Anda di halaman 1dari 22

ANEMIA

PADA
KEHAMILAN
PENDAHULU
AN Anemia - kadar hemoglobin (Hb) ≤ 11 g/ DL

Anemia pada ibu hamil berdampak buruk bagi ibu maupun


janin.
-proses persalinan yang membutuhkan waktu lama
-perdarahan serta syok akibat kontraksi
-janin lahir premature
-bayi lahir berat badan rendah
-kecacatan bahkan kematian bayi

Data dari World Health Organization (WHO) 2010, secara


global prevalensi anemia pada ibu hamil di seluruh dunia
adalah sebesar 41,8%

Anemia = faktor langsung


DEFINISI

Anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah


merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah
Hemoglobin (Hb) tidak mencukupi untuk kebutuhan
fisiologis tubuh menurut umur dan jenis kelamin.

Anemia gizi besi adalah anemia yang timbul karena


kekurangan zat besi sehingga pembentukan sel-sel darah
merah dan fungsi lain dalam tubuh terganggu.
ANEMIA FISIOLOGIS
KEHAMILAN
• Berfungsi untuk meningkatkan perfusi plasenta, mengurangi viskositas darah ibu,
memfasilitasi pengiriman oksigen dan nutrisi ke janin dengan memperluas massa
eritrosit
• Konsentrasi Hb, Hct, dan jumlah eritrosit derajat yang lebih
rendah - indikator anemia (massa eritrosit per unit berat badan).
• Kriteria anemia fisiologis kehamilan = peningkatan 15% - 25% pada massa
eritrosit terjadi pada kehamilan tetapi tertutupi oleh efek pengenceran dari
peningkatan volume plasma.
• Hal ini didorong oleh peningkatan konsentrasi eritropoietin serum selama
trimester II & III awal dan berpotensi dibatasi oleh ketersediaan zat besi.
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA
KEHAMILAN
• Penyebab
defisiensi mikronutrien zat besi, folat, vitamin A, B12 dan anemia karena infeksi parasit
seperti malaria dan cacing tambang atau infeksi kronis seperti TB dan HIV
• Efek kesehatan
kelelahan, fungsi atau aktivitas kerja yang buruk, gangguan fungsi kekebalan,
peningkatan risiko penyakit jantung, dan kematian.
• Efek kehamilan
risiko kelahiran premature, bayi dengan berat lahir rendah, risiko kematian intrauterine
(IUFD), skor APGAR rendah pada 5 menit, dan pembatasan pertumbuhan intrauterine
(IUGR) yang merupakan risiko stunting pada anak-anak kurang dari dua tahun.
ANEMIA DEFISIENSI BESI PADA
KEHAMILAN

Kebutuhan zat besi fisiologis dalam wanita hamil secara kasar setara
dengan 1000– 1200 mg untuk berat rata-rata 55 kg. Jumlah ini
mencakup hampir 350 mg terkait dengan pertumbuhan janin dan
plasenta, sekitar 500 mg terkait dengan peningkatan massa sel darah
merah, dan sekitar 250 mg terkait dengan kehilangan darah saat
persalinan.
PENYEBAB ANEMIA
DEFISIENSI BESI PADA IBU
HAMIL
● Diet rendah besi
● masalah gastrointestinal yang mempengaruhi absorpsi
● interval antar kehamilan yang pendek.
● Penyebab lain: penyakit yang disebabkan parasit,
● Defisiensi mikronutrien, dan
● Hemoglobinopati yang diturunkan secara genetik
● Sekitar 75% anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi
yang memperlihatkan gambaran eritrosit mikrositik hipokromik pada
apusan darah tepi.
PENYEBAB ANEMIA
DEFISIENSI BESI PADA IBU
HAMIL
Dalam kehamilan terjadinya perubahan-perubahan dalam darah :

Penambahan volume plasma yang relatif lebih besar daripada


penambahan massa hemoglobin dan volume sel darah merah.

Namun bertambahnya sel-sel darah adalah kurang jika dibandingkan


dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran darah
PATOFISIOLOGI
1. Besi adalah komponen penting 2. Janin yang sedang berkembang sepenuhnya
dalam proses metabolisme yang bergantung pada ibunya untuk kebutuhan nutrisinya
terlibat dalam oksigenasi jaringan
3. Semua zat besi yang dikirimkan ke bayi
berasal dari simpanan zat besi ibu,
penyerapan zat besi dari makanan ibu, atau
5. Pengenceran darah (hemodilusi) mungkin pergantian eritrosit ibu
pada ibu hamil sering terjadi dengan
peningkatan volume plasma 30%-
40%, peningkatan sel darah 18%-
30% dan hemoglobin 19% 4. Hipervolemia  peningkatan tidak
seimbang  konsentrasi hemoglobin
berkurang dari 12 g/100 ml
Hemodilusi terjadi sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai
puncaknya pada kehamilan 32-36 minggu
1. Gambaran khas anemia defisiensi
besi: pucat, kelelahan, apatis,
pingsan, dan sesak napas
2. Sakit kepala, palpitasi, rambut rontok,
dan tinitus

4. Selama kehamilan, anemia


3. Anemia defisiensi besi kronis
defisiensi besi  persalinan
menurunkan toleransi kerja,
prematur, retardasi pertumbuhan
produktivitas, dan kualitas hidup
intrauterin, BBLR, asfiksia lahir, dan
anemia neonatal
KLASIFIKASI ANEMIA DEFISIENSI BESI
DALAM KEHAMILAN
Tingkat Hgb (g / dl) di bawah 11 g / dl pada trimester pertama
10,5 g / dl pada trimester kedua
11 g / dl pada trimester ketiga

Menurut WHO,
selama kehamilan:
Anemia ringan (kadar Anemia sedang (kadar Anemia berat (kadar Hb
Hb 9 - 10,9 g / dL) Hb 7 - 8,9) g / dL) kurang dari 7g / dL)
Didapatkan/acquired
• Anemia defisiensi (misalnya, zat besi, vitamin B12, folat)
• Anemia hemoragik
• Anemia penyakit kronis
• Anemia hemolitik didapat
• Anemia aplastik
Diwarisi/inherited
• Thalassemia
• Anemia sel sabit
• Hemoglobinopati (selain anemia sel sabit)
• Anemia hemolitik bawaan
Anemia Diklasifikasikan berdasarkan Rata-rata
Volume Corpuscular (MCV):

• Mikrositik (MCV Kurang dari 80 fL)


• Normositik (MCV 80–100 fL)
• Makrositik (MCV Lebih Besar dari 100 fL)
FAKTOR RESIKO PADA IBU
HAMIL
• Kehamilan usia muda,
Wanita berusia >30 tahun memiliki risiko defisiensi besi 2 kali lipat lebih tinggi dan wanita <20
tahun memiliki risiko defisiensi besi hampir 13 kali lipat lebih tinggi
• Paritas tinggi,
• Kehamilan multipel
• Interval antar kehamilan pendek
• Simpanan zat besi yang rendah
• Konsentrasi serum feritin yang rendah (SF <30 mg / L)
• Diet rendah besi
• Kehilangan banyak darah
Pengaruh anemia defisiensi besi terhadap
kehamilan, persalinan, dan nifas

Anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi


ibu, baik dalam kehamilan, persalinan, maupun nifas dan masa
selanjutnya
1. keguguran (abortus),
2. persalinan preterm,
3. persalinan lama akibat kelelahan otot rahim
berkontraksi (inersia uteri),
4. perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya
kontraksi otot rahim (atonia uteri),
5. syok
Bahaya anemia pada ibu hamil saat persalinan
• gangguan his primer, sekunder,
• kala I dapat berlangsung lama dan terjadi partus terlantar,
• kala II berlangsung lama,
• kala III diikuti retensio plasenta, dan perdarahan post partum akibat
atonia uteri,
• kala IV dapat terjadi perdarahan post partum sekunder dan atonia
uteri
Pada kala nifas terjadi:
• perdarahan post partum, memudahkan infeksi puerperium,
pengeluaran ASI berkurang, dekompensasi kordis mendadak
setelah persalinan, anemia kala nifas, infeksi mammae
DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi pada kehamilan


diperlukan metode pemeriksaan yang akurat dan kriteria diagnosis yang tegas.

Pasien biasanya mengeluhkan pucat, lemah, sakit kepala, palpitasi, sering


pusing, sesak dan iritabilitas. Anemia defisiensi besi juga dapat mengganggu
pengaturan suhu tubuh, sehingga wanita hamil mudah merasa kedinginan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Hemoglobin
2. Penentuan indeks eritrosit
3. Pemeriksaan hapusan darah perifer
4. Serum iron (SI)
5. Serum transferin (Tf)
6. Transferin saturation (TS)
7. Pemeriksaan sumsum tulang
TATALAKSANA
Tujuan terapi anemia defisiensi besi adalah untuk mengkoreksi
kurangnya massa hemoglobin dan mengembalikan simpanan besi.
Terapi yang efektif diikuti oleh meningkatnya produksi sel darah
merah:

1. Diet kaya zat besi dan nutrisi


2. Pemberian zat besi

a) Pemberian zat besi oral


b) Pemberian zat besi parenteral
SIMPULAN
Anemia pada kehamilan dikaitkan dengan peningkatan risiko kelahiran prematur dan
bayi dengan berat lahir rendah. Anemia defisiensi besi merupakan yang paling sering
dialami oleh ibu hamil. Kebutuhan zat besi secara keseluruhan selama kehamilan
secara signifikan lebih tinggi dibandingkan pada keadaan tidak hamil. Anemia dalam
kehamilan memberi pengaruh kurang baik bagi ibu, baik dalam kehamilan, persalinan,
maupun nifas dan masa selanjutnya. Penyulit yang dapat timbul akibat anemia adalah :
keguguran, persalinan preterm, persalinan yang lama akibat kelelahan otot rahim di
dalam berkontraksi, perdarahan pasca melahirkan karena tidak adanya kontraksi otot
rahim, syok, infeksi baik saat bersalin maupun pasca bersalin, serta anemia yang berat,
dapat menyebabkan dekompensasi kordis. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan
syok dan kematian ibu pada persalinan.
MATUR SUKSMA

Anda mungkin juga menyukai