181010432
Alternatif penyelesaian
sengketa (A)
PENYELESAIAN SENGKETA
ALTERNATIF (ADR) DAN
ARBITRASE
1. Pengertian dan Sejarah PENYELESAIAN SENGKETA ALTERNATIF (ADR)
Penyelesaian Sengketa Alternatif (ADR) merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dengan
mempertimbangkan segala bentuk efisiensiya dan untuk tujuan yang akan datang sekaligus menguntungkan bagi para
pihak yang bersengketa.
Adapun latar belakang berkembangnya ADR adalah atas dasar kebutuhan yaitu :
● Untuk mengurangi kemacetan penyelesaian perkara di pengadilan, sering berkepanjangan, lama biaya tinggi dan
hasilnya sering tidak memuaskan.
● Untuk meningkatkan ketertiban masyarakat dalam proses penyelesaian sengketa.
● Untuk memperlancar serta memperluas akses ke pengadilan.
● Untuk memberi kesempatan bagi tercapainya penyelesaian sengketa yang menghasilkan keputusan yang dapa diterima
semua pihak (memuaskan).
Sejarah pengaturan APS dalam Latar Belakang Sejarah Arbitrase di
sistem hukum Indonesia Indonesia
Perkembangan dalam praktek arbitrase terdiri
Pasal 130 HIR / Pasal 154 Rbg dari dua jalur yaitu :
pada sidang awal hakim mengusahakan Arbitrase Ad-hoc
perdamaian (hakim mengusahakan dimana para pihak menyerahkan
perdamaian sebelum perkara mereka penyelesaian sengketanya kepada
diputuskan) seseorang atau beberapa orang yang bukan
lembaga arbitrase untuk diputuskan.
Pasal 20 HIR/154 Rbg/ 31 Rv
penyelesaian sengketa melalui jalur
Arbitrase Institusional
damai merupakan bagian dari proses dimana proses penyelesaian sengketa
penyelesaian sengketa dipengadilan yang keputusannya ditetapkan oleh satu
atau beberapa orang dari lembaga
arbitrase.
Sumber Hukum dan
Landasan Umum Arbitrase
Secara singkat sumber Hukum dan landasan Umum Arbitrase di
Indonesia adalah sebagai berikut:
Book
Modal
h. Keputusan Presiden Nomor 34 Tahun 1981
Title i. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 1990 Tentang
Tata Cara Pelaksanaan Putusan Arbitrase Asing
j. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyelesaian Sengketa
Pengertian Arbitrase
Pasal 1 angka (1) UU No 30/1999, Arbitrase adalah cara
penyelesaian suatu sengketa perdata di luar pengadilan umum
yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara
tertulis oleh para pihak yang bersengketa. Dari definisi tersebut,
ada 3 hal yang dapat dikemukakan dari definisi yang diberikan,
yaitu 9 :
a. Arbitrase merupakan salah satu bentuk perjanjian
b. Perjanjian arbitrase harus dibuat dalam bentuk tertulis
c. Perjanjian arbitrase tersebut merupakan perjanjian untuk
menyelesaikan sengketa yang dilaksanakan di luar pengadilan
umum.
Prosedur Arbitrase Menurut Badan
Arbitrase Nasional Indonesia (BANI)
Prosedur arbitrase juga di atur dalam UU No. 30 /1999 pada Pasal 2, yang
berbunyi:
“Peraturan Prosedur ini berlaku terhadap arbitrase yang diselenggarakan oleh
BANI. Dengan menunjuk BANI dan/atau memilih Peraturan Prosedur BANI
untuk penyelesaian sengketa, para pihak dalam perjanjian atau sengketa tersebut
dianggap sepakat untuk meniadakan proses pemeriksaan perkara melalui
Pengadilan Negeri sehubungan dengan perjanjian atau sengketa tersebut, dan akan
melaksanakan setiap putusan yang diambil oleh Majelis Arbitrase berdasarkan
Peraturan Prosedur BANI”.
Proses Pemeriksaan
Arbitrase Tahap Proses Pemeriksaan Sengketa
Pemeriksaan Dengan Pintu Tertutup
a. Pemeriksaan tentang Yuridiksi
Pasal 27 dan pasal 28
b. Pemeriksaan Perlawanan
“semua pemeriksaan sengketa oleh arbiter Terhadap Arbiter
atau majelis arbitrase dilakukan secara c. Memerintahkan Para Pihak
tertutup.” “bahasa yang digunakan dalam Hadir
d. Salah Satu Pihak Tidak Hadir
semua proses arbitrase adalah bahasa
e. Mahkamah Mengusahakan
Indonesia, kecuali atas dasar persetujuan Perdamaian
arbiter atau majelis arbitrase para pihak f. Tambahan Claim dan Defence
yang bersengketa dapat memilih bahasa g. Audi Et Alteram Partem
lain yang akan digunakan.”
Putusan Arbitrase Putusan Arbitrase Ditinjau
dari Sifatnya
Putusan Arbitrase Ditinjau dari putusan arbitrase, yang apabila ditinjau
Bentuknya dari segi sifatnya, terdiri dari 3 macam,
sebagai berikut:
Dengan berpedoman pada bunyi ketentuan
a. putusan yang bersifat deklaratoir
Undang-Undang No. 30 tahun 1999
b. Putusan yang bersifat konstitutif
sebagaimana telah dicantumkan, terutama
c. Putusan yang bersifat condemnatoir
pasal 32 ayat (1), pasal 44 ayat (2) , pasal
45 ayat (1) dan pasal 60, dapatlah Putusan Arbitrase Ditinjau dari
disimpulkan bahwa bentuk putusan Sistematikanya Isi Putusan
arbitrase ada 4 (empat) macam:
1. Putusan Sela Pasal tertentu dalam UU No. 30/1999 yang
2. Putusan Akhir berkaitan dan relevan dengan suatu putusan
3. Putusan Perdamaian arbitrase, ada beberapa hal yang
4. Putusan Verstek. merupakan ini dari putusan arbitrase yang
belum disebutkan dalam pasal 54 ayat (1)
UU No. 30/1999.
Pembatalan
Putusan Arbitrase
a. Mengenai Pembatalan Putusan Arbitrase
b. Alasan Pembatalan diluar UU No. 30/1999
c. Fungsi dan Kewenangan Pengadilan dalam
Pembatalan Putusan Arbitrase
d. Ketertiban Umum
Pelaksanaan
Putusan Arbitrase