Anda di halaman 1dari 57

Perdarahan

antepartum
Preseptor : Siti Salima, dr., SpOG(K)

Bella Tamara
Cakra Jati Pranata
Santang Mandang Nur Salsabila
Definisi
Pendarahan pada trimester akhir kehamilan.

Penyebab utama pendarahan antepartum:

● Plasenta Previa
● Solusio Plasenta

Faktor-faktor non-obstetrik:

● luka jalan lahir akibat jatuh


● koitus/varises yang pecah
● kelainan serviks, seperti karsinoma, erosio, dan polip
Plasenta Previa
Definisi
Plasenta yang berimplantasi
rendah sehingga menutupi
sebagian atau seluruh ostium
uteri internum.

Implantasi normal plasenta :


dinding anterior uterus, dinding
posterior uterus, atau di fundus
uteri
Klasifikasi
1. Plasenta previa totalis: seluruh ostium
internum tertutup oleh plasenta
2. Plasenta previa lateralis/parsialis: sebagian
ostium tertutup oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis: hanya di pinggir
ostium terdapat jaringan plasenta
4. Plasenta letak rendah: implantasi plasenta
rendah tapi tidak sampai ke ostium (tepi
plasenta berjarak <5 cm dari pinggir ostium)
5. Vasa previa: pembuluh darah janin terdapat di
membran yang melintasi ostium
Epidemiologi
● Insiden plasenta previa telah meningkat selama 30 tahun terakhir.
● Insiden yang dilaporkan rata-rata 0.3% atau 1 kasus per 300 hingga
400 persalinan.
● Penyebab terbanyak kasus perdarahan antepartum.
endometrium kurang baik
Etiologi
Kejadiannya meningkat pada keadaan
ketika endometrium kurang baik (misal plasenta butuh
zigot mencari
untuk tumbuh
akibat atrofi endometrium atau tempat implantasi
meluas demi
vaskularisasi desidua kurang baik), yang lebih baik
pertumbuhan
dapat ditemukan pada : janin

● multipara, terutama jika jarak antar kompensasi: tumbuh


meluas hingga ke
kehamilan terlalu pendek
segmen bawah
● mioma uteri uterus
● kuretase berulang
● usia lanjut plasenta previa bisa juga terjadi pada plasenta yang
besar & luas, seperti eritroblastosis, DM, atau
● bekas seksio sesarea kehamilan multipel
● perubahan inflamasi atau atrofi
Faktor Risiko
Hal-hal yang menyebabkan kondisi endometrium kurang baik :

● usia maternal >35 tahun


● kehamilan terlalu sering
● riwayat seksio sesarea
● riwayat abortus
● kuretase berulang
● merokok
Patofisiologi
Gejala
❖ Perdarahan tanpa nyeri → setelah bulan ke-7
➢ Bersifat berulang → karena setelah terjadi pergeseran antara plasenta
dan dinding rahim, regangan dinding rahim dan tarikan pada serviks
berkurang, tetapi dengan majunya kehamilan, regangan bertambah lagi
dan menimbulkan perdarahan baru.
❖ Bagian terendah anak sangat tinggi
➢ Plasenta terletak di kutub bawah rahim → bagian terendah tidak dapat
mendekati pintu atas panggul (PAP)
❖ Kelainan letak
➢ Lebih sering terjadi karena ukuran panjang rahim berkurang
Pendarahan Pascasalin
1. Terkadang plasenta lebih erat melekat ke dinding rahim (plasenta akreta)
2. Daerah perlekatan plasenta luas
3. Kontraksi segmen bawah rahim kurang sehingga mekanisme penutupan
pembuluh darah pada insersi plasenta tidak baik
Diagnosis
❖ Anamnesis
➢ Perdarahan tanpa keluhan dan berulang
❖ Pemeriksaan fisik
➢ Pemeriksaan luar → bagian terendah janin belum masuk PAP atau
kelainan letak
➢ Inspeculo → darah keluar dari os externum
➢ Pemeriksaan dalam → pada perabaan fornix teraba bantalan lunak pada
presentasi kepala
➢ Hanya boleh dilakukan saat kamar operasi siap dan darah tersedia,
karena dapat menimbulkan perdarahan
❖ Pemeriksaan Penunjang: USG
➢ Ketepatan diagnosis USG transabdominal 95-98%
➢ Ketepatan diagnosis USG transvaginal atau transperineal lebih tinggi
lagi
Catatan Pada Pemeriksaan Fisik
● Tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam karena akan menambah
perdarahan dan kemungkinan infeksi.
● Lakukan pemeriksaan inspekulo untuk menyingkirkan kemungkinan
perdarahan akibat polip, erosi, karsinoma, atau pecah varises.
● Pada plasenta previa, darah keluar dari ostium uteri eksternum
Catatan Pada Pemeriksaan Fisik
❖ Pemeriksaan fornises dapat dilakukan dengan hati-hati.
➢ Jika tulang kepala mudah teraba, kemungkinan plasenta previa kecil
➢ Jika antara jari-jari dan kepala teraba bantalan lunak, kemungkinan
plasenta previa besar sekali
❖ Syarat: Presentasi kepala. Karena pada letak sungsang bagian terendahnya
lunak (bokong) sehingga sulit dibedakan dengan jaringan lunak plasenta.
Tatalaksana Umum Pendarahan
1. Stabilisasi ABC → posisikan pasien semi ekstensi, bebaskan jalan napas, berikan
oksigen jika perlu, resusitasi cairan.
2. Tentukan ada syok atau tidak.
a. Jika ada → berikan infus cairan, transfusi darah, dan kontrol perdarahan.
b. Jika tidak ada atau keadaan umum baik → segera lakukan pemeriksaan
untuk mencari etiologi.
3. Hentikan sumber perdarahan.
4. Monitor tanda-tanda vital.
Tatalaksana
1. Terminasi → kehamilan diakhiri segera sebelum terjadi pendarahan yang
berakhir kematian. Misal, sudah cukup bulan tapi pendarahan banyak,
parturien & anak mati (tidak selalu):
a. Persalinan Pervaginam

Menekan plasenta → menutup pembuluh darah yg terbuka


(tamponade plasenta)

b. Persalinan perabdominan → Seksio sesarea

mengosongkan rahim → dapat berkontraksi, menghentikan


pendarahan, dan mencegah robekan serviks yang cukup sering
terjadi pada persalinan pervaginam
Tatalaksana
2. Ekspektatif ● Syarat terapi ekspektatif:
Dilakukan apabila janin masih 1) keadaan ibu dan anak masih baik
kecil sehingga kemungkinan hidup di 2) Hb (n) dan pendarahan tidak
dunia luar kecil sekali. banyak
3) dirawat di rumah sakit,
● Dulu Terapi ekspektatif dihindari. menunggu bayi mencapai berat
Namun sekarang dibenarkan, 土 2500 gr/37 minggu → segera
karena: dilahirkan
1) pendarahan ke-1 pada plasenta 4) diberi antibiotik → profilaksis
previa jarang mematikan infeksi akibat pendarahan &
2) untuk menurunkan kematian tindakan-tindakan intrauterin
bayi karena prematuritas
Tatalaksana
Jenis persalinan ekspektatif
dipilih berdasarkan faktor- Indikasi Persalinan Seksio Sesarea:
faktor: 1. pendarahan → banyak
2. Besar pembukaan → kecil
1. pendarahan 3. Tingkat Plasenta previa → berat
banyak/sedikit 4. Paritas → nullipara
2. Keadaan ibu & anak
3. Besar pembukaan Indikasi Persalinan Pervaginam:
4. tingkat plasenta previa 1. pendarahan → sedikit
5. paritas 2. Besar pembukaan → besar
3. Tingkat Plasenta previa → ringan
4. Paritas → multipara
5. kondisi anak → sudah mati
Tatalaksana: Pervaginam
Cara-cara Persalinan Pervaginam:

1. Pemecahan ketuban
2. Versi braxton hicks
3. Cunan willet-gauss
Tatalaksana: Pervaginam
1. Pemecahan Ketuban

Indikasi: Dapat dilakukan pada placenta letak rendah, plasenta


previa marginalis, plasenta previa lateralis yang menutup ostium
kurang dari setengah bagian.

Kontraindikasi: plasenta previa lateralis di sebelah belakang

Pemecahan ketuban dapat menghentikan perdarahan karena:

● Setelah pemecahan ketuban → uterus mengadakan retraksi


hingga kepala janin menekan pada plasenta
● Plasenta tidak tertahan lagi oleh ketuban dan dapat
mengikuti gerakan dinding rahim hingga tidak terjadi
pergeseran antara plasenta dan dinding rahim
Tatalaksana: Pervaginam
2. Versi Brixton Hicks

Tujuan:

● Mengadakan tamponade placenta dengan bokong untuk


menghentikan perdarahan
● Bisa digunakan pada janin meninggal atau masih hidup namun
berisiko robekan serviks dan segmen bawah rahim

Syarat: pembukaan dapat dilewati 2 jari

Setelah ketuban pecah → labia dibuka → satu tangan masuk secara


obstetrik dan 2 jari masuk ke dalam kavum uteri → tangan satu nya
menahan fundus → kepala anak di dorong ke sisi punggung anak →
tangan luar mendekatkan bokong kepada jari yang mencari kaki →
setelah kaki didapatkan oleh tangan dalam → tangan luar
mendorong kepala anak ke fundus dan kaki dikeluarkan
Tatalaksana: Pervaginam
3. Cunam Willet-Gauss

Bertujuan → tamponade placenta


menggunakan kepala.

Metode: Kulit kepala janin dijepit dengan


cunam willet gauss dan diberikan
pemberat 500 gr

● Tindakan ini dilakukan pada janin


yang sudah meninggal
● Hampir tidak pernah dilakukan lagi
Tatalaksana: Seksio Sesarea
Tujuan:

● Mempersingkat durasi perdarahan


● Mencegah robekan serviks dan segmen bawah rahim
● Mengurangi kematian bayi
● Dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa yang
perdarahannya berat
Prognosis
Neonatal prognosis

● Ada peningkatan risiko kematian neonatus 3-4x pada bayi yang dilahirkan
preterm pada plasenta previa
● Neonatus berisiko lahir preterm, BBLR, APGAR rendah, dan respiratory distress
syndrome

Maternal prognosis

● Tingkat mortalitas wanita dengan plasenta previa : 30/100.000 (Oyelese, 2006)


● 90% plasenta previa dapat diselesaikan dengan persalinan
● Ibu dengan plasenta previa berisiko mengalami transfusi darah, jejas pada organ
sekitar, histerektomi sesar (0,2%), dirawat intensif, dan kematian
● Risiko plasenta previa berulang pada kehamilan berikutnya
Solusio Plasenta
Definisi
● Lepasnya sebagian atau seluruh plasenta yang terimplantasi normal di atas 22
minggu dan sebelum lahirnya anak.
● Apabila plasenta lepas sebelum minggu ke 22 = abortus
● Nama lain yg sering digunakan:
○ Abruptio placentae
○ Ablatio placentae
○ Accidental haemorrhage
○ Premature separation of the normally implanted placenta
Epidemiologi
- Angka kejadian solusio plasenta mulai dari 1 di antara 75 - 830 persalinan.
- merupakan penyebab dari 20-35% kematian perinatal
- Kejadian solusio plasenta meningkat selama trimester ketiga.
- Solusio plasenta sering berulang pada kehamilan berikutnya dengan
insidensi 1 di antara 8 kehamilan.
Etiologi
Penyebab utamanya belum jelas. Beberapa faktor yang diduga
memengaruhi kejadian solusio plasenta:
1. Hipertensi esensial atau preeklamsi
2. Tali pusat pendek
3. Trauma
4. Tekanan pada vena cava inferior oleh rahim yang membesar
5. Uterus yang sangat mengecil (hidramnion pada waktu ketuban pecah,
kehamilan ganda pada waktu anak pertama lahir)
Faktor Risiko Lainnya
1. Usia lanjut
2. Multiparitas
3. Ketuban pecah sebelum waktunya
4. Defisiensi asam folat
5. Merokok
6. Konsumsi alkohol
7. Konsumsi kokain saat hamil
8. Mioma uteri
Patogenesis
● Perdarahan didalam desidua basalis → membentuk hematom dalam desidua →
mengangkat lapisan-lapisan di atasnya → hematom makin membesar → mengangkat
jaringan plasenta di atasnya → plasenta terlepas → hematom mencapai pinggir plasenta →
mengalir keluar antar selaput janin dan dinding rahim

● Darah mencari jalan keluar → melewati selaput janin dan dinding rahim → keluar dr serviks
→ perdarahan ke luar (REVEALED HEMORRHAGE)

● Darah tidak keluar → berkumpul di belakang placenta (bisa juga masuk ke ruang amnion)
→ hematom retroplasenta → perdarahan tersembunyi (CONCEALED HEMORRHAGE) →
menambah volume uterus
Perbedaan Perdarahan
Tanda dan Gejala
- Perdarahan disertai nyeri di luar his
- Anemi dan syok: beratnya sering tidak sesuai dengan banyaknya darah yg
keluar
- Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim
bertambah dengan darah yang terkumpul di belakang plasenta sehingga
rahim teregang (uterus en bois)
- Palpasi sukar karena rahim keras
- Fundus uteri makin lama makin naik
- Bunyi jantung biasanya tidak ada
- Pada pemeriksaan dalam teraba ketuban yang tegang terus menerus
karena isi rahim bertambah
- Sering proteinuria karena disertai preeklamsi
Kriteria Diagnosis
1) Perdarahan dari jalan lahir dengan atau tanpa disertai rasa nyeri
(tergantung derajat solusio plasenta)
2) Perabaan uterus pada umumnya tegang, palpasi bagian janin
biasanya sulit
3) Janin dapat dalam keadaan baik, gawat janin atau mati (tergantung
derajat solusio plasenta)
4) Pada pemeriksaan dalam bila ada pembukaan teraba ketuban yang
tegang dan menonjol
Diagnosis: Anamnesis
- Perdarahan per vaginam (darah segar dan bekuan darah
kehitaman) disertai nyeri di luar his secara tiba-tiba
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan berhenti
- Pusing, lemas, pucat, mata berkunang-kunang, tanda syok
- Faktor risiko
Diagnosis: Pemeriksaan Fisik & Obstetri
Keadaan Umum:

- Tekanan darah lambat laun turun dan pasien dapat jatuh dalam keadaan syok
- Nadi cepat

Palpasi:

- Rahim keras seperti papan dan nyeri dipegang karena isi rahim bertambah dengan
darah yang terkumpul di belakang plasenta sehingga rahim teregang (uterus en bois)
- Palpasi sukar karena rahim keras
- Fundus uteri semakin naik dan tidak sesuai dengan usia kehamilan

Auskultasi:

- Bunyi jantung biasanya tidak ada


- Apabila terdengar biasanya >140 kemudian turun di bawah 100 dan akhirnya hilang
Diagnosis: Pemeriksaan Fisik & Obstetri
Pemeriksaan Obstetri:

- Serviks dapat terbuka atau tertutup


- **Apabila terbuka : teraba ketuban yang tegang terus menerus karena isi rahim
bertambah
- *Perlu dibedakan dengan plasenta previa -> USG atau MRI
- Tidak boleh pemeriksaan dalam sebelum letak plasenta dipastikan,
pemeriksaan cukup dengan speculum

Pemeriksaan Plasenta : Adanya impresi dari hematom retroplasenta (tampak


cekung di bagian plasenta dan terdapat bekuan darah yang menempel di belakang
plasenta)
Diagnosis: Penunjang
- Pemeriksaan darah lengkap (Hb ↓, cross-match test,
golongan darah, hematokrit, trombosit, leukosit, dll)
- Bedside coagulation test (untuk menilai fungsi pembekuan
darah/penilaian tidak langsung kadar fibrinogen).
- Pemeriksaan darah untuk fibrinogen, trombosit, waktu
perdarahan, waktu pembekuan (PT, aPTT)
- Urinalisis (untuk pengecekan proteinuria)
Pemeriksaan USG

Implantasi plasenta normal dengan gambaran hematoma retroplasenta.


Derajat
Ringan: Sedang : Berat :
- Perdarahan yang - Perdarahan lebih dari - Uterus tegang dan
keluar kurang dari 200 cc kontraksi tetanik
100-200cc - Uterus tegang - Terdapat syok
- Uterus tidak tegang - Terdapat tanda syok - Janin biasanya sudah
- Belum ada tanda syok - Gawat janin atau janin mati
- Janin hidup mati - Pelepasan placenta
- Kadar fibrinogen - Kadar fibrinogen dapat terjadi > ⅔
plasma lebih dari 250 plasma 120 - 150 mg bagian atau
mg% % keseluruhan
- Pelepasan placenta < - Pelepasan placenta ¼-
⅙ bagian permukaan ½ bagian permukaan
Penyulit
Timbul segera:
● Perdarahan & Syok

Timbul agak lambat :


● Kelainan pembekuan darah (Hipofibrinogenemia)
● Gangguan faal ginjal
● Couvelaire uterus
Penyulit: Perdarahan & Syok
● Biasanya timbul cepat
● Ditangani dgn pengosongan rahim secepat mungkin agar perdarahan
berhenti oleh kontraksi dan retraksi rahim, dapat dilakukan dengan
pemecahan ketuban (mengurangi kerengangan rahim) dan pemberian
oxytocin.

● Jika syok hipovolemik harus segera diberikan resusitasi cairan atau


transfusi darah
Penyulit: Hipofibrinogenemia
● Merupakan salah satu bentuk kelainan pembekuan darah/koagulopati
● Fibrin normal: 300-700 mg/100 cc
● Hipofibrinogenemia: kadar fibrin dibawah 150 mg/100 cc
● Kritis bila dibawah 100mg/100 cc (mulai terjadi gangguan pembekuan)
● Penentuan: Clot observation test (darah normal membeku dalam 6-15 menit,
setelah 1 jam mencair menandakan adanya fibrinolisis)
● Mekanisme terjadinya hipofibrinogenemia:
1. Fase 1: DIC /koagulopati konsumptif
2. Fase 2: Fase regulasi reparatif. Fibrinolisis -> perdarahan patologis
Penyulit: Couvelaire Uterus
1. Pada solusio plasenta berat
2. Perdarahan dapat masuk ke dalam otot-otot rahim (rahim berwarna biru
kehitaman) sehingga menghalangi proses kontraksi otot rahim
3. Dapat menyebabkan atoni uteri

Penyulit: Gangguan Faal Ginjal


● Penderita sering mengalami oliguria setelah partus
● Disebabkan oleh pembekuan darah dan syok intravaskular

● Risiko kejadian meningkat jika ada preeklampsia


Tata Laksana
● Umum ● Khusus
1) Transfusi darah yang 1) Hipobfibrinogenemi -> Substitusi dengan
memadai human fibrinogen 10 gram atau darah
segar; dan hentikan fibrinolisis dengan
2) Oksigenasi
transylol IV 200.000 IU (Selanjutnya bila
3) Antibiotik perlu, berikan 100.000 IU/jam dalam infus)

4) Kortikosteroid dosis tinggi 2) Merangsang diuresis -> Manitol, diuresis


(pada syok berat) baik bila melampaui 30 - 40 cc / jam
Tata Laksana
Obstetri: pimpinan persalinan pada solusio plasenta bertujuan untuk
mempercepat persalinan agar kelahiran dapat terjadi dalam 6 jam.

Hal ini dicapai dengan:

● Pemecahan ketuban -> mengurangi regangan dinding rahim sehingga


mempercepat persalinan karena kontraksi rahuim menjadi lebih baik.
● Pemberian infus oksitosin -> 5 IU dalam 500cc glukosa 5%.
● Seksio sesarea ->dilakukan bila serviks panjang dan tertutup, setelah
pemecahan ketuban dan pemberian oksitosin dalam 2 jam belum juga
memunculkan his. Anak juga harus masih hidup.
● Histerektomi -> dilakukan bila ada atonia uteri berat yang tidak dapat
diatasi dengan usaha-usaha yang lazim.
Prognosis
- Solusio plasenta berat : kematian anak mencapai 90%

- Persediaan darah yang cukup dan pengelolaan yang baik mampu


menekan mortalitas ibu

- Prognosis bergantung pada seberapa besar plasenta yang


terlepas, volume perdarahan, keparahan hipofibrinogenemia,
ada/tidaknya preeklampsia, jenis perdarahan
(tampak/tersembunyi), lama solusio plasenta berlangsung
Emboli Air Ketuban
Definisi

● Emboli air ketuban adalah peristiwa masuknya air ketuban yang mengandung sel-sel
janin dan material debris lainnya ke dalam sirkulasi maternal yang menyebabkan
kolaps kardiorespirasi.
● Emboli air ketuban dapat terjadi selama kehamilan dan persalinan atau segera setelah
melahirkan.
● Kemungkinan terjadi jika ketuban sudah pecah, his kuat, dan pembuluh darah yang
terbuka (sectio , luka rahim). Kejadian tidak dapat diprediksi dan dicegah.
Epidemiologi
● Insidensi dari emboli air ketuban tidak diketahui secara pasti karena tidak
akuratnya laporan mortalitas maternal, terbatasnya data tentang kasus-kasus yang
tidak fatal dan kenyataan bahwa emboli air ketuban sulit diidentifikasi. Tetapi tetap
dilaporkan bahwa angka kejadian emboli air ketuban sekitar 1:8000–1:80.000
kehamilan.

● Insidensi emboli air ketuban dilaporkan lebih tinggi pada pasien yang menjalani
operasi sesar (22/100.000 kelahiran) dibandingkan pada pasien yang melahirkan
pervaginam (8/100.000
● kelahiran).

● Insidensi juga meningkat lebih tinggi secara signifikan pada wanita umur 30–39
tahun (17/100.000) dibandingkan wanita umur 15–29 tahun (8/100.000).
Faktor Predisposisi
● Rapid labor
● Meconium-stained fluid
● Luka uterus dan vena besar di pelvis → membuat adanya pertukaran cairan antara
kompartemen maternal dan fetal
● Usia >35 tahun
● Induksi labor atau augmentasi
● Preeklampsia
● Seksio sesarea
● Forceps atau vacuum delivery
Patofisiologi
Emboli air ketuban sebenarnya merupakan reaksi sistem imun terhadap antigen janin yang terdapat dalam
cairan ketuban, bukan hanya sekedar proses emboli. Emboli air ketuban disebabkan karena antigen janin
dalam cairan ketuban merangsang pelepasan mediator mediator imun endogen sehingga menyebabkan reaksi
anafilaksis. Cairan ketuban mengandung komponen yang bervariasi dan komponen-komponen ini yang
berperan dalam patofisiologi emboli air ketuban melalui mekanisme yang berbeda-beda. Untuk mediator
biokimia dalam bentuk larutan menyebabkan gambaran reaksi anafilaksis dengan banyak sistem yang terlibat,
sedangkan mediator biokimia dalam bentuk suspensi bertanggung jawab hanya efek minor yang menyebabkan
obstruksi mekanik yang nyata. Respon terhadap emboli air ketuban itu ada 2 fase, yaitu:

Fase I
cairan ketuban dan sel-sel janin masuk ke dalam sirkulasi maternal menyebabkan dilepasnya mediator-mediator biokimia
yang mengakibatkan vasospasme arteri pulmonal yang diikuti dengan hipertensi pulmonal. Hal ini menyebabkan tekanan di
ventrikel kanan meningkat dan terjadi disfungsi ventrikel kanan, kemudian akan menyebabkan hipoksemia dan hipotensi,
selanjutnya akan mengakibatkan kerusakan otot jantung dan pembuluh darah paru.

Fase II
timbul pada pasien yang mampu bertahan dari fase awal. Di fase ini akan timbul gagal jantung kiri dan udem paru.
Mediator-mediator biokimia juga akan merangsang terjadinya DIC yang akan menyebabkan perdarahan masif dan atonia uteri.
Manifestasi klinis
● Sesak napas secara tiba-tiba / nafas berat
● Sianosis
● Mual dan muntah
● Kejang
● Syok (hipotensi)
● Relaksasi otot-otot rahim dengan perdarahan pascasalin
Diagnosis
Kriteria diagnostik emboli air ketuban meliputi:

1. Hipotensi akut atau henti jantung


2. Hipoksia akut ditandai dengan dispnea, sianosis atau henti nafas.
3. Koagulopati, ditandai dengan hasil pemeriksaan laboratorium atau fibrinolisis atau
perdarahan yang berat tanpa ada sebab yang jelas
4. Timbulnya tanda dan gejala seperti tersebut diatas terjadi selama persalinan, operasi
sesar atau dilatasi dan evakuasi atau dalam 30 menit postpartum, tidak ada kelainan lain
yang bisa menjelaskan timbulnya gejala-gejala dan tanda yang didapat
Tatalaksana
Prinsip tatalaksana:

1. Pengenalan dini emboli ketuban


2. Penatalaksanaan emboli (suportif)
3. Pengeluaran janin

Terapi suportif yang dapat diberikan:

4. Terapi hipoksia dengan oksigen 100%


5. Terapi hipotensi dengan resusitasi cairan isotonis dan vasopresor
6. Terapi memperbaiki kontraktilitas ventrikel kiri dengan cairan dan inotropik
7. Terapi DIC dan koagulopati dengan FFP, cryoprecipitate, fibrinogen dan factor
replacement
8. Terapi perdarahan dengan tranfusi PRC dan trombositopeni dengan trombosit
Prognosis dan mortalitas

Prognosis dan mortalitas emboli air ketuban telah membaik secara signifikan dengan diagnosis
awal dan penanganan resusitasi secara cepat dan tepat, disamping kemajuan teknologi dalam
critical care life support. Walaupun demikian, sekitar 61% pasien yang selamat, sebagian besar
memiliki kerusakan neurologis permanen akibat hipoksia (permanent hypoxia-induced
neurological damage). Mortalitas fetal sekitar 21% dan 50% dari yang berhasil selamat
mengalami kerusakan neurologis yang permanen
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai