Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN

KEPERAWATAN
HIV AIDS

Oleh :
Gloria N. Tambunan, S.Kep, Ns, MKM
PENGERTIAN

 Human
Immunodeficiency Virus
(HIV) adalah virus jenis
retrovirus yang
menyebabkan seseorang
terinfeksi HIV dan akan
berkembang menjadi
Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS).
PENGERTIAN

 Kerusakan
progresif pada
system kekebalan tubuh
menyebabkan ODHA (orang
dengan HIV/AIDS) amat
rentan dan
mudah
terjangkit bermacam-
macam penyakit.

 Serangan penyakit yang


biasanya tidak berbahaya
pada orang yang tidak
terinfeksi pun lama-
kelamaan akan
menyebabkan pasien sakit
parah bahkan meninggal.
TANDA DAN GEJALA

 Pasien AIDS secara khas punya riwayat


gejala dan tanda
penyakit.
 Pada infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) primer
akut yang lamanya 1–2 minggu pasien akan merasakan
sakit seperti flu.
 Fase supresi imun simptomatik (3 tahun) pasien akan
mengalami demam, keringat dimalam hari, penurunan berat badan,
diare, neuropati, keletihan ruam kulit,
limpanodenopathy, pertambahan kognitif, dan lesi oral.
 Fase infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV) menjadi AIDS (bevariasi 1-5 tahun dari pertama
penentuan kondisi
AIDS) akan terdapat gejala infeksi opurtunistik, yang paling umum
adalah Pneumocystic Carinii (PCC), Pneumonia
interstisial yang disebabkan suatu protozoa, infeksi lain
termasuk meningitis, kandidiasis, cytomegalovirus,
mikrobakterial, atipikal.
TANDA DAN GEJALA

 Pasien AIDS biasanya menderita


infeksi dengan gejala
tidak spesifik, terutama demam
r ingan dan kehilangan berat badan.
KLASIFIKASI

 Stadium I: infeksi HIV asimptomatik dan tidak dikategorikan


sebagai AIDS

 Stadium II: termasuk manifestasi membran mukosa kecil


dan radang saluran pernafasan atas yang berulang

 Stadium III : termasuk diare kronik yang tidak dapat dijelaskan


selama lebih dari sebulan, infeksi bakteri parah,dan tuberkulosis.

 Stadium IV : termasuk toksoplasmosis otak, kandidiasis esofagus,


trakea, bronkus atau paru-paru, dan sarkoma kaposi. Semua
penyakit ini adalah indikator AIDS.
TRANSMISI

1. Penularan melalui
hubungan seksual
2. Paparan dengan
cairan tubuh yang
terinfeksi
3. Transmisi ibu ke
anak
PENULARAN MELALUI HUBUNGAN
SEKSUAL

 Transmisi HIV secara seksual terjadi ketika ada kontak antara


sekresi cairan vagina atau cairan preseminal seseorang
dengan rektum, alat kelamin, atau membran mukosa mulut
pasangannya.
 Resiko masuknya HIV dari orang yang terinfeksi menuju orang yang
belum terinfeksi melalui hubungan seks anal lebih besar daripada
risiko hubungan seksual dan seks oral. Seks oral
tidak berarti tak berisiko karena HIV dapat masuk melalui seks oral
reseptif maupun insertif.
DIAGNOSIS

Pemeriksaan untuk diagnosis HIV dilakukan untuk mencegah


sedini mungkin terjadinya penularan atau peningkatan kejadian infeksi
HIV, berdasarkan prinsip :

Konfidensialitas
Persetujuan
Konseling
Pencatatan
Pelaporan dan
Rujukan
Prinsip konfidensialitas
artinya hasil pemeriksaan
harus dirahasiskan dan hanya
dapat dibuka kepada :

Orang/pasien yang
bersangkutan
Tenaga kesehatan yang
menangani
Keluarga terdekat dalam
hal yang bersangkutan
tidak cakap
Pasangan seksual
Pihak lain yang sesuai
ketentuan
DIAGNOSIS KLINIS DIDUGA
AIDS BILA :

 Batuk lebih dari 2 - 3 minggu


 Penurunan berat badan menyolok > 10 %
 Panas > 1 bulan
 Diare > 1 bulan
 Perhatikan kandidiasis oral
 Herpes zoozter yang luas, sering kambuh
 Sariawa rekuren dan berat
 Penyakit kulit : dermatitis seboroik kambuhan, psoriasis, dermatitis generalisata
 Limfadenopati generalisata
 Infeksi jamur kambuhan ( kandidiasis vagina/ keputihan)
 Pneumonia berat berulang
 TBC
 Riwayat perilaku seksual
 Riwayat pengguna narkoba
 Riwayat pekerjaan : pelaut, supir truk, dll
 Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku berisiko t inggi
 Riwayat tranfusi
 Perhatikan c i r i khas/ tanda kelompok r isiko t inggi, misalnya : tato, perilaku ter tentu
 Saat ini HIV sudah berkembang pada bukan kelompok r isiko t inggi : misalnya ibu
rumah tangga
INDIKASI DILAKUKAN TEST
LABORATORIUM

 Pasien yang secara klinis curiga AIDS


 Orang dengan risiko tinggi
 Pasien infeksi menular seksual
 Pasangan seks atau anak dari pasien positif HIV

 Sebelum tes harus dilakukan konseling dulu dan harus


menandatangani surat persetujuan (inform consent).
PENANGGULANGAN HIV AIDS

1. Promosi Kesehatan

2. Pencegahan
penularan HIV

3. Pengobatan,
perawatan dan
dukungan

4. Rehabilitasi
PROMOSI KESEHATAN

 Promosi kesehatan ditujukan untuk meningkatkan


pengetahuan masyarakat yang benar dan komprehensif
tentang pencegahan penularan HIV dan menghilangkan
stigma serta diskriminasi.
 Promosi ini dilaksanakan oleh tenaga kesehatan maupun non
kesehatan yang sudah terlatih.
 Masysrakat yang menjadi sasaran promosi kesehatan adalah
populasi kunci.
 Populasi kunci adalah : pengguna napza suntik, wanita
pekerja seks (WPS) langsung maupun tidak langsung,
pelanggan/pasangan seks WPS, gay, waria, laki
pelanggan/pasangan seks dengan sesama laki dan warga
binaan lapas/rutan.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI
HUBUNGAN SEKSUAL

 Upaya yang dilakukan ( ABC)/(ABCDE):


 Tidak melakukan hubungan seks
( A bstinensia) : bagi yang belum menikah
 Setia dengan pasangan ( B e faithful) : hanya
berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang
diketahui tidak terinfeksi HIV
 Menggunakan kondom secara konsisten
( C ondom Use) : menggunakan kondom bila
terpaksa berhubungan seksual yang berisiko atau
dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV
 Menghindari penggunaan obat/zat aditif ( no D
rugs)  non seksual
 Meningkatkan kemampuan pencegahan melalui
edukasi termasuk mengobati IMS sedini mungkin
( E ducation) dan
 Melakukan pencegahan lain, antara lain :
sirkumsisi
PENCEGAHAN PENULARAN HIV MELALUI
HUBUNGAN NON SEKSUAL

 Uji saring darah pedonor ; penggunaan


darah yang aman dari HIV

 Pencegahan infeksi HIV pada tindakan


medis dan non medis yang melukai tubuh :
penggunaan peralatan steril, memenuhi
standar operasional prosedur dan
kewaspadaan umum (universal precaution),
pencegahan infeksi sesuai dengan standar

 Pengurangan dampak buruk pada pangguna


napza suntik : program layanan alat suntik steril
dengan konseling perubahan perilaku serta
dukungan psikososial, mendorong
menjalani terapi/rehabilitasi, mendorong
melakukan pencegahan penularan seksual,
layanan konseling dan tes HIV.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU
KE ANAK

 Pencegahan penularan HIV


pada perempuan usia
reproduktif;
 Pencegahan kehamilan
yang tidak direncanakan pada
perempuan dengan HIV;
 Pencegahan penularan
HIV dari ibu hamil
dengan
HIV ke bayi yang
dikandungnya : pemberian
ARV kepada ibu, pilihan
cara melahirkan : operasi caesar
akan mengurangi risiko
penularan, pilihan untuk tidak
menyusui
anaknya.
PENCEGAHAN PENULARAN HIV DARI IBU
KE ANAK

 Pemberian dukungan psikologis,


sosial dan perawatan kepada ibu
dengan HIV beserta anak dan
keluarganya.

 Setiap bayi yang lahir dari ibu yang


terinfeksi HIV harus dilakukan tes
serologi HIV (DNA/RNA) dimulai
pada usia 6 (enam) sampai dengan 8
(delapan) minggu atau tes
serologi HIV pada usia 18 (delapan
belas) bulan ke atas.

 Setiap bayi baru lahir dari ibu HIV dan


AIDS harus segera
mendapatkan profilaksis ARV dan
kotrimoksasol
PENGOBATAN, PERAWATAN DAN
DUKUNGAN

 Setiap fasilitas pelayanan kesehatan dilarang menolak


pengobatan dan perawatan ODHA, jika fasilitasi yang ada tidak
mampu maka penderita harus dirujuk

 Setiap orang yang terinfeksi HIV diregistrasi secara nasional

 Pengobatan HIV bertujuan untuk mengurangi risiko penularan HIV,


menghambat perburukan infeksi oportunistik dan
meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV
PENGOBATAN

 Pengobatan Terapeutik : meliputi


pengobatan ARV ( Anti Retro Viral),
pengobatan IMS ( Infeksi Menular
Seksual) dan pengobatan infeksi
oportunitis

 Pengobatan profilaksis : Pemberian ARV


pasca pajanan dan pemberian
kotrimoksasol untuk terapi

 Pengobatan penunjang : tatalaksana


gejala : multivitamin, dukungan
nutrisi, pendidikan kesehatan,
pencegahan komplikasi dan infeksi
oportunistik, dukungan psikologis
kesehatan
mental, dukungan sosial ekonomi,
kelompok- kelompok dukungan.
PENGOBATAN ARV

 Diberikan setelah
mendapatkan konseling,
mempunyai pengingat
minum obat (PMO) dan pasien
setuju patuh
terhadap pengobatan
seumur hidup

Indikasi :
jika penderita HIV yang
telah menunjukan stadium
klinis 3 atau 4 Ibu hamil dengan
HIV
Penderita HIV dengan
Tuberkulosis
JANGAN MEMULAI ARV JIKA

 Pasien tidak memiliki motivasi


 Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup
 Pengobatan tidak dapat dimonitor
 Penderita mengalami gangguan fungsi ginjal/hati berat
 Adanya penyakit oportunistik/infeksi oportunistik
terminat / tidak dapat disembuhkan, misalnya limfoma maligna.
REHABILITASI

 Rehabilitasi dilakukan melalui rehabilitasi medis dan sosial


 Ditujukan untuk mengembalikan kualitas hidup untuk menjadi
produktif secara ekonomi dan sosial ; pemberdayaan
ketrampilan kerja, dll
REAKSI PSIKOLOGIS PASIEN
HIV
ASPEK SOSIAL

 Dukungan sosial sangat diperlukan terutama pada ODHA yang


kondisinya sudah parah.

 Individu yang termasuk dalam memberikan dukungan sosial


meliputi pasangan (istri/suami), orang tua, anak, sanak
keluarga, teman, tim kesehatan, atasan dan konselor.
ASPEK SPIRITUAL

Pada aspek spiritual ditekankan pada penerimaan pasien


terhadap sakit yang dideritanya, sehingga ODHA akan dapat
menerima dengan iklas terhadap sakit yang dialami. Asuhan
keperawtan yang diberikan :

Menguatkan harapan yang realistis kepada pasien


Pandai mengambil hikmah dari kejadian yang dialami
Meningkatkan ketabahan hati dan keteguhan dalam
menghadapi cobaan
Dukungan psikologis, sosial dan spiritual yang baik akan
mampu meningkatkan kualitas hidup pasien dan daya tahan
terhadap perkembangan infeksi HIV.
Sekian dan Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai