Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PMS HERPES SIMLEX

DISUSUN OLEH :
DIAN ZUATNA MUNTHE
FRANSISKA RIATI NOVA .S
ZURAIDAH
YUSNIDAR
BAB I
PENDAHULUAN
 
Latar Belakang
Herpes merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan
seksual. Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30 jenis
mikroba (bakteri, virus danparasit) yang dapat ditularkan
melalui hubungan seksual. Herpes dapat juga ditularkan dari
ibu keanaknya selama kehamilan dan kelahiran, dan melalui
darah serta jaringan tubuh. Jenis Herpes sangat berpengaruh
pada pada tingkat seseorang pada umumnya dan kondisi
kesehatan reproduksi pada khususnya karena pada umunya
berbagai infeksi dan berkaitan dengan system reproduksi
manusia. Bahkan dapat berdampak kematian, sampai sekarang
masih menjadi masalah kesehatan, sosial maupun ekonomi
berbagai negara Pada tahun 2009 WHO memperkirakan bahwa
herpes menyebabkan kematian lebih dari 15 juta orang sejak
ditemukan penyakit herpes (WHO, 2007).
Di Indonesia tahun 2008,infeksi herpes sebanyak 37,4 %
dikota Surabaya prevalensi infeksi Herpes 19,8 %
sedangkan dikota Jakarta tercatat prevalensi infeksi
Herpes 29,8 %. Peningkatan ini terbukti sejak tahun 2003
meningkat 15,4% sedangkan pada tahun 2004 terus
menunjukkan peningkatan 18,9%, sementara pada tahun
2009 meningkat menjadi 22,1%. Kecendrungan
meningkatnya penyebaran penyakit ini disebabkan
prilakuseksual yang bergonta-ganti pasangan, dan adanya
hubungan seksual pranikah dan diluar nikah yang cukup
tinggi.Kebanyakan penderita adalah remaja usia 15-29
tahun, tetapi ada juga bayi yang tertular karena tertular
dari ibunya (Lestari, 2008).
Data yang diperoleh dari RSUP H. Adam Malik Medan jumlah pasien
yang mengalami Herpes di tahun 2010 mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2009 dan 2010. Pada tahun 2009 tercatat sebanyak
672 kasus sedangkan pada tahun 2010 tercatat sebanyak 723 orang.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Medan tahun 2010 tercatat 111
orang sedangkan di Puskesmas Delitua tercatat 78 kasus. Dan sebagian
penderita adalah remaja putri yaitu sebanyak 20 orang . (Dinkes
Medan, 2010).
 
Tujuan
1. Mengetahui penyebab dan etiologi penyakit herpes simpleks.
2. Mengetahui gejala dan penatalaksanaan penyakit herpes simpleks
3. Mengetahui komplikasi dan pencegahan penyakit herpes simpleks
 

 
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Herpes Simplekx


Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan
oleh herpes simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II yang
ditandai dengan adanya vesikel yang berkelompok di
atas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah
dekat mukokutan (Handoko, 2010).  
2.2 Epidemiologi Herpes Simpleks

Penyakit herpes simpleks tersebar kosmopolit dan


menyerang baik pria maupun wanita dengan frekuensi yang
tidak berbeda. Infeksi primer oleh herpes simpleks virus
(HSV) tipe I biasa pada usia anak-anak, sedangkan infeksi
HSV tipe II biasa terjadi pada dekade II atau III dan
berhubungan dengan peningkatan aktivitas seksual
(Handoko, 2010). Infeksi genital yang berulang 6 kali lebih
sering daripada infeksi berulang pada oral-labial; infeksi HSV
tipe II pada daerah genital lebih sering kambuh daripada
infeksi HSV tipe I di daerah genital; dan infeksi HSV tipe I
pada oral-labial lebih sering kambuh daripada infeksi HSV
tipe II di daerah oral.Walaupun begitu infeksi dapat terjadi
di mana saja pada kulit dan infeksi pada satu area tidak
menutup kemungkinan bahwa infeksi dapat menyebar
ke bagian lain (Habif, 2004).  
2.3 Etiologi Herpes Simpleks

Herpes simpleks virus (HSV) tipe I dan II merupakan virus herpes hominis
yang merupakan virus DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan
karakteristik pertumbuhan pada media kultur, antigenic marker dan
lokasi klinis tempat predileksi (Handoko, 2010). HSV tipe I sering
dihubungkan dengan infeksi oral sedangkan HSV tipe II dihubungkan
dengan infeksi genital. Semakin seringnya infeksi HSV tipe I di daerah
genital dan infeksi HSV tipe II di daerah oral kemungkinan disebabkan
oleh kontak seksual dengan cara oral-genital (Habif, 2004).
Menurut Wolff (2007) infeksi HSV tipe I pada daerah labialis 80-90%,
urogenital 10-30%, herpetic whitlow pada usia< 20 tahun, dan neonatal
30%. Sedangkan HSV tipe II di daerah labialis 10-20%, urogenital 70-90%,
herpetic whitlow pada usia> 20 tahun, dan neonatal 70%.
2.4 Patogenesis Herpes Simpleks

Infeksi primer: HSV masuk melalui defek kecil pada kulit atau mukosa
dan bereplikasi lokal lalu menyebar melalui akson ke ganglia sensoris dan
terus
bereplikasi. Dengan penyebaran sentrifugal oleh saraf-saraf lainnya
menginfeksi
daerah yang lebih luas. Setelah infeksi primer HSV masuk dalam masa
laten di ganglia sensoris (Sterry, 2006).
2.5 Gejala Klinis Herpes Simpleks
Infeksi herpes simpleks virus berlangsung dalam tiga tahap:
infeksi primer, fase laten dan infeksi rekuren. Pada infeksi
primer herpes simpleks tipe I tempat predileksinya pada
daerah mulut dan hidung pada usia anak-anak. Sedangkan
infeksi primer herpes simpleks virus tipe II tempat
predileksinya daerah pinggang ke bawah terutama daerah
genital.Infeksi primer berlangsung lebih lama dan lebih
berat sekitar tiga minggu dan sering disertai gejala
sistemik, misalnya demam, malaise dan anoreksia. Kelainan
klinis yang dijumpai berupa vesikel berkelompok di atas
kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat
mengalami ulserasi (Handoko, 2010).
2.6 Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks

Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi
HSV.Dengan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko,
2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada
dasar vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian
biarkan mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau
dipanaskan.Selanjutnya beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright,
Giemsa) selama beberapa detik, cuci dan keringkan, beri
minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif
terinfeksi hasilnya
berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna
biru.
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur
(Sterry, 2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked
immunosorbent assay (ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan
siapa yang telah terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar
menularkan infeksi (McPhee, 2007).  
2.6 Pemeriksaan Penunjang Herpes Simpleks

Herpes simpleks virus (HSV) dapat ditemukan pada vesikel dan dapat
dibiakkan.Pada keadaan tidak ada lesi dapat diperiksa antibodi
HSV.Dengan tes Tzanck dengan pewarnaan Giemsa dapat ditemukan
sel datia berinti banyak dan badan inklusi intranuklear (Handoko,
2010).
Tes Tzanck dapat diselesaikan dalam waktu 30 menit atau kurang.
Caranya dengan membuka vesikel dan korek dengan lembut pada dasar
vesikel tersebut lalu letakkan pada gelas obyek kemudian biarkan
mongering sambil difiksasi dengan alkohol atau dipanaskan.Selanjutnya
beri pewarnaan (5% methylene blue, Wright, Giemsa) selama beberapa
detik, cuci dan keringkan, beri
minyak emersi dan tutupi dengan gelas penutup. Jika positif
terinfeksi hasilnya
berupa keratinosit yang multinuklear dan berukuran besar berwarna
biru.
Identifikasi virus dengan PCR, mikroskop elektron, atau kultur (Sterry,
2006). Tes serologi menggunakan enzyme-linked immunosorbent assay
(ELISA) spesifik HSV tipe II dapat membedakan siapa yang telah
terinfeksi dan siapa yang berpotensi besar menularkan infeksi
(McPhee, 2007).  
2.7 Penatalaksanaan Herpes Simpleks

Pada lesi yang dini dapat digunakan obat topikal berupa salap/krim
yang
mengandung preparat idoksuridin (stoxil, viruguent, virunguent-P)
atau preparat
asiklovir (zovirax).Pengobatan oral preparat asiklovir dengan dosis
5x200mg per
hari selama 5 hari mempersingkat kelangsungan penyakit dan
memperpanjang
masa rekuren.Pemberian parenteral asiklovir atau preparat adenine
arabinosid (vitarabin) dengan tujuan penyakit yang lebih berat
atau terjadi komplikasi pada
organ dalam (Handoko, 2010).
Untuk terapi sistemik digunakan asiklovir, valasiklovir, atau
famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren enam kali dalam
setahun, pertimbangkan untuk menggunakan asiklovir 400 mg atau
valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama satu tahun. Untuk obat
oles digunakan lotion zinc oxide atau calamine. Pada wanita hamil
diberi vaksin HSV sedangkan pada bayi yang terinfeksi HSV
disuntikkan asiklovir intra vena (Sterry, 2006).
2.8 Komplikasi Herpes Simpleks
Komplikasinya yaitu: pioderma, ekzema herpetikum,
herpeticwhithlow, herpes gladiatorum (pada pegulat yang menular
melalui kontak), esophagitis, infeksi neonatus, keratitis, dan
ensefalitis
Menurut Hunter (2003) komplikasi herpes simpleks adalah herpes
ensefalitis atau meningitis tanpa ada kelainan kulit dahulu, vesikel
yang menyebar luas ke seluruh tubuh, ekzema herpeticum, jaringan
parut, dan eritema multiforme.
2.9 Pencegahan Penyakit Herper Simpleks
Pencegahan herpes genitalis tentu dilakukan dari diri kita sendiri dan
keluarga. Agar penyakit herpes genitalis tidak menular diantara
anggota keluarga. Salah satu pencegahan herpes genitalis adalah
dengan tidak melakukan kontak fisik terutama hubungan seksual
dengan penderita herpes gentialis. Cara pencegahan yang dapat
dilakukan antara lain:
Penggunaan kondom saat melakukan hubungan seksual.
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual dapat
menjadi pencegahan herpes genitalis yang paling sederhana dan
mudah. Hal ini karena herpes genitalis ditularkan melalui alat
kelamin.
Tindakan pencegahan herpes genitalis lainnya adalah
dengan melindungi diri dari kontak kulit secara
langsung dengan daerah lain pada kulit individu yang
terinfeksi selama terjadi hubungan seksual.
Gunakan obat antivirus
Beberapa obat antivirus bisa menjadi pencegah
herpes genitalis menulari seseorang. Penggunaan
obat antivirus ini dibarengi dengan menggunakan
kondom dan dental dam secara bersama-sama. Hal
ini dapat membantu mengurangi kemungkinan
terjadinya penularan virus herpes simpleks tipe 2
dari satu individu yang terinfeksi penyakit herpes
genitalis kepada individu lain yang tidak terinfeksi. 
 
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh herpes
simpleks virus (HSV) tipe I atau tipe II.
Gejala herpes secara klinis dijumpai berupa vesikel berkelompok
di atas kulit yang sembab dan eritematosa, berisi cairan jernih dan
menjadi seropurulen, dapat menjadi krusta dan dapat mengalami
ulserasi.
Penanganan untuk herpes simpleks sistemik digunakan asiklovir,
valasiklovir, atau famsiklovir. Jika pasien mengalami rekuren
enam kali dalam setahun, pertimbangkan untuk menggunakan
asiklovir 400 mg atau valasiklovir 1000 mg oral setiap hari selama
satu tahun.
 
Saran
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat karena herpes tidak akan
terjadi bila individu menjaga perilaku seksualnya.
2. Mensosialisasikan penggunaan kondom.
3. Pemeriksaan dini terhadap penderita herpes simpleks agar tidak
menularkan kepada orang lain.
THANK YOU….

Anda mungkin juga menyukai