Anda di halaman 1dari 67

PERPAJAKAN

Pert 1
NANCY M. SIREGAR, SE, M.SI, AK, CA
Penilaian
Tugas (laporan dalam bentuk makalah, presentasi,
sikap) 25%
partisipasi kehadiran 12,5%
Tes 1 dan 2 = 12,5%
UTS = 20%
UAS = 30%

Referensi Buku = Siti Resmi, salemba 4 , 2015


ARTI DAN FUNGSI PAJAK
Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran
umum (Dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan 1990:5)

Prof.Dr.P.J.A.Adriani
pajak adalah Iuran kepada negara (dapat dipaksakan) yang terutang
oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan dengan tidak
mendapat prestasi kembali yg langsung dpt ditunjuk dan gunanya
adalah untuk membiayai pengeluaran pengeluaran umum
berhubungan dengan tugas negara untuk menyelenggarakan
pemerintahan
DEFENISI PAJAK
Dari Defenisi Tersebut Pajak Memiliki Unsur - Unsur :
1. Pajak dipungut oleh negara, baik pemerintah pusat maupun
daerah
2. Pajak dipungut Berdasarkan Undang-Undang serta aturan
pelaksanaannya cth : UU No. 7 tahun 1983 tentang PPh.
3. Dalam Pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni
pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Pungutan Lain Selain Pajak
1. Bea Materai, yaitu pungutan yang dikenakan atas dokumen
dengan menggunakan benda materai.
2. Bea Masuk Dan Bea Keluar, Bea Masuk Yaitu pungutan atas barang
yang dimasukkan ke dalam daerah pabean berdasarkan harga/nilai
barang itu atau berdasarkan tarif yang sudah ditentukan. Bea
Keluar, yaitu pungutan yang dilakukan atas barang yang
dikeluarkan dari daerah pabean berdasarkan tarif yang sudah
ditentukan bagi masing-masing golongan. Bea masuk tahun
pertama 23%, tahun ke dua 21%, tahun ke tiga 19%
3. Cukai, yaitu pungutan yang dikenakan atas barang tertentu yang
mempunyai sifat dan karakteristik tertentu. Cth: alkohol, tembakau
Pungutan Lain Selain Pajak
4. RETRIBUSI
Mendapat kontraprestasi/ timbal balik langsung.
Contoh retribusi pelayanan kesehatan, retribusi kebersihan, retribusi
parkir.
Unsur – unsur yang melekat pada pengertian retibusi adalah:
1. Pemungutan retribusi harus berdasarkan undang-undang.
2. Sifat pemungutannya dapat dipaksakan
3. Pemungutannya dilakukan oleh negara
4. Digunakan untuk pengeluaran bagi masyarakat umum
5. Kontraprestasi langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi
Pungutan lain selain pajak
5. Sumbangan
Yang mendapat manfaat penerima sumbangan.
Sumbangan tidak diartikan untuk kepentingan pengeluaran
yang dikelola oleh pemerintah,tetapi untuk kepentingan
sekelompok masyarakat tertentu dan tidak memerlukan
dasar hukum pungutannya berdasarkan UU, serta unsur
pelaksanaannya pun tidak ada.
Sumbangan pungutannya tidak berdasarkan UU tetapi lebih
bersifat gotong royong.
6. Pungutan Lain yang sah dan legal berupa sumbangan
wajib. Misalnya sumbangan wajib dana kecelakaan lalu
lintas jalan (SWDKLLJ)
Fungsi Pajak
Budgetair  sumber penerimaan utama bagi pemerintah untuk
pengeluaran negara, baik rutin maupun pembangunan.
Contoh: PPh, PPN, PBB
Reguler  Sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi diluar
bidang keuangan.
Contoh: Pajak yang tinggi dikenakan untuk minuman keras, Pajak yang
tinggi Barang Mewah, Tarif Pajak untuk ekspor 0%, Tarif pajak progresif
dikenakan atas penghasilan.
Azas Pajak
EQUALITY  Pajak adil  CONVINIENCE  tidak
dan merata menyulitkan
◦ Adil secara vertikal
◦ Adil horisontal
ex:withholding system

 ECONOMY 
efisien
 ex:self assesment
 CERTAINTY  tidak
sewenang-wenang,  Tidak
berdasarkan undang-undang
Mengganggu
yang dilaksanakan
Perekonomian
3 Azas Pemungutan pajak
1. Azas Domisili, Negara berhak mengenakan pajak atas
seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal
di wilayahnya, Baik Penghasilan yang berasal dari dalam
maupun luar negeri
2. Azas Sumber, Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa
memperhatikan tempat tinggal wajib pajak
3. Azas Kebangsaan, Pengenaan pajak dihubungkan
dengan kebangsaan suatu negara.
Azas Pemungutan Pajak
Azas Menurut Falsafah Hukum (Teori yang mendukung pemungutan
pajak)
Teori Asuransi (melindungi)
Teori Kepentingan
Teori daya pikul
Teori Bakti
Teori azas daya beli
Teori Asuransi

Pembayaran pajak Benarkah ?


disamakan dengan
pembayaran premi.

Masyarakat seakan
mempertanggung
jawabkan keselamatan
dan keamanan jiwanya
kepada negara.
Teori Kepentingan

Negara melindungi
kepentingan harta dan jiwa
warga negara dengan
memperhatikan beban yang
harus dipungut dari
masyarakat
Teori Daya Pikul
Tiap orang dikenakan pajak dengan bobot yang sama
(adil) sesuai dengan daya pikul:
◦ Unsur Obyektif (besarnya penghasilan)
◦ Unsur Subyektif (besarnya pengeluaran)
Teori Daya Beli
Pajak untuk memelihara kepentingan masyarakat
Dengan pajak berarti menarik daya beli dari rumah tangga masyakat ke
negara.selanjutnya negara menyalurkannya kembali dalam bentuk
pemeliharaan kesejahteraan masyarkat.
Teori Bakti
Pajak dianggap sebagai bentuk bakti rakyat kepada
negara
Teori kewajiban pajak mutlak.
Pada jaman kerajaan, pajak=ulubekti sebagai bentuk
kesetiaan rakyat pada raja. Raja=wakil Dewa
Kedudukan Hukum Pajak
1.Hukum Perdata
Mengatur hubungan antara satu individu dengan individu lainnya.
2. Hukum Publik
Mengatur hubungan antara pemerintah dengan rakyatnya.Hukum ini
dirinci sbb:
- Hukum Tata Negara
- Hukum Tata Usaha ( adminitrasi)
- Hukum Pajak
- Hukum Pidana
Hukum Pajak Materiil dan
Formil
Hukum Pajak Materiil yaitu memuat norma-norma yang menerangkan
antara lain: keadaan, perbuatan,peristiwa hukum yang dikenai pajak
(objek Pajak), siapa yang dikenakan pajak (Subjek), berapa besar pajak
yang dikenakan (tarif), segala sesuatu tentang timbul dan hapusnya
utang pajak, dan hubungan hukum antara pemerintah dan wajib pajak.
Contoh:Undang-Undang Pajak Penghasilan
Hukum Pajak Formil
Memuat Tata Cara untuk mewujudkan hukum materil menjadi
kenyataan, antara lain:
- Prosedur penetapan suatu utang pajak
- Hak-hak fiskus untuk mengadakan pengawasan terhadap para wajib
pajak mengenai keadaan ,perbuatan, dan peristiwa yang menimbulkan
utang pajak
- Kewajiban Pajak misalnya menyelenggarakan pencatatan, da hak-hak
wajib pajak (mengajukan keberatan dan banding)
Jenis Pengelompokan Pajak
Golongan

Pajak pajak tdk


Langsung langsung
Berdasarkan Golongan
Pajak Langsung yaitu pajak yang harus dipikul atau ditanggung sendiri
oleh wajib pajak dan tidak dapat dilimpahkan atau dibebankan kepada
oranglain atau pihak lain.pajak harus menjadi beban wajib pajak yang
bersangkutan.
contoh: PPh yang tanggung oleh pihak-pihak yang memperoleh
penghasilan
Pajak Tidak Langsung yaitu, pajak yang pada akhirnya dilimpahkan oleh
pihak ketiga.
contoh: PPN ( PPN terjadi karena terdapat pertambahan nilai terhadap
barang dan jasa. Pajak ini dibayarkan oleh atau pihak yang menjual
barang, tetapi dapat dibebankan kepada konsumen (dimasukkan dalam
harga jual barang dan jasa).
Jenis Pengelompokan Pajak
Sifatnya

Pajak Pajak
Subjektif Objektif
Berdasarkan sifatnya
Pajak Subjektif, Pajak yang pengenaannya memperhatikan keadaan
pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang memperhatikan
keadaaan subjeknya.
contoh: PPh ( Pengenaan PPh pribadi memperhatikan keadaan pribadi
wajib pajak (status perkawinan, banyaknya anak, dan tanggungan
lainnya). Hal tersebut digunakan untuk menentukan besarnya
penghasilan tidak kena pajak.

Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa


memperhatikan keadaaan diri wajib pajak.
Contoh: PPN, dan pajak penjualan atas barang mewah.
Jenis Pengelompokan Pajak
Lembaga
Pemungutnya

Pajak Pusat Pajak


Daerah
Berdasarkan lembaga
pemungutnya
Pajak Pusat, merupakan pajak-pajak yang pemungutannya dilakukan
oleh pemerintah pusat yang diatur dengan undang-undang perpajakan.
Contoh : PPh, PPN, PPnBM,Bea Materai, PBB perkebunan, perhutanan
dan pertambangan.
Pajak Daerah, merupakan Pajak-pajak yang dipungut oleh pemerintah
daerah , baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah 1 (provinsi),
maupun pemerintah derah tingkat II (kabupaten/kota)
contoh: Pajak provinsi( Pajak kendaraan bermotor, bea balik nama
kendaraan bermotor, Pajak Rokok).
Contoh: Pajak Kabupaten/kota ( Pajak hotel, Pajak Hiburan, pajak
reklame, dll)
Sistem Pemungutan Pajak
Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada wajib pajak
untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang.
Ciri-cirinya:
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri
- Wajib pajak bersifat aktif
- Fiskus tidak ikut campur hanya mengawasi
Sistem Pemungutan Pajak
Official Assesment System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak terutang
oleh wajib pajak
Ciri-cirinya:
- Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus
- Wajib pajak bersifat pasif
- Utang Pajak yang timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh
fiskus.
Sistem Pemungutan Pajak
With Holding System
Suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak.
Ciri-ciri: wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada
pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak
Tata Cara Pemungutan Pajak
Stelsel Pajak
1. Stelsel Nyata (riel stelsel)
Pengenaan Pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata)
sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun
pajak, setelah penghasilan sesungguhnya diketahui.cth pph 21
2. Stelsel Anggapan (Fictieve stelsel)
Pengenaan Pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh
undang-undang. Cth pph 25 angsuran bulanan.
3. Stelsel Campuran
Kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.pph 29
Timbulnya Utang Pajak
Ada 2 ajaran yang mengatur timbulnya utang pajak (saat pengakuan
adanya utang pajak)

1. Ajaran Formil, Utang pajak timbul karena dikeluarkannya surat


ketetapan pajak oleh fiskus (pemerintah). Untuk menentukan
seseorang dikenakan pajak atau tidak,berapa jumlah pajak yang
harus dibayar, dan kapan jangka waktu pembayarannya dapat
diketahui dalam surat ketetapan pajak.
2. Ajaran Materiil, Utang pajak timbul karena diberlakukannya
undang-undang perpajakan. Dalam ajaran ini , seseorang akan
secara aktif menentukan dirinya dikenakan pajak atau tidak, sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
Saat timbulnya utang pajak mempunyai peranan
penting karena berkaitan dengan:
1. Pembayaran pajak
2. Memasukkan surat keberatan
3. Menentukan adanya saat dimulai dan berakhirnya jangka waktu
kedaluarsa
4. Menerbitkan Surat Ketetapan pajak kurang bayar, surat ketetapan
pajak kurang bayar tambahan, dsb
5. Menentukan besarya denda maupun sanksi administrasi lainnya.
Berakhirnya/Hapus Utang Pajak Dapat disebabkan oleh 4
hal:

1. Pembayaran/pelunasan
yaitu pembayaran pajak dapat dilakukan dengan pemotongan /pemungutan
oleh pihak lain, pengkreditan pajak luar negeri , maupun pembayaran sendiri
oleh WP ke kantor penerima pajak ( bank-bank persepsi dan kantor pos).

2. Kompensasi kerugian/ kelebihan bayar pajak


Yaitu Kompensasi dapat diartikan sebagai kompensasi kerugian maupun
kompensasi karena kelebihan bayar pajak.
Contoh kompensasi kerugian:

Pada awal kepemilikan tahun 2010, WP A mengalami


kerugian sebesar Rp.10jt. Tahun 2011 memperoleh laba
sebesar Rp.5 jt. Sehingga utang pajak pada tahun 2011
terhapus karena jumlah kerugian pada tahun 2010
dapat dikompensasikan atau dikurangkan dari laba
tahun 2011.
Contoh Kompensasi Kelebihan Bayar Pajak.

1. WP B, pada tahun 2011 membayar pajak sebesar Rp.8jt.Setelah


dilakukan perhitungan kembali pada akhir tahun 2011,ditemukan
bahwa pajak yang sebenarnya terutang oleh WP B adalah Rp.5jt.
Kelebihan pembayaran sebesar Rp. 3jt ditahun 2011 tsb dapat
dikompensasikan atau dikurangkan dari total pajak pada tahun
2012.

2. WP C kelebihan membayar PPh tahun 2011 sebesar Rp. 1jt.


Sedangkam untuk PPN terdapat kekurangan pajak sebesar
Rp.1.500.000. Sehingga kelebihan pembayaran PPh tahun 2011
sebesar Rp. 1 jt tsb dapat dikompensasikan padakekurangan PPn
ditahun yang sama, sehingga utang PPn yg sebesar Rp.1jt pada
tahun 2011 terhapus, dan sisa utang PPN menjadi Rp.500.000.
Kompensasi

Menurut Pasal 6 ayat (2) Undang-Undang PPh. Apabila penghasilan bruto


setelah pengurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didapat kerugian ,
kerugian tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun.
Jenis Kompensasi
A. Horizontal
Yaitu mengkompensasikan kerugian atas suatu unit usaha (divisi) dengan unit divisi
lainnya dalam tahun yang sama

Kecuali:
1. Diluar negeri
2. Dikenakan PPh yang bersifat Final (sesuai dengan PP No.46/2013 Pasal 8 Bahwa
Kerugian pada suatu tahun pajak dikenakannya pajak penghasilan yang bersifat
final berdasarkan PP ini tidak dapat dikompensasikan pada tahun pajak berikutnya.
3. Yang penghasilnnya bukan objek PPh
Apabila masih terdapat kerugian setelah dikompensasikan secara horizontal, maka
dilakukan kompensasi vertikal.
Jenis Kompensasi
B. Vertikal yaitu Mengkompensasikan kerugian pada tahun ke tahun pajak
berikutnya.

1. Kerugian fiskal berdasarkan ketetapan pajak yang telah diterbitkan


Dirjen Pajak serta kerugian fiskal berdasarkan SPT tahunan PPh WP
dalam hal tidak ada atau belum diterbitkan ketetapan pajak oleh
Dirjen Pajak
2. Kerugian fiskal timbul apabila untuk tahun Pajak sebelumnya
terdapat kerugian fiskal (SPT tahunan dilaporkan Nihil atau lebih
bayar tetapi ada kerugian Fiskal).
3. Kerugian fiskal terjadi karena penghasilan bruto dikurangi dengan
biaya (sesuai dengan ketentuan fiskal) hasilnya mengalami kerugian.
contoh
PT A pada tahun 2009 mengalami kerugian fiskal sebesar
Rp.1.200.000.000,-. Dalam 5 tahun berikutnya laba rugi fiskal PT A
sebagai Berikut:
2010: laba fiskal Rp.200.000.000
2011 : Rugi fiskal Rp. 300.000.000
2012 : rugi fiskal Rp. Nihil
2013 : laba fiskal Rp. 100.000.000
2014 : laba fiskal Rp. 800.000.000
2015 : laba fiskal Rp. 200.000.000
2016 : laba fiskal Rp. 400.000.000
Buatlah Kompensasi Kerugian Fiskal PT A.
contoh
PT XYZ berdiri pada tahun 2009. Pada tahun 2017 wajib pajak memperoleh
laba fiskal sebesar Rp. 30Jt.Adapun keuntungan/kerugian fiskal tahun
tahun sebelumnya sbb:

2010: Rugi fiskal Rp.50.000.000


2011 : Rugi fiskal Rp.100.000.000
2012 : Laba fiskal Rp. 70.000.000
2013 : laba fiskal Rp. 7.000.000
2014 : laba fiskal Rp. 17.000.000
2015 : Rugi fiskal Rp. 50.000.000(PPh final PP46/2013)
2016 : Rugi fiskal Rp. 60.000.000
Buatlah Kompensasi Kerugian Fiskal PT XYZ.
4.Kerugian fiskal tersebut dikompensasikan dengan laba neto fiskal dimulai
tahun pajak berikutnya berturut-turut sampai dengan 5 tahun

5.Apabila kemudian berdasarkan ketetapan pajak hasil pemeriksaan


menunjukkan jumlah kerugian fiskal yang berbeda dari kerugian menurut SPT
tahunan PPh atau dari pemeriksaan pajak menjadi tidak rugi, kompensasi
kerugian fiskal menurut SPT tsb harus segera dibetulkan sesuai dengan
ketentuan dan prosedur pembetulan SPT sebagaimana diatur dalam undang-
undang ketentuan umum perpajakan.
Berakhirnya Utang Pajak Selanjutnya
3. Kadaluawarsa
Berarti sudah lewat batas waktu tertentu.Jika dalam jangka waktu tertentu
suatu utang pajak tidak ditagih oleh pemungutnya,utang pajak tersebut
dianggap telah lunas/dihapus/berakhir dan tidak dapat ditagih lagi.
Utang pajak kadaluarsa setelah melewati waktu 10 tahun , terhitung sejak
saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak
atau tahun pajak bersangkutan.

4. Pembebasan / penghapusan
Kewajiban pajak oleh WP tertentu dinyatakan dihapus karena setelah
dilakukan penyelidikan ternyata WP tidak mampu lagi memenuhi
kewajibannya. Hal ini biasa terjadi karena wajib pajak mengalami
kebangkrutan maupun mengalami kesulitan likuiditas.
Latihan
Menurut Pendapat anda, Sistem
pemungutan pajak mana yang
berlaku di Indonesia ?
Beserta Alasannya ?
Perpajakan
Pert ke 2
Hambatan Pemungutan Pajak
Hambatan pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi:
1. Perlawanan Pasif
masyarakat enggan membayar pajak disebabkan oleh antara lain:
- Perkembangan intelektual masyarakat
- Sistem perpajakan yang mungkin sulit dipahami
- Sistem Kontrol tidak dilakukan dengan baik
2. Perlawanan Aktif
Semua usaha yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan menghindari
pajak. Antara Lain:
- Tax Avoidance, Meringankan beban pajak dengan tidak melanggar Undang-undang
- Tax Evasion, usaha meringankan beban pajak dengan cara melanggar undang-undang
Tarif Pajak
1. Tarif Sebanding/ Proporsional

tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang


dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional
terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak
Contoh: PPN(10%)
Tarif Pajak
2. Tarif Tetap

Yaitu Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak terutang tetap
Contoh : Besarnya biaya tarif materai dan bilyet giro dengan nominal
berapapun adalah Rp 6.000,-
Tarif Pajak
3. Tarif Progresif
Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin
besar.

Menurut kenaikan persentase tarifnya dibagi menjadi :


a.Tarif Progresif-Progresif, yaitu kenaikan persentase semakin meningkat dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak dengan kenaikan persentase juga makin meningkat.
b. Tarif Progresif-Proporsional, yaitu persentase tertentu yg makin meningkat dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak dan kenaikan persentase tsb adalah tetap
c. Tarif Progresif-degresif, yaitu persentase tertentu yg makin meningkat dengan
meningkatnya dasar pengenaan pajak tetapi kenaikan persentase tsb semakin menurun
d. Tarif Degresif, Persentase tarif yang digunakan semakin kecil Bila dasar pengenaan pajak
Semakin besar.
Pengenaan Pajak di Indonesia di
kelompokkan menjadi 2 yaitu
1. PAJAK NEGARA
Pajak Negara yang saat ini masih berlaku adalah
- Pajak Penghasilan (PPh)
- Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ( PPN
& PPn BM)
- Bea Materai
- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
- Bea Perolehan Hak atas Tanah Bangunan (BPHTB)
2.PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI
DAERAH
Dasar Hukum,

Pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah adalah UU No.28 tahun


2009 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
PAJAK DAERAH
Beberapa pengertian atau istilah yang terkait dengan pajak derah
adalah:
1.Daerah Otonom
selanjutnya disebut daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan
mengurus pemerintahan dan kepentingan masyrakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyrakat dalam sistem negara
kesatuan republik Indonesia
PAJAK DAERAH
2.Pajak Daerah
selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib pajak kepada daerah
yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
PAJAK DAERAH
3.Badan
Sekumpulan orang/ yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha
maupun yang tidak meliputi perseoran terbatas, perseroan komanditer,
perseroan lainnya, BUMN/BUMD dalam bentuk apapun, dll.
3. Subjek Pajak
Adalah orang pribadi atau badan yang dapat dikenakan pajak.
4. Wajib Pajak
Adalah orang pribadi atau badan , meliputi pembayar pajak, pemotongan
Pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.
Jenis Pajak dan Objek Pajak
Daerah
Pajak daerah dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Pajak Provinsi, terdiri dari :


- Pajak kendaraan bermotor
(tarif pertama 1%-2% , tarif kedua 2%-10%)
- Bea Balik Nama kendaraan bermotor (tarif pertama 20%, tarif kedua
dan seterusnya 1%)
- Pajak Bahan bakar kendaraan bermotor ( tarif paling tinggi 10%)
- Pajak Air Permukaan (tarif paling tinggi 10%)
- Pajak Rokok (tarif 10%)
Jenis Pajak dan Objek Pajak
Daerah
2.Pajak Kabupaten/Kota, terdiri dari:
- Pajak Hotel (tarif 10%)
- Pajak Restoran (tarif 10%)
- Pajak Hiburan (tarif 35%)
- Pajak Reklame (tarif 25%)
- Pajak Penerangan Jalan (tarif 10%)
- Pajak Mineral bukan logam dan batuan (tarif 25%)
- Pajak Parkir (tarif 30%)
- Pajak air tanah (tarif 20%)
- Pajak sarang Burung walet (tarif 10%)
- Pajak Bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan (tarif 0,3%)
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (tarif 5%)
Tata cara pemungutan dan kadaluarsa
Penagihan Pajak Daerah
Tata cara pemungutan pajak daerah
Wajib pajak yang memenuhi kewajiban perpajkan sendiri dibayar
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan pajak Daerah , Surat
ketetapan Pajak Daerah kurang bayar, dan surat ketetapan pajak daerah
kurang bayar tambahan.
Kadaluarsa Penagihan Pajak
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluarsa setelah
melampui waktu 5 tahun terhitung sejak saat terutang pajak, kecuali
apabila wajib pajak melakukan tindak pidana dibidang perpajakan
daerah
Retribusi Daerah
Retribusi Daerah
adalah Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan
Jasa
adalah Kegiatan pemerintah daerah berupa usaha dan pelayanan yang
menyebabkan barang, fasilitas atau kemanfaatan lainnya yang dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Objek Retribusi Daerah
1. Retribusi Jasa umum
Merupakan Pelayanan yg disediakan atau diberikan pemerintah
daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta
dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.
Jenisnya antara lain: Retribusi Pelayanan kesehatan, Pelayanan
Persampahan, Penggantian biaya cetak KTP, Akte, Pelayanan parkir
dan Pelayanan Pasar DLL
Objek Retribusi Daerah
1. Retribusi Jasa Usaha
Merupakan Pelayanan yg disediakan atau diberikan pemerintah
daerah dengan menganut sistem komersial yg meliputi:
- Pelayanan yg memanfaatkan kekayaan daerah yang belum
dimanfaat kan secara optimal
- Pelayanan oleh pemerintah daerah sepanjang belum disediakan
secara memadai oleh pihak swasta
Contoh:
Retribusi terminal, tempat pelelangan, rumah potong hewan DLL
Objek Retribusi Daerah
1. Retribusi Perizinan Tertentu
Merupakan Pelayanan perizinan tertentu oleh Pemda kepada
orang pribadi atau badan yg dimaksudkan untuk pengaturan dan
kegiatan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, sumber
daya alam,barang, sarana , prasarana, dan fasilitas tertentu guna
melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian
lingkungan.

Jenisnya: Retribusi izin mendirikan bangunan, izin gangguan, izin


usaha perikanan, dll
Subjek Retribusi Daerah
Retribusi jasa umum: orang pribadi atau badan yang menggunakan
/menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan .
Retribusi jasa usaha: orang pribadi atau badan yang menggunakan
/menikmati pelayanan jasa usaha yang bersangkutan .
Retribusi Perizinan Tertentu: orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin tertentu oleh Pemda.
Prinsip dan sasaran penetapan
tarif retribusi
1. Retribusi Jasa Umum, ditetapkan dengan memperhatikan biaya penyediaan
jasa yang bersangkutan, kemampuan masyrakat, aspek keadilan, dan efektivitas
pengendalian atas pelayanan tsb. Biaya meliputi: biaya operasi dan
pemeliharaan, biaya bunga, dan biaya modal.

2. Retribusi Jasa Usaha, didasarkan pada tujuan untuk memperoleh apabila


pelayanan jasa usaha tersebut dilakukan secara efisien dan berorientasi pada
harga pasar.

3. Retribusi perizinan tertentu, didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian


atau seluruh biaya penyelenggaraan pemberian izin yang bersangkutan.biaya
meliputi: penerbitan izin dokumen, pengawasan di lapangan, penegakan
hukum, penatausahaan, dan biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.
Tata Cara Pemungutan
Retribusi
Retribusi dipungut dengan menggunakan surat ketetapan retribusi
daerah berupa karcis, kupon, dan kartu langganan. Apabila tidak
membayar tepat waktu atau kurang bayar dieknakan sanksi
administratif berupa bunga sebesar 2 % setiap bulan dari retribusi
terutang yang tidak atau kurang bayar dan ditagih menggunakan surat
tagihan retribusi daerah.
Kadaluarsa Penagihan
retribusi
Hak untuk melakukan penagihan retribusi menjadi kadaluarsa setelah
melampaui waktu 3 tahun terhitung saat terutangnya retribusi, kecuali
jika wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi.
Kasus Kompensasi Kerugian
Fiskal
PT X pada tahun 2010 mengalami kerugian fiskal sebesar Rp.1.500.000.000,-.
Dalam 5 tahun berikutnya laba rugi fiskal PT X sebagai Berikut:
2011: laba fiskal Rp.400.000.000
2012 : laba fiskal NIHIL
2013 : rugi fiskal Rp. 200.000.000
2014 : laba fiskal Rp. 700.000.000
2015 : laba fiskal Rp. 300.000.000
2016 : laba fiskal Rp. 50.000.000
2017 : laba fiskal Rp. 300.000.000
Buatlah Kompensasi Kerugian Fiskal PT X.
Kasus Kompensasi Kerugian
Fiskal
PT Y berdiri pada tahun 2010. Pada tahun 2017 wajib pajak memperoleh laba fiskal
sebesar Rp. 15Jt.Adapun keuntungan/kerugian fiskal tahun tahun sebelumnya sbb:

2010: Rugi fiskal Rp.35.000.000


2011 : Rugi fiskal Rp. 85.000.000
2012 : Laba fiskal Rp. 55.000.000
2013 : laba fiskal Rp. 10.000.000
2014 : laba fiskal Rp. 20.000.000
2015 : Rugi fiskal Rp. 35.000.000(PPh final PP46/2013)
2016 : Rugi fiskal Rp. 45.000.000
Buatlah Kompensasi Kerugian Fiskal PT Y.

Anda mungkin juga menyukai