TERAPI SOMATIK
KELAS : D
MITHA KAKIAY
GANEZIA TUPAMAHU
YUNITHA TUHALAURUW
DESSY SIWABESSY
DEFINISI
Terapi Somatik adalah terapi yang diberikan kepada klien
dengan gangguan jiwa untuk mengubah perilaku yang
maladaptive menjadi perilaku yang adaptif dengan
melakukan tindakan yang ditunjukkan pada fisik klien
ANALISIS JURNAL
Judul :
lingkungannya membuat tenaga kesehatan atau orang-orang di sekeliling pasien memberikan penanganan khusus untuk mengatasi perilaku
tersebut. Penanganan yang sering dilakukan dilakukan di rumah sakit jiwa adalah terapi somatis isolasi Pasien dengan gangguan jiwa
merupakan seseorang yang berisiko tinggi untuk melakukan tindakan kekerasan baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungannya.
Perilaku kekerasan yang dilakukan pasien antara lain dalam bentuk kata-kata kasar sebanyak 60%, melakukan tindakan kekerasan terhadap
objek sebanyak 29% dan melakukan kekerasan terhadap diri sendiri sebanyak 19% (Keliat, 2014). Menurut Howes (2013) isolasi adalah cara
yang digunakan oleh psikiater terutama untuk mengelola perilaku agresif yang disebabkan oleh gangguan mental. Terapi somatis isolasi
dirancang untuk memberikan lingkungan yang aman bagi pasien. Isolasi menunjukkan kondisi atau keadaan yang dipisahkan dari masyarakat
serta berada dalam keadaan terasingkan, sendirian di ruangan yang terkunci dan tidak bisa keluar dengan bebas. Terapi somatis isolasi paling
sering digunakan dalam fase akut pengobatan kejiwaan terkait penggunaan obat dan skizofrenia. Terapi somatis adalah terapi yang diberikan
pada pasien dengan tujuan mengubah perilaku maladaptif ke perilaku adaptif dengan melakukan tindakan dalam bentuk perlakuan fisik
Tujuan dari pemberian terapi somatis isolasi adalah untuk memberikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien. Kondisi ini mampu
menstimulasi neurotransmiter yang merangsang rasa nyaman, mengurangi rasa tertekan dan ketegangan pada pasien sehingga bisa
• Pada penelitian ini hasil yang di dapat pengaruh terapi somatis isolasi terhadap perubahan perilaku kekerasan adalah
terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian terapi somatis isolasi terhadap perubahan perilaku kekerasan
pada pasien skizofrenia.
• Memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari permasalahan mengapa
dibuatnya sampai menjelaskandan mendeskripsikan step by step .
Kekurangan :
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan dalam penerapan terapi somatis, sehingga perlu disusun standar operasional
prosedur (SOP) terapi somatis isolasi sesuai teori terbaru dan dapat digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
tindakan tersebut.
kesimpulan :
Hasil analisis data pengaruh terapi somatis isolasi terhadap perubahan perilaku kekerasan adalah terdapat pengaruh yang
signifikan antara pemberian terapi somatis isolasi terhadap perubahan perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Dalam
pemberian terapi somatis isolasi, perawat dapat mempertimbangkan diagnosa medis pasien, status pasien baru atau dengan
kasus rejatan, serta karakteristik lain seperti umur, jenis kelamin, pendidikan serta status perkawinan sehingga pelaksanaan
observasi terhadap klien dapat berjalan secara optimal. namun juga terdapat keterbatasan dalam penerapan terapi stomatis,
sehingga diperlu standar operasional prosedur (SOP ) terapi somatis isolasi sesuai teori terbaru dan dapat digunakan
sebagai pedoman dalam pelaksanaan tindakan tersebut. Untuk pengembangan asuhan keperawatan jiwa yang komprehensif
maka dipandang perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh terapi somatis isolasi terhadap perubahan
perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia baik dari segi jumlah sampel, karakteristik responden serta kriteria inklusi dan
eksklusi yang membuat sampel menjadi lebih homogen.
Referensi :
https://www.researchgate.net/publication/338707479_Pengaruh_Terapi_Somatis_Isolasi_Terhadap_Perubahan_Perilaku_K
ekerasan_Pada_Pasien_Skizofrenia
Judul : Terapi latihan meningkatkan kesehatan mental dan fisik pada skizofrenia: uji
coba terkontrol secara acak
Penulis :
1. Scheewe TW
2. Backx FJG
3. Takken T
4. Jo¨rg
5. van Strater ACP
6. Kroes AG
7. Kahn RS
8. Cahn W
ABSTRAK
Terapi latihan meningkatkan kesehatan mental dan fisik pada skizofrenia: uji coba terkontrol secara acak. Tujuan: Tujuan dari uji
klinis acak multisenter ini adalah untuk menguji pengaruh latihan versus terapi okupasi terhadap kesehatan mental dan fisik pada
pasien skizofrenia.
Metode : Enam puluh tiga pasien dengan skizofrenia secara acak diberikan latihan terstruktur selama 2 jam (n = 31) atau terapi
okupasi (n = 32) setiap minggu selama 6 bulan. Gejala (Positif dan Negatif Skala Syndrome) dan tingkat kebugaran kardiovaskular
(Wpuncak dan VO2peak), sebagaimana dinilai dengan tes latihan cardiopulmonary, adalah ukuran hasil utama. Ukuran hasil sekunder
adalah Montgomery dan A˚ sberg Depresi Rating Scale, Camberwell Penilaian Kebutuhan, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh,
dan sindrom metabolik (Mets).
Hasil : Analisis niat untuk mengobati menunjukkan terapi olahraga memiliki efek tingkat tren pada gejala depresi (P = 0,07) dan efek
signifikan terhadap kebugaran kardiovaskular, diukur dengan W puncak (P < 0,01), dibandingkan dengan terapi okupasi. Analisis per
protokol menunjukkan bahwa terapi olahraga mengurangi gejala skizofrenia (P = 0,001), depresi (P = 0,012), kebutuhan perawatan (P
= 0,050), dan peningkatan kebugaran kardiovaskular (P < 0,001) dibandingkan dengan terapi okupasi. Tidak ada efek untuk MetS
(faktor) yang ditemukan kecuali penurunan tren trigliserida (P = 0,08).
Kesimpulan : Terapi olah raga, bila dilakukan sekali sampai dua kali seminggu, meningkatkan kesehatan mental dan kebugaran
kardiovaskuler dan mengurangi kebutuhan perawatan pada pasien skizofrenia.
Metode penelitian :
Penelitian multisenter ini mencakup 63 pasien dari University Medical Center
Utrecht, The Nether land (n = 26) dan tiga lembaga perawatan kesehatan mental
regional (Altrecht; GGZ Duin- en Bollenst reek; GGZ Friesland) (n = 37). Peserta
didaftarkan dalam penelitian antara Mei 2007 dan Mei 2010. Enam puluh tiga
pasien dengan skizofrenia secara acak diberikan latihan terstruktur selama 2 jam (n
= 31) atau terapi okupasi (n = 32) setiap minggu selama 6 bulan. Gejala (Positif dan
Negatif Skala Syndrome) dan tingkat kebugaran kardiovaskular (Wpuncak dan VO2peak),
sebagaimana dinilai dengan tes latihan cardiopulmonary, adalah ukuran hasil utama.
Ukuran hasil sekunder adalah Montgomery dan A˚ sberg Depresi Rating Scale,
Camberwell Penilaian Kebutuhan, indeks massa tubuh, persentase lemak tubuh, dan
sindrom metabolik (Mets)
Hasil dan pembahasan :
Hasil yang di dapat di dalam penelitian ini yaitu Analisis niat untuk mengobati menunjukkan terapi olahraga memiliki efek tingkat tren pada
gejala depresi (P = 0,07) dan efek signifikan terhadap kebugaran kardiovaskular, diukur dengan W puncak (P < 0,01), dibandingkan dengan terapi
okupasi. Analisis per protokol menunjukkan bahwa terapi olahraga mengurangi gejala skizofrenia (P = 0,001), depresi (P = 0,012), kebutuhan
perawatan (P = 0,050), dan peningkatan kebugaran kardiovaskular (P < 0,001) dibandingkan dengan terapi okupasi. Tidak ada efek untuk MetS
(faktor) yang ditemukan kecuali penurunan tren trigliserida (P = 0,08).
a. Terapi olahraga, bila dilakukan sekali sampai dua kali seminggu selama 1 jam, mengurangi gejala skizofrenia dan depresi pada pasien
skizofrenia dibandingkan dengan terapi okupasi.
b. Terapi olahraga meningkatkan kebugaran kardiovaskular pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan terapi okupasi.
Keterbatasan
c. Mengingat efek terbatas dalam analisis niat-untuk-mengobati, ketidakpatuhan pengobatan pada skizofrenia merupakan faktor penting
yang dapat mengancam penerapan terapi olahraga dalam praktik sehari-hari.
d. Karena drop-out dan ketidakpatuhan, analisis per protokol dilakukan hanya pada 39 subjek.
e. Karena frekuensi latihan, intensitas dan durasi sesi yang terbatas, selain tren peningkatan trigliserida, sindrom metabolik tidak membaik
secara signifikan.
Kelebihan :
Pada penelitian ini hasil yang di dapat
a. Judul : pada penelitian penulis memaparkan judul secara rinci dan sesuai dengan tujuan ingin dilakukan
b. Tujuan penelitian : penulis memaparkan penelitian secara jelas sesuai dengan tindakan yang ingin dilakukan
seperti penulis ingin meneliti “menguji pengaruh latihan versus terapi okupasi terhadap kesehatan mental dan fisik
pada pasien skizofrenia”
c. Hasil dan pembahasan : penulis memaparkan hasil secara rinci dengan memaparkan penelitian hasil dari hasil
peserta, hasil sekunder kesehatan mental, dan hasil sekunder kesehatan fisik secara jelas di dalam penelitian tersebut
Adapun juga hasil dari pembahasan hasil yaitu :
• Terapi olahraga, bila dilakukan sekali sampai dua kali seminggu selama 1 jam, mengurangi gejala skizofrenia dan
depresi pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan terapi okupasi.
• Terapi olahraga meningkatkan kebugaran kardiovaskular pada pasien skizofrenia dibandingkan dengan terapi
okupasi.
Kekurangan :
Pada penelitian ini terdapat keterbatasan yang di paparkan dalam hasil penelitian yaitu
a. Mengingat efek terbatas dalam analisis niat-untuk-mengobati, ketidakpatuhan pengobatan pada
skizofrenia merupakan faktor penting yang dapat mengancam penerapan terapi olahraga dalam praktik
sehari-hari.
b. Karena drop-out dan ketidakpatuhan, analisis per protokol dilakukan hanya pada 39 subjek.
c. Karena frekuensi latihan, intensitas dan durasi sesi yang terbatas, selain tren peningkatan trigliserida,
sindrom metabolik tidak membaik secara signifikan.
d. Pada metode penelitian masih terdapat kekurangan di dalam penelitian jurnal karena penulis hanya
memaparkan berapa sampel yang dipakai di dalam penelitian tetapi tidak di paparkan menggunakan
metode apa untuk melakukan penelitiann terhadap sampel maupun populasi yang ingin dijadikan
sebagai uji di dalam penelitian.
Kesimpulan :
Hasil data yang didapat di dalam penelitian jurnal ini bahwa Terapi olah raga, bila
dilakukan sekali sampai dua kali seminggu, meningkatkan kesehatan mental dan
kebugaran kardiovaskuler dan mengurangi kebutuhan perawatan pada pasien
skizofrenia.
Referensi :
https://www.timtakken.nl/wp-content/uploads/2015/09/131.pdf