnya beserta pembelian periode sekarang telah dibayar
dalam periode ini.
Jadi penggunaan uang kas selama satu periode untuk pembelian barang dagangan mungkin melebihi atau lebih kecil
dari jumlah pembelian yang Nampak dalam income statement. Secara singkat penggunaan uang kas untuk pembelian
barang-barang dagangan dapat dihitung dengan menambahkan penurunan saldo hutang terhadap pembelian atau
mengurangi pembelian tersebut dengan jumlah kenaikan saldo hutang.
Dari laporan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa kas yang diperoleh dari operasi secara neto adalah Rp 9.558.400,- (Rp
8.294.900,- + Rp 28.000,- + Rp 127.800,-) = Rp 1.107.700,- dari jumlah ini digunakan untuk membayar deviden sebesar Rp 633.500,-
sehingga tinggal Rp 474.200,-. Di samping itu perusahaan telah mengeluarkan modal saham Rp 600.000,- dan dari hasil penjualan
saham serta sisa hasil usaha telah digunakan untuk membeli Gedung, alat-alat kantor dan digunakan untuk membayar hutang obligasi.
Ditinjau dari prinsip pembelanjaan management telah mengambil kebijaksanaan yang tepat yaitu aktiva jangka Panjang telah
dibiayai dari sumber jangka Panjang pula. Di samping itu dengan berkurangnya hutang obligasi berarti beban bunga pada periode-
periode yang akan dating akan lebih ringan, sehingga kalua para calon kreditor menambah pinjamannya pada perusahaan yang
bersangkutan masih aman karena perusahaan masih akan mempunyai kemampuan untuk membayar bunjga maupun pokok
pinjamannya.
THANKS