The law can best be understood and practiced when one comes to see that its language is not conceptual or theoretical—not reducible to a string of definitions—but what I call literary or poetic, by which I mean . . . that it is complex, many-voiced, associative, and deeply metaphorical in nature.
—James Boyd White, Heracles’ Bow
PENDAHULUAN • Pendekatan hukum melalui Antropologi merupakan suatu pendekatan yang tidak terlalu dominan dalam ilmu hukum. • Antropologi hukum hendak mengerti kemudian dapat menjelaskan fenomena hukum yang kongkret. • Tujuan sejati Antropologi adalah pemahaman ilmiah tingkah laku sosial dan kultural manusia serta pemahaman secara sitematik. • Dalam perkembangan sejarahnya Antropologi Hukum di Indonesia tidak dapat dilepaskan dari kolonialisme Hindia Belanda dan mulai kajiannya meredup seiring kemerdekaan Indonesia. SEJARAH PERKEMBANGAN 1. Pra-Kolonialisme • Kajian secara Ilmiah belum dilakukan spt sekarang ini. • Hukum yang ada lebih banyak tidak tertulis. • Hukum lebih banyak berupa keputusan dari Raja/penguasa setempat • Hukum dapat diketemukan dalam karya pujangga yang puitis atas kehidupan sosial yang terjadi pada masa itu. • Artefak-artefak dan benda-benda arkeologis lainnya sangat berguna tidak hanya bagi arkeologi namun juga untuk antropologi. 2. Masa Kolonialisme • Studi antropologi tidak dapat dilepaskan dari pengaruh Pemerintah Hindia Belanda. • Masa keemasan Antropologi hukum. • Di abad 19 orang eropa cenderung menyeragamkan artikulasi hukum • Van Vollenhofen mengindetifikasikan hukum pribumi yang disebut Hukum Adat. • John Ball menghasilkan karya Indonesian Legal History: British West Sumatra 1685-1628 3. Masa Kemerdekaan • Di era orde lama, Studi Antropologi hukum belum ada perkembangan signifikan. • Studi-studi antropologi yang ada masih melanjutkan masa kolonial. • Di era Orde lama kajian Studi Antropologi digunakan sebagai penunjang Pembangunan. Muncul yang dinamakan Antropologi terapan. • Teori yang menjadi landasan pembangunan adalah teori modernisasi dan dependency theory. • Antropologi hanya dijadikan dasar legitimasi saja. • Bahkan pluralisme hukum yang ada ingin diseragamkan dibawah kekuasaan orde baru yang Jawa Sentris. 4. Masa Posmodern/pos Industry/Post Cold War • Pengaruh posmodernisme atas kebudayaan terlihat dengan adanya pengakuan akan keberagaman dan perbedaan. • Masa ini adalah tantangan bagi antropologi yang selama ini berkutat dengan masalah pembangunan dan modernisasi. • Multikulturalisme dan keberagaman menjadi titik sentral kajian antropologi hukum. • Pluralisme hukum menjadi peluang dalam menggantikan pandangan yanh singular atas hukum. PREMIS DALAM ANTROPOLOGI HUKUM 1. Hukum suatu rakyat atau sistem hukum suatu masyarakat harus diselidiki dalam konteks sistem-sistem politik, ekonomi dan agamanya dan juga dalam kerangka struktur sosial dari hubungan-hubungan antar orang dan kelompok. 2. Hukum paling baik dipelajari melalui Analisa terhadap prosedur- prosedur yang berhubungan dengan penyelesaian sengketa atau manajemen konflik. 3. Pada gilirannya, prosedur-prosedur akan mejadi penting manakala penelitian dipusatkan pada sengketa sebagai unit deskripsi, Analisa dan perbandingan. 4. Agar dapat dibuat suatu laporan yang sah mengenai hukum suatu rakyat, dua tugas yang terpisah tetapi berhubungan perlu digarap. Yang satu, memastikan kategori kognitif, yang lain, penerjemahan kategori ke sarana komunikasi yang kita pakai. Scope Persoalan Antropologi hukum 1. Bagaimana tipe-tipe badan yang menjalankan pengadilan (adjudication) dan perantaraan (mediation) dalam masyarakat? 2. Apakah yang menjadi landasan kekuasaan dari badan-badan itu untuk menjalankan peranannya sebagai penyelesaian sengketa? 3. Dalam keadaan tertentu, macam-macam sengketa yang bagaimanakah yang menghendaki penyelesaian melalui pengadilan dan yang manakah menghendaki perundingan? 4. Fungsi-fungsi serta efek-efek ekosistemik yang manakah yang bekerja atas suatu proses hukum? 5. Prosedur-prosedur manakah yang dipakai untuk masing-masing jenis sengketa pada kondisi tertentu? 6. Bagaimanakah keputusan itu dijalankan? 7. Bagaimanakah hukum berubah? Tantangan Antropologi Hukum • Sejak tahun 1990 para antropolog hukum harus berhadapan dengan kajian hukum dan Hak asasi manusia dimana hukum menjadi titik sentral dalam tema-tema seperti kewarganegaraan, Gerakan masyarakat adat, bio teknologi. Dsb. • Hal ini membuat ruang lingkup antropologi hukum yang bersinggungan dengan politik dan juga teknologi. • Scope Antropologi hukum bertambah hingga memunculkan pertanyaan apakah ada relasi antara konflik sosial dan ketimpangan ekonomi? Apakah hukum dapat mengkonstruksikan suatu identitas? Dsb. REFERENSI • Mark Goodale. 2017. Anthropology and Law: A Critical Introduction. New York University Press: New York • Rini Fidiyani. 2010. Masa Depan Antropologi Hukum, Jurnal hukum Pro Justitia, April 2010,volume 28 no. 1 • Satjipto Rahardjo, 1986. Ilmu Hukum, Alumni: Bandung