Anda di halaman 1dari 20

Hukum Bisnis

Persaingan
Usaha
Aldi Hendrawan (20/454779/EK/22743)
Alysia Citta Paramitha (20/454780/EK/22744)
Dzaky Ramadani (20/454786/EK/22750)
Gentur Christian (20/454787/EK/22751)
PERTANYAAN

Apakah PT. Singgalang, PT. Marapi, dan PT.


Singkarak memenuhi kriteria sebagai
pelaku usaha menurut UU No 5 Tahun 1999
01
tentang
Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha
Tidak Sehat?

Jelaskan jawaban Saudara!


Menurut pasal 1 ayat 5 UU no 5 tahun UL AN
S I M P
1999, KE
pelaku usaha adalah setiap orang
perorangan atau badan usaha, baik yang
berbentuk badan hukum atau bukan badan Berdasarkan pasal tersebut, dapat
hukum yang didirikan dan berkedudukan disimpulkan bahwa PT Singgalang,
atau melakukan kegiatan dalam wilayah PT. Marapi, dan PT. Singkarak
hukum negara Republik Indonesia, baik merupakan pelaku usaha karena
sendiri maupun bersama-sama melalui telah memenuhi syarat sesuai
perjanjian, menyelenggarakan berbagai dengan pasal 1 ayat 5 UU no 5
kegiatan usaha dalam bidang . tahun 1999. Mereka adalah
perusahaan berbadan hukum yang
melaksanakan kegiatan ekonomi
yaitu sebagai produsen .
Pertanyaan 02
Apakah yang dimaksud dengan
pangsa pasar dan pasar
bersangkutan? Menurut Saudara,
apakah Incandescent Light Bulbs
(Lampu Pijar), Compact
Fluorescent Light (Lampu TL), dan
Light Emiting Dioda (LED),
sebagaimana tersebut di atas,
berada dalam pasar bersangkutan
yang sama?
Menurut pasal 1 ayat 13 UU no 5 tahun
1999, Pangsa pasar adalah persentase
nilai jual atau beli barang atau jasa
tertentu yang dikuasai oleh pelaku
usaha pada pasar bersangkutan dalam
tahun kalender tertentu. Lampu pijar, Lampu TL, dan LED
Sedangkan, menurut pasal 1 ayat 10 UU berada dalam pasar bersangkutan
no 5 tahun 1999,  Pasar bersangkutan yang berbeda. Hal ini dikarenakan
adalah pasar yang berkaitan dengan ketiga lampu tersebut memiliki jenis
jangkauan atau daerah pemasaran yang berbeda. Lampu pijar, lampu
tertentu oleh pelaku usaha atas barang TL, dan LED bukan merupakan
dan atau jasa yang sama atau sejenis atau barang substitusi karena
substitusi dari barang dan atau jasa penggunaannya yang berbeda.
tersebut. Selain itu,  pangsa pasar dihitung
secara terpisah dari masing-masing
jenis lampu.
Apakah PT. Singgalang
berada dalam posisi PERTANYAAN
dominan? Jelaskan
jawaban Saudara dengan
menyebutkan kriteria
monopoli tersebut!
03
Menurut pasal 1 ayat 4 UU no 5 tahun 1999,
Posisi dominan adalah keadaan di mana pelaku
usaha tidak mempunyai pesaing yang berarti di
pasar bersangkutan dalam kaitan dengan pangsa
pasar yang dikuasai, atau pelaku usaha
mempunyai posisi tertinggi di antara pesaingnya
di pasar bersangkutan dalam kaitan dengan
kemampuan keuangan, kemampuan akses pada Berdasarkan pasal tersebut, dapat
pasokan atau penjualan, serta kemampuan untuk disimpulkan bahwa PT Singgalang
menyesuaikan pasokan atau permintaan barang berada dalam posisi dominan pada
atau jasa tertentu. penjualan lampu LED karena
pangsa pasar 75%.

Kemudian…
Dalam pasal 25 ayat 2 UU no 5 tahun
1999 yang berbunyi “Pelaku usaha
memiliki posisi dominan sebagaimana
dimaksud ayat (1) apabila:
a. satu pelaku usaha atau satu
kelompok pelaku usaha menguasai
50% (lima puluh persen) atau lebih
pangsa pasar satu jenis barang atau
jasa tertentu; atau
b. dua atau tiga pelaku usaha
atau kelompok pelaku usaha
Dalam kasus ini,
menguasai 75% (puluh lima PT Singgalang telah
persen) atau lebih pangsa
pasar satu jenis barang atau
menguasai 75% pangsa pasar.
jasa tertentu.
PER
TAN
YAA

04
N

Apakah terdapat pelanggaran UU


Persaingan Usaha dalam kasus tersebut?

Jika tidak, apa alasan Saudara? Jika iya, sebutkan pasal dan alasan Saudara!
Jelaskan jawaban saudara dengan memasukkan fakta-fakta dalam perkara
tersebut diatas dalam unsur-unsur pasal!
Menurut pasal 15 ayat 3 UU No 5
tahun 1999, Pelaku usaha b. tidak akan membeli
dilarang membuat perjanjian barang dan atau jasa
mengenai harga atau potongan
a. harus bersedia yang sama atau
harga tertentu atas barang dan atau membeli barang dan sejenis dari pelaku
jasa, yang memuat persyaratan atau jasa lain dari usaha lain yang
bahwa pelaku usaha yang pelaku usaha pemasok; menjadi pesaing dari
menerima barang dan atau jasa atau pelaku usaha
dari pelaku usaha pemasok: pemasok.
Selain itu, menurut pasal 19 UU No. 5 tahun 1999,
Pelaku usaha dilarang melakukan satu atau beberapa
kegiatan, baik sendiri maupun bersama pelaku usaha
lain, yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat berupa :
a. menolak dan atau menghalangi pelaku usaha tertentu
untuk melakukan kegiatan usaha yang sama pada
pasar bersangkutan; atau
b. menghalangi konsumen atau pelanggan pelaku
usaha pesaingnya untuk tidak melakukan hubungan Maka dengan merujuk kedua pasal di samping,
kita dapat menyimpulkan bahwa PT. Singgalang
usaha dengan pelaku usaha pesaingnya itu; atau melanggar UU persaingan usaha. Pertama, PT.
c. membatasi peredaran dan atau penjualan barang dan Singgalang secara sadar membuat perjanjian
atau jasa pada pasar bersangkutan; atau d. tertutup dengan toko-toko penjual lampu
melakukan praktek diskriminasi terhadap pelaku untuk memberikan tambahan diskon terhadap
usaha tertentu. barang pasokan dengan syarat tidak akan
menjual atau memasok kembali barang dari
PT. Marapi. Kedua, PT. Singgalang
menghalangi konsumen pesaingnya yang
dalam hal ini adalah toko-toko penjual lampu
untuk usaha dengan pesaingnya melalui
perjanjian tertutup.
Pertanyaan 05
Merujuk jawaban Saudara pada
pertanyaan nomor 4, bagaimanakah
rumusan pasal tersebut? Apakah rule of
reason atau per see illegal? Apa
pertimbangan adanya larangan (pasal)
dalam UU No. 5/1999, ada yang
dirumuskan secara rule of reason dan
per see illegal. Jelaskan jawaban
Saudara!
Pasal 19 UU No 5 Tahun 1999 dapat
Pasal 15 ayat 3 UU No 5 Tahun 1999 menjelaskan dirumuskan bahwa pelaku usaha dilarang
bahwa para pemasok dilarang membuat perjanjian melakukan suatu kegiatan yang
dengan pelaku usaha penerima pasokan untuk tidak mengakibatkan terjadinya praktek
monopoli dan atau persaingan usaha
lagi menjual barang/jasa sejenis dari pemasok
tidak sehat. Monopoli dan atau
pesaing dengan balasan imbalan yang ditetapkan persaingan tidak sehat ini dapat
pada perjanjian atau memaksa penerima pasokan berbentuk penolakan atau
untuk bersedia membeli barang/ jasa lain dari penghalangan terhadap pelaku usaha
pemasok. sejenis pada pasar bersangkutan,
penghalangan terhadap konsumen
pelaku usaha pesaing, pembatasan
peredaran dan atau penjualan barang
dan atau jasa pada pasar bersangkutan,
dan diskriminasi terhadap suatu pelaku
usaha.
Rule of reason Per se illegal
Pendekatan rule of reason Pendekatan per se illegal
adalah suatu pendekatan yang menyatakan setiap perjanjian atau
digunakan oleh lembaga otoritas kegiatan usaha tertentu sebagai
persaingan usaha untuk ilegal, tanpa pembuktian lebih lanjut
membuat evaluasi mengenai atas dampak yang ditimbulkan dari
akibat perjanjian atau kegiatan perjanjian atau kegiatan usaha
usaha tertentu, guna tersebut. Kegiatan yang dianggap
menentukan apakah suatu sebagai per se illegal biasanya
perjanjian atau kegiatan tersebut meliputi penetapan harga secara
bersifat menghambat atau kolusif atas produk tertentu, serta
mendukung persaingan. pengaturan harga penjualan kembali.
Dalam UU No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan
Persaingan Usaha Tidak Sehat pendekatan rule of reason dapat
diidentifikasikan melalui penggunaan redaksi “yang dapat
mengakibatkan” dan atau “patut diduga”. Kata-kata tersebut menyiratkan
perlunya penelitian secara lebih mendalam, apakah suatu tindakan dapat
menimbulkan praktek monopoli yang bersifat menghambat persaingan.
Sedangkan penerapan pendekatan per se illegal biasanya dipergunakan dalam
pasal-pasal yang menyatakan istilah “dilarang”, tanpa anak kalimat “…yang
dapat mengakibatkan…”.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka KPPU juga


menerapkan kedua pendekatan ini dalam
pengambilan keputusan atas perkara-perkara
persaingan usaha.
PERTANYAAN

Apabila PT Singgalang melanggar UU


5/1999, apakah sajakah sanksi yang dapat
06
diberikan oleh KPPU (Komisi Pengawas
Persaingan Usaha)?

Jelaskan jawaban Saudara!


Dalam pasal 47 ayat ayat 2 yang berbunyi
“Tindakan administratif sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) dapat berupa:
a. penetapan pembatalan perjanjian d. perintah kepada pelaku usaha untuk
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 menghentikan penyalahgunaan posisi
sampai dengan Pasal 13, Pasal 15, dan dominan; dan atau
Pasal 16; dan atau e. penetapan pembatalan atas
b. perintah kepada pelaku usaha untuk penggabungan atau peleburan badan
menghentikan integrasi vertikal usaha dan pengambilalihan saham
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14; sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28;
dan atau
dan atau
f. penetapan pembayaran ganti rugi;
c. perintah kepada pelaku usaha untuk
dan atau
menghentikan kegiatan yang terbukti g. pengenaan denda serendah-
menimbulkan praktek monopoli dan rendahnya Rp 1.000.000.000,00 (satu
atau menyebabkan persaingan usaha miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp
tidak sehat dan atau merugikan 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar
masyarakat; dan atau rupiah)”
Selain itu, dalam pasal 48 ayat 1
berbunyi “Pelanggaran terhadap
pasal 48 ketentuan Pasal 4, Pasal 9 sampai
ayat 1 dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan
Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28
diancam pidana denda serendah-
rendahnya Rp 25.000.000.000,00 (dua
puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-
pidana pidana tingginya Rp 100.000.000.000,00 (seratus
denda kurungan
miliar rupiah), atau pidana kurungan
pengganti denda selama-lamanya 6
(enam) bulan.” Karena PT Singgalang
melanggar pasal 19 UU No. 5 tahun
1999, maka PT Singgalang mendapatkan
hukuman sesuai dengan pasal 48 ayat 1.
REFERENSI
1. Undang-Undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Larangan
Praktek Monopoli dan  Persaingan Usaha Tidak Sehat.
2. Yusran, R. (2010). Pentingnya prinsip "per se" dan "rule of
reason" di UU Persaingan Usaha. diakses pada  19 April 2021,
melalui
https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt4b94e6b874
6a9/pentingnya-prinsip-per-se-dan-rule-of-reason-di-uu-
persaingan-usaha/

Anda mungkin juga menyukai