Anda di halaman 1dari 10

ADAB DAN AKHLAK

ORANG SAKIT

TRISNAWATY, S.PSI.,M.PSI.,PSIKOLOG
ADAB
Defenisi Adab

1. Dalam bahasa Arab, kata adab merupakan bentuk kata benda dari k
ata kerja adaba yang berarti kesopanan, sopan santun, tata krama,
moral, nilai-nilai, yang dianggap baik oleh masyarakat dan agama
2. Norma atau aturan mengenai sopan santun yang didasarkan atas at
uran agama. Norma tentang adab ini digunakan dalam pergaulan a
ntarmanusia, antartetangga, dan antarkaum.
3. Menjaga batas antara berlebihan dengan meremehkan dan mengetah
ui bahaya pelanggaran
Adab bagi orang sakit dan yang menjenguk

Adab si sakit
 Mengganti keluhan sakit dengan dengan berdzikir, istighfar dan ta’abbud (beribada
h) kepada Allah namun boleh mengeluhkan sakit kepada dokter atatau orang yan
g dapat dipercaya tentang sakit dan derita yang dialaminya, selama bukan karena
kesal maupun keluh kesah.
 Hendaknya meletakkan tangannya pada bagian yang sakit kemudian mengucapka
n do’a dari hadits (yang shahih) seperti:
ِ ‫بسْ ِم‬.ِ “
‫هللا‬
Dengan menyebut Nama Allah (tiga kali).”
Kemudian mengucapkan sebanyak tujuh kali: ‫ج ُد َوأ ُ َحا ِذ ُر‬
ِ َ‫هلل َوقُ ْد َرتِ ِه ْمِن َش رِّ َما أ‬
ِ ‫أَع ُْو ُذ ِب ا‬. “A
ku berlindung kepada Allah dan kepada kekuasaan-Nya dari keburukan apa yang aku
temui dan aku hind ari.” [HR. Muslim no. 2022 (67)]
 Hendaknya orang yang sakit merasa ridha dengan ketatapan Allah  ta’ala, b
ersabar atasnya serta berprasangka baik kepada Allah bahwa ketetapan All
ah itu pasti baik. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda
,‫عجبا ألمر المؤمن إن أمره كله خير وليس ذاك ألحد إال للمؤمن إن أصابته سراء شكر فكانخيرا له وإن أصابته ضراء‬
‫صبر فكانخيرا له‬
“Sungguh menakjubkan perkara seorang mukmin. Semua perkara (yang meni
mpanya) adalah kebaikan baginya dan tidaklah hal ini terjadi kecuali hanya pa
da diri seorang mukmin. Jika dia tertimpa kebahagiaan dia bersyukur maka ha
l ini adalah baik baginya. Dan jika tertimpa musibah dia bersabar maka itu jug
a baik baginya.” (HR. Muslim)
Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga bersabda,
‫ال يموتن أحدكم إال وهو يحسن الظن بالله عز و جل‬
“Janganlah salah seorang diantara kalian mati kecuali dalam keadaan berprasa
ngka baik kepada Allah Ta’ala”. [1]
 Sekalipun sakit yang dideritanya bertambah parah akan tetapi tetap tidak diperbol
ehkan untuk mengharapkan kematian. berdasarkan hadits Ummul fadhl  radhiallah
u’anha,Bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masuk menemui mereka
sementara itu Abbas, paman Rasulullah shallallahu’alaihiwasallam sedang mengelu
h, diapun berharap segera mati kemudian Rasulullah shallallahu’alai wasallam berk
ata,
‘Wahai Pamanku! Janganlah engkau mengharap kematian. Karena sesungguhnya jika e
ngkau adalah orang yang memiliki banyak kebaikan dan (waktu kematianmu) diakhirk
an maka kebaikanmu akan bertambah dan itu lebih baik bagimu. Begitu juga sebalikn
ya, jika engkau orang yang banyak keburukannya dan (waktu kematianmu) diakhirkan
maka engkau bisa bertaubat darinya maka ini juga baik bagimu. Maka janganlah sekal
i-kali engkau mengharapkan kematian’ .
Hadits ini dikeluarkan oleh Imam Ahmad (6/339), Abu Ya’la (7076), dan Al-Hakim (1/33
9) beliau berkata, “Hadits ini shahih dengan syarat dua syaikh (Imam Bukhari dan Ima
m Muslim).”
 Berusaha untuk meminta kehalalan atas barang-barang yang masih menjadi tang
gungannya, barang yang menjadi hutangnya atau yang pernah dirampas dari pe
miliknya, menuliskan wasiat dengan menjelaskan apa-apa yang merupakan milik
nya, hak-hak manusia yang harus dipenuhinya, juga wajib baginya untuk mewasi
atkan harta-harta yang bukan merupakan bagian dari warisannya, tanpa merugik
an hak-hak warisnya.
 Tidak boleh menggantungkan jampi-jampi, jimat-jimat, dan semua yang mengan
dung kesyirikan
 Hendaknya bersegera untuk bertaubat secara sungguh-sungguh dengan memen
uhi syarat-syaratnya dan senantiasa memperbanyak amalan shalih.

 Hendaknya berhusnuzhzhan (berprasangka baik) kepada Allah dan berusaha me


ndekatkan diri kepada-Nya dengan menggabungkan antara takut dan pengharap
an, serta disertai amalan yang ikhlas. Hal ini berda-sarkan sabda Rasulullah Shall
allahu ‘alaihi wa sallam: ‫ َال َ ي ُموْت ََّن َأحَد ُُك ْم ِ إ َّال َوهُ َو ُ يحْس ُِن الظّ ََن ِ بال ِه‬. “
Janganlah seorang di antara (menginginkan) kematian kecuali dalam keadaan berpra
sangka baik kepada Allah.” [HR. Muslim no. 2877, Abu Dawud no. 3113]
Adab yang menjenguk si sakit
 Hendaknya dalam mengunjungi orang yang sakit diiringi dengan niat yang ikhlas
dan tujuan yang baik.
ً‫ت وَطَابَ مَمْشَاكَ وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِال‬
َ ْ‫“ مَنْ عَادَ مَرِيْضاً أَوْ زَارَ أَخاً لَهُ فِي اللهِ أَيْ فِ ْي سَبِيْلِ اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ بِأَنْ طِب‬
Barangsiapa mengunjungi orang yang sakit atau mengunjungi saudaranya karena All
ah atau di jalan Allah, akan ada yang menyeru kepadanya, ‘Engkau telah berlaku muli
a dan mulia pula langkahmu (dalam mengunjunginya), serta akan kau tempati rumah
di Surga.” [HR. At-Tirmidzi no. 2008, Ibnu Majah no. 1433, hasan. Lihat Misykaatul Ma
shaabih no. 5015 oleh Imam al-Albani]

 Hendaknya memperhatikan situasi dan kondisi yang sesuai ketika hendak menjen
guk. Janganlah memberatkan orang yang dijenguk dan pilihlah waktu yang tepat.
Jika orang yang sakit dirawat di rumah hendaknya meminta izin terlebih dahulu s
ebelum menjenguknya, mengetuk pintu rumahnya dengan pelan, menundukkan
pandangannya, menyebutkan perihal dirinya, dan tidak berlama-lama karena bisa
jadi itu dapat membuatnya lelah
 Hendaknya orang yang menjenguk mendo’akan orang yang sakit dengan kesembu
han dan kesehatan. Hal ini berdasarkan hadits berikut ini:
ُ‫ الَ بَأْسَ طَهُوْرٌ إِنْ شَاءَ الله‬:َ‫إِذَا دَخَلَ عَلَى مَنْ يَعُوْدُ قَال‬. “
Apabila beliau mengunjungi orang yang sakit, beliau berkata, ‘laa ba’-sa thahuurun ins
yaa Allaah (tidak mengapa semoga sakitmu ini membuat dosamu bersih, insya Allah).’”
[HR. Al-Bukhari no. 5656]

 Mengusap bagian yang sakit dengan tangan kanan dan mengucapkan:


ً‫شفَاؤُكَ شِفَاءً الَ يُغَادِرُ سَقَما‬ ِ ِ‫اللَّهُمَّ رَبَّ النَّاسِ أَذْه‬. “
ِ َّ‫ب الْبَأْسَ وَاشْفِ أَ ْنتَ الشَّافِيْ الَ شِفَاءَ إِال‬
Ya Allah, Rabb pemelihara manusia, hilangkanlah penyakit ini dan sembuhkanlah, Eng
kau-lah Yang Maha menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesemb
uhan dari-Mu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sedikitpun penyakit.” [HR. Al-Bu
khari no. 5743 dan Muslim no. 2191 (46). Dan lafazh seperti ini berdasarkan riwayat M
uslim]

 Hendaknya menundukkan pandangan (tidak menatap dengan tajam), sedikit berta


nya, menunjukkan belas kasih kepada yang sakit, menasehatinya untuk senantiasa
bersabar terhadap penderitaan sakitnya karena hal itu mengandung pahala yang b
esar dan mengingatkan agar tidak berkeluh kesah karena hal tersebut hanya akan
menimbulkan dosa dan menghilangkan pahala.
Sumber:
Abdul Hamid bin ‘Abdirrahman as-Suhaibani, Judul dalam Bahasa Indonesia A
dab Harian Muslim Teladan, Penerjemah Zaki Rahmawan, Penerbit Pustaka Ibn
u Katsir Bogor, Cetakan Kedua Shafar 1427H – Maret 2006M
Tugas thibbun nabawi dan dokter muslim
Kelompok 1: hukum Islam tentang transplasi organ
Kelompok 2: hukum Islam tentang penggunaan organ tubuh buatan
Kelompok 3: hukum islam tentang aborsi
Kelompok 4: hukum Islam tentang euthanasia
Kelompok 5: hukum Islam tentang kemajuan sains
Kelompok 6: hukum Islam tentang kaidah dan prinsip Islam
Kelompok 7: hukum Islam tentang kondisi darurat dan pandangannya
Kelompok 8: hukum Islam tentang kloning
Kelompok 9 : hukum Islam tentang bayi tabung
Kelompok 10: hukum Islam tentang inseminasi

Anda mungkin juga menyukai