SEJARAH PERBANKAN Pada zaman Babilonia (kurang lebih tahun 2000 sebelum Masehi) praktik perbankan didominasi dengan transaksi peminjamaan emas dan perak pada kalangan pedagang yang membutuhkan dengan tingkat bunga 20% perbulan. Bank yang melakukan praktik ini disebut Temples of Babylon. LANJUT Kurang lebih 500 tahunn sebelum masehi, praktik perbankan yunani mulai berkembang. Praktik perbankan pada saat itu antara lain adalah menerima simpanan uang dari masyarakat dan menyakurkan pada kalangan bisnis. Pihak Bank mendapatkan penghasilkan dengan menarik biaya dari jasa penyimpanan uang masyarakat. Pada era ini mulai muncul Bank-Bank swasta. Pada zaman romawi, praktik perbankan meliputi praktik tukar menukar uang, menerima deposito, memberi kredit dan melakukan tranfer dana. Ini menunjukkan perkembangan praktik-praktik perbankan. LANJUT Era perbankan modern dimulai pada abad ke-16 di Inggris, Belanda, dan Belgia. Pada saat itu para tukang emas bersedia menerima uang logam (emas dan perak) untuk di simpan. Tanda bukti penyimpanan emas ini ditunjukan dengan surat deposito yang disebut Goldsmith’s Note.dalam perkembangan selanjutnya, Goldsmith’s Note ini digunakan sebagai alat pembayaran. Para tukang uang mulai mengeluarkan Goldsmit’s Note yang tidak didukung dengan cadangan emas atau perak dan diterima sebagai alat pembayaran yang sah dalam transaksi bisnis. Inilah cikal-bakal munculnya uang kertas. DEFINISI BANK Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1988 yang dimaksud dengan Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan meyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. TUGAS BANK UMUM 1. Menghimpun dana dari tabungan masayarakat (tabungan) 2. Menyediakan dana untuk pinjaman (kredit) 3. Menyediakan jasa lalu lintas pembayaran. 4. Menciptakan uang giral (cek, giro, kartu kredit, wesel pos). 5. Menyediakan fasilitas untuk memperlancar perdagangan luar negeri 6. Menyediakan jasa-jasa trusty (wali amanat) 7. Menyediakan berbagai jasa yang bersifat “off balance sheet” seperti jasa safety deposit boxes, inkaso, pialang, save keeping, garansi bank, dll PENGERTIAN Kesehatan Bank dapat diartikan sebagai kemampuan suatu Bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. KEGIATAN BANK A. Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain, dan dari modal sendiri; B. Kemampuan mengelola dana; C. Kemampuan untuk menyalurkan dana kemasyarakat; D. Kemampuan memenuhi kewajuban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lainnya; E. Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku TINGKAT KESEHATAN BANK DARI ASPEK KINERJA Indikator Penilaian penilaian A. Aspek Permodalan, B. Aspek kualitas aset, C. Aspek manajemen, D. Aspek rentabilitas, E. Aspek likuiditas, dan F. Aspek sensitivitas terhadap risiko pasar. ASPEK PERMODALAN ASPEK KUALITAS ASET ASPEK MANAJEMEN ASPKE LIKUIDITAS ASPEK RENTABILITAS ASPEK SENSITIVITAS BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahin 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, pembina dan pengawasan Bank dilakukan oleh Bank Indonesia. UNDANG-UNDANG BI MENETAPKAN Bank wajib memelihara tingkat kesehatan Bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuditas, rentablitas, solvabilitas dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha Bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian. Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, Bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan Bank dan kepentingan nasabah yang mempercayakan dananya kepada Bank. LANJUT Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia, segala keterangan dan penjelasan mengenai usahannya menurut tata cara yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Bank atas permintaan Bank Indonesia, wajib memberikan kesempatan bagi pemeriksa buku- buku dan berkas-berkas yang ada padanya, serta wajib memberikan bantuan yang diperlukan dalam rangka memperoleh kebenaran dari segala keterangan, dokumen dan penjelasan yang dilaporkan oleh Bank bersangkutan LANJUT Bank Indonesia melakukan pemeriksaan terhadap Bank, baik secara berkala maupun setiap waktu apabila diperlukan. Bank Indonesia dapat menugaskan akuntan publik untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksankan pemerikasaan terhadap Bank bersangkutan. Bank wajib menyampaikan kepada Bank Indonesia neraca,perhitungan laba rugi tahunan dan penjelasannya, serta laporan berkala lainnya, dalam waktu dan bentuk yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. LANJUT Bank wajib melakukan tingkat penilaian kesehatan secar triwulanan untuk posisi bulan maret, juni, septemeber dan desember. Apabila diperlukan Bank Indonesia meminta hasil penilaian tersebut terutama untuk menguji ketepatan dan kecukupan hasil analisi Bank. Penilaian tingkat kesehatan ini dimaksud diselesaikan selambat-lambatnya 1(satu) bulan setalah posisi penilaian atau dalam jangka waktu yang ditetapkan oleh pengawas Bank terkait. RAHASIA BANK Dasar dari kegiatan perbankan adalah kepercayaan. Tanpa adanya kepercyaan dari masyarakat terhadap Bank dan juga sebaliknya maka kegiatan perbankan tidak akan dapat berjalan dengan baik. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhui kadar kepercayaan masyarakat kepada Bank adalah terjamin atau tidaknya rahasia Nasabah yang ada di Bank. Data nasabah yang berada di Bank, baik data keuangan maupun nonkeuangan, SIFAT RAHASIA BANK Bersifat mutlak, bank berkewajiban menyimpan rahasia nasabah yg diketahui oleh bank krn kegiatan usahanya dalam keadaan apapun, biasa atau keadaan luar biasa. Terlalu mementingkan individu, shg kepentingan negara dan masy terabaikan (Swiss). Bersifat nisbi atau relatif, bank diperbolehkan membuka rahasia nasabahnya, bila untuk suatu kepentingan mendesak, misalnya kepentingan negara. DASAR HUKUM Dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 yang dimaksud dengan rahsia Bank adalah: “segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan hal-hal lain dari Nasabah Bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan” PERUBAHAN DASAR HUKUM Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, namun penjelasan tersebut tetap kurang secara jelas menyelesaikan permasalahan tersebut. Penjelasan pasal 40 tersebut adalah sebagai berikut : ‘apabila nasabah Bank adalah nasabah penyimpanan yang sekaligus juga sebagai nasabah debitUr, Bank wajib tetap merahasiakan keterangan tentang nasabah dalam kedudukannya sebagai nasabah penyimpan. Keterangan mengenai nasabah selain sebagai nasabah penyimpan,bukan merupakan keterangan yang wajib dirahasiakan Bank.’ UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1992 DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 1998 MENGATUR RAHASIA BANK
Secara lebih rinci Undang-Undang nomor 7 tahun 1992
dan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 mengatur rahasia Bank sebagai berikut: a.Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya b. Bank wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya c.Kentetuan tersebut berlaku pula bagi pihak terafiliasi. LANJUT Pihak terafiliasi adalah: 1. Anggota dewan komisaris, pengawas,direksi atau kuasanya, pejabat atau karyawan Bank 2. Anggota penggurs, pengawasan, pengelola atau kuasanya,pejabat atau karyawan Bank, khusus bagi Bank berbentuk hukum koperasi yang sesuai peraturan perundang-undang yang berlaku 3. Pihak yang memebrikan jasanya kepada Bank, antara lain akuntan publik,penilai,konsultan hukum dan konsultan lainnya. 4. Pihak yang menurut dan keluaraganya, keluarga komisaris,keluarga pengawas,keluarga direksi, keluarga pengurus. CIF (CUSTOMER INFORMATION FILE) Adalah salah satu media dari sistem di bank yang mempunyai fungsi untuk mencatat dan menyimpan serta mempermudah bank dalam melihat data pribadi, data keuangan dan data terkait nasabah lainya. ketiga data tersebut biasa disebut sebagai 3 poin CIF. Dan ketiga data informasi tersebut merupakan rahasia bank. PERATURAN BI Merujuk pada Peraturan Bank Indonesia No. 14/27/PBI/2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme Bagi Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesia (SEBI) 15/21/DPNP tanggal 14-06-2013 tentang Pedoman Standar Penerapan Program APU dan PPT Bagi Bank Umum, khususnya Bab V Sistem Manajemen Informasi Pasal 43 ayat 2 disebutkan bahwa : Bank wajib memiliki dan memelihara profil Nasabah secara terpadu (Single Customer Identification File), paling kurang meliputi informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, Pasal 17 dan Pasal 18 ayat (1). DUPLIKASI CIF Ada beberapa alasan yang menjadi penyebab terjadinya duplikasi CIF, antara lain : 1. Faktor kesengajaan yang dilakukan oleh petugas Customer Service atau atas permintaan pemasar. 2. Faktor kekurangpahaman dalam memahami proses pembuatan CIF. 3. Faktor aplikasi dalam pembuatan rekening secara bulk / kolektif. 4. Faktor teknologi yang mungkin menyebabkan kesulitan dalam pencarian CIF yang sudah ada. DATA INFORMASI CIF DATA PRIBADI NASABAH DATA KEUANGAN NASABAH DATA NASABAH TERKAIT PENGKINIAN DATA CIF Tujuan penyatuan CIF adalah untuk memenuhi aspek kepatuhan terhadap ketentuan Bank Indonesia seperti yang telah disebutkan di atas. Disamping itu, penyatuan CIF bertujuan untuk : 1. Menghasilkan informasi yang lengkap tentang nasabah (single view customer / customer view 360o) untuk menunjang program customer centric. 2. Mendukung pengambilan keputusan secara akurat dan cepat. 3. Meningkatkan akurasi pengukuran kinerja pemasaran. 4. Mengurangi biaya yang timbul baik dari sisi pengelolaan system informasi, operasional maupun sumber daya manusia akibat duplikasi pekerjaan (pengkinian data, pengiriman rekening koran, pelaporan, dll.). 5. Mengurangi konflik antara unit/pihak yang berkepentingan terhadap data CIF. PENGGANDAAN CIF PENGECUALIAN RAHASIA BANK Dalam situasi atau keadaan tertentu sesuai dengan undang-undang, data nasabah diBank dapat saja tidak harus dirahasiakan lagi. Pengecualian terhdap rahasia Bank tersebut meliputi: Kepentingan Perpajakan Penyelesaian piutang Bank yang diserahkan ke BUPLN Kepentingan peradilan dalam perkara pidana Perkara perdata antara Bank dengan nasabahnya Tukar menukar infomasi antar Bank Atas permintaan,persetujuan, atau kuasa nasabah penyimpanan yang dibuat secata tertulis Dalam hal nasabah penyimpan telah meninggal dunia TERIMA KASIH 29/09/20