Anda di halaman 1dari 45

Kelompok3 ‫لسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬

Anggota Kelompok

Agi Nur Efendi Fengky Anardo P. Ana Yuliana


C1C016128 C1C018002 C1C018033

Dita Khairunnisa Chenny Aprianti U. Putri Lestari


C1C018037 C1C018087 C1C018166

Akuntansi
Akad-akad Lainnya
Akad Sharf

Sharf menurut bahasa adalah


penambahan, penukaran,
pengindraan, atau transaksi jual-
beli. Sharf adalah transaksi jual
beli valuta dengan valuta lainnya.
Transaksi jual beli atau
pertukaran mata uang yang
dapat dilakukan baik dengan
mata uang yang sejenis maupun
yang tidak sejenis.
Skema Sharf

Valuta

1
Penjual Pembeli

Valuta
Sumber Hukum
Menurut Al-Hadis
Para Fuqaha mengatakan bahwa kebolehan melakukan praktek sharf didasarkan
pada sejumlah hadis nabi yang antara lain pendapat :
a. Dari Ubadah bin Shamit r.a Rasulullah SAW. Berkata, “Emas dengan emas,
perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya’ir dengan sya’ir, kurma
dengan kurma, garam dengan garam, hendaklah sama banyaknya, tunai dan
timbang terima. Apabila berlainan jenisnya boleh kamu jual kehendakmu asal
tunai.”

b. Dari Abu Hurairah dari Rasulullah SAW. Bersabda, “(boleh menjual) emas
dengan emas setimbang, sebanding, dan perak dengan perak setimbang
sebanding” (H.R Ahmad, Muslim dan Nasa’i)
Empat Jenis Transaksi Valas

Empat Jenis Transaksi Valas:


Secara syariah transaksi
• Transaksi “Spot”
pertukaran valas dibolehkan
• Transaksi “Forward”
sepanjang dilakukan secara
tunai dan tidak digunakan untuk • Transaksi “Swap”
tujuan spekulasi. Bila • Transaksi “Option”
penjualannya tunai tapi jika
tujuannya untuk spekulasi, maka
tetap tidak diperbolehkan.
Rukun dan Ketentuan Syariah

Ketentuan Syariah
Rukun transaksi Shaf terdiri dari :
• Pelaku harus cakap hukum, balig
• Pelaku terdiri atas pembeli dan
serta mampu memelihara barang
penjual
titipan
• Objek akad berupa mata uang
• Objek akad
• Ijab qobul (serah terima)
• Ijab kabul
Perlakuan Akuntansi

Saat Menjual Valas


Saat Membeli Valas
Dr. Kas (Rp) XXX
Dr. Kerugian* XXX
Dr. Kas (Dollar) XXX
Cr. Keuntungan** XXX
Cr. Kas (Rupiah) XXX
Cr. Kas (Dollar) XXX

• Jika harga beli valas lebih besar daripada harga jual


*
Perlakuan Akuntansi

Jika nilai kurs tengah BI lebih Jika nilai kurs tengah BI lebih
kecil dari kurs tanggal kecil dari kurs tanggal
transaksi transaksinya

Dr. Kerugian XXX Dr. Piutang (Valas)XXX


Cr. Piutang (Valas)XXX Cr. Keuntungan XXX

Dr. Utang (Valas) XXX Dr. Kerugian XXX


Cr. Keuntungan XXX Cr. Utang (Valas) XXX
Akad Wadiah
● Wadiah merupakan simpanan (deposit)
barang atau dana kepada pihak yang bukan
pemiliknya, untuk tujuan keamanan. Wadiah
adalah akad penitipan dari pihak yang
mempunyai uang/barang kepada pihak yang
menerima titipan dengan catatan kapanpun
titipan diambil pihak penerima titipan wajib
menyerahkan kembali uang/barang titipan
tersebut dan yang menjadi penjamin
pengembali barang titipan.
Sumber Hukum

Sumber hukum dari akad wadiah terdapat pada Al-Qur’an (Qs 4:58) yang
artinya “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amat  kepada
yang berhak menerimanya dan As-Sunnah yang berbunyi “Tunaikan amanat
itu kepada orang yang member amanat kepadamu dan jangan kamu
mengkhianati orang yang mengkhianatimu”(HR. Abu Dawud dan Al
Tirmidzi).
Jenis Akad Wadiah
Wadiah amanah, yaitu wadiah di mana uang/barang yang dititipkan hanya boleh
disimpan dan tidak boleh didayagunakan. Contohnya: Titipan barang di pusat
perbelanjaan.

Wadiah yadh dhamanah, yaitu wadiah di mana si penerima titipan dapat


memanfaatkanbarang titipan tersebut dengan seizing pemiliknya dan meminjam untuk
mengembalikan titipan tersebut secara utuh setiap saat, saat pemilik menghendakinya.
Contohnya: Tabungan
Rukun dan Ketentuan Syariah

Rukun wadiah ada tiga diantaranya pelaku terdiri dari:


1. pemilik barang/pihak yang menitip (muwaddi’) dan pihak
yang menyimpang (mustawda’),
2. objek wadiah berupa barang yang dititipkan (wadian),
3. ijab Kabul/serah terima.

Sedangkan ketentuan syariah yaitu:


1. pelaku harus cakap hukum,balig serta mampu memelihara
barang titipan;
2. objek wadiah, benda yang dititipkan tersebut jelas dan
diketahui spesifikasinya oleh pemilik dan penyimpan;
3. ijab kabul/serah terima
Pencatatan Akuntansi Bagi Pihak Pemilik Barang

Pada saat menyerahkan barang dan membayar Pada saat mengambil barang dan
biaya penitipan, jurnal: membayar kekurangan biaya penitipan,
● Beban Wadiah                     xxx jurnal:
●               Kas                                      xxx Utang                             xxx
              Kas                                xxx
Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal:
● Beban Wadiah                     xxx
●               Utang                                   xxx
Pencatatan Akuntansi Bagi Pihak Penyimpan Barang

Pada saat menerima barang dan penerimaan pendapatan Pada saat menyerahakan barang dan
penitipan, jurnal: menerima pembayaran kekuranag
● Kas                                        xxx pendapatan penitipan, jurnal:
●               Pendapatan Wadiah               xxx Kas                         xxx
             
Jika biaya penitipan belum dibayar, jurnal: Piutang                                                     
● Piutang                                  xxx                    xxx
●               Pendapatan Wadiah               xxx
Akad Al-Wakalah

Akad Wakalah adalah akad


pelimpahan kekuasaan oleh satu
pihak kepada pihak lain dalam hal-
hal yang boleh diwakilkan. Sumber
hukum dari akad Al wakalah
terdapat pada Al-Qur’an (Qs 18:19)
dan As-Sunah
Rukun dan Ketentuan Syariah

Rukun Wakalah
● Pelaku
● Objek akad berupa barang atau jasa
● Ijab Kabul/serah terima

Ketentuan Syariah
● Pihak pemberi kuasa/pihak yang meminta diwakilkan
● Pihak penerima kuasa: harus cakap hukum, dapat
mengerjakan tugas yang diwakilkan kepadanya
● Objek yang dikuasakan/diwakilkan
Berakhirnya Akad Wakalah

1. Salah seorang pelaku meninggal dunia atau hilang akal,


2. Pekerjaanyang diwakilkan sudah selesai
3. Pemutusan oleh orang yang mewakilkan
4. Wakil mengundurkan diri
5. Orang yang mewakilkan sudah tidak memiliki status
kepemilikan atas sesuatu yang diwakilkan
Perlakuan Akuntansi Bagi Pihak yang Mewakilkan

Pada saat menerima imbalan tunai


Pada saat diterima pendapatan untuk jangka waktu dua
Kas XXX tahun di muka, jurnal:
Pendapatan Wakalah XXX Kas                                                     xxx
              Pend. wakalah diterima di muka          xxx
Pada saat membayar beban
Pada saat mengakui pendapatan wakalah diterima di muka,
Beban Wakalah XXX jurnal:
Kas XXX
Pend. wakalah diterima di muka       xxx
             Pendapatan wakalah                            xxx
Bagi Pihak yang meminta diwakilkan

Pada saat membayar ujr/komisi,


jurnal:
Beban wakalah         xxx
                    Kas                         xxx
AKAD AL-KAFALAH (JAMINAN)

perjanjian pemberi jaminan yang


diberikan oleh penanggung (kafi’il)
kepada pihak ketiga (makful lahu)
untuk memenuhi kewajiban pihak
kedua atau pihak yang di tanggung
(makful anhu/ashil)

Sumber hukum :
Al-Quran dan As-Sunah
Jenis Kafalah

Kafalah bit Taslim Kafalah Munjazah Kafalah


Kafalah bil mal
Muqayyadah/mualla
qah
Rukun

Objek Ijab
Pelaku
akad kabul
Perlakuan Akutansi Al-Kafalah
● Bagi pihak penjamin

Pada saat menerima imbalan tunai (tidak berkaitan dengan jangka waku)

Dr. Kas xxx


Kr.Pendp. Kafalah xxx

Pada saat membayar beban

Dr. Beban Kafalah xxx


Kr. Kas xxx

● Bagi pihak yang meminta jaminan

Pada saat membayar beban

Dr. Beban Kafalah xxx


Kr. Kas xxx
QARDHUL HASAN
Qardhul hasan
adalah pinjaman tanpa dikenakan biaya (hanya wajib membayar sebesar pokok
utangnya).

● Sumber hukum :
Al-Quran dan Al-Hadist

● Sumber dana :

○ Eksternal : sumbangan,infak,shadaqah dll

○ Internal : hasil pendapatan non halal, denda dll


Rukun dan Ketentuan Syariah
Rukun qhardul hasan ada 3,yaitu:
Pelaku yang terdiri dari pemberi dan
penerima pinjaman
.
Objek Akad, berupa uang yang
dipinjamkan

Ijab Kabul/Serah Terima


Perlakuan Akuntansi Qardhul Hasan
Bagi Pemberi Pinjaman
● Saat menerima dana sumbangan dari pihak eksternal, jurnal:
Dr. Dana Kebajikan Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan-Infak/Sedekah/Hasil Waqaf xxx

● Untuk penerimaan dana yang berasal dari denda dan pendapatan non halal, jurnal:
Dr. Dana Kebajikan Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan-Denda/Pendapatan Non-Halal xxx

● Untuk pengeluaran dalam rangka pengalokasian dana qardh hasan, jurnal:


Dr. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx
Kr. Dana Kebajikan Kas xxx

● Untuk penerimaan saat pengembalian dari pinjaman untuk qardh hasan, jurnal :
Dr. Dana Kebajikan Kas xxx
Kr. Dana Kebajikan-Dana Kebajikan Produktif xxx
Perlakuan Akuntansi Qardhul Hasan
Bagi pihak yang meminjam
Saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Dr. Kas xxx
Kr. Utang xxx

Saat Pelunasan, jurnal:


Dr. Utang xxx
Kr. Kas xxx
Akad Al-hiwalah/ Hawalah (Pengalihan)
Definisi secara harfiah artinya pengalihan,pemindahan,
perubahan warna kulit atau memikul sesuatu di atas pundak.
Objek yang dialihkan dapat berupa utang dan piutang. Jenis
akad ini pada dasarnya adalah akad tabaruu’ yang bertujuan
untuk saling tolong-menolong untuk menggapai ridho Allah.

• Jika yg dialihkan utang maka Akad hawalah merupakan akad


pengalihan utang dari satu pihak yg berhutang kepada pihak
lain yg wajib menanggung (membayar) hutangnya.
• Jika yg dialihkan Piutang maka Akad hawalah merupakan
akad pengalihan piutang dari satu pihak yg berpiutang
kepada pihak lain yg wajib menagih piutangnya.
• Pihak yg menerima pengalihan utang/piutang dapat
memperoleh imbalan (ujrah) atas jasanya
• Besar ujrah ditetapkan saat akad.
Ditinjau dari objek akad, hiwalah dapat dibagi menjadi 2

Jenis Akad (dua) sebagai berikut.


1. Apabila yang dipindahkan itu merupakan hak

Hiwalah menagih piutang , maka pemindahan itu


disebut hiwalah al haqq (pemindahan hak)/anjak
piutang.

2. Apabila yang dipindahkan itu kewajiban untuk


membayar utang, maka pemindahan itu disebut
Ditinjau dari sisi persyaratan, hiwalah dapat dibagi hiwalah ad-dain (pemindahan utang).
menjadi 2 (dua) sebagai berikut
Skema Hiwalah (Anjak Piutang)
1. Hawalah al-muqayyadah (pemindahan bersyarat) (2)
adalah hawalah di mana muhil adalah pihak yang
(1)
berhutang sekaligus berpiutang kepada penyuplai pembeli
muhal’alaih. Contoh : B (muhil) berutang kepada
(5)
A (muhal) sebesar dua juta rupiah, sedangkan B (3)
berpiutang kepada C (muhal’alaih) juga sebesar (4) Pengambil alih
(6)
dua juta rupiah. B kemudian mengalihkan
piutangnya yang terdapat pada C untuk A,
sebagai ganti pembayaran utang B kepada A. Keterangan :
(1) Pembeli dan penjual melakukan transaksi jual beli
(2) Penjual menyerahkan barang dan berhak menerima
2. Hawalah al-muthlaqah (pemindahan mutlak) uang/mengakui piutang
adalah hawalah di mana muhil adalah pihak yang (3) Penjual mengalihkan hak tagih kepada pihak pengambil alih
berhutang, tetapi tidak berpiutang kepada (4) Pengambil alih membayar kepada penjual
muhal’alaih. (5) Pengambil alih membayar kepada pembeli
(6) Pembeli membayar kepada pengambil alih
Dasar hukum hiwalah adalah hadis Nabi Muhammad SAW sebagai berikut.
Sumber Hukum : “Menunda pembayaran bagi orang yang mampu adalah kezaliman, dan jika salah
seorang kamu dialihkan (dihiwalahkan) kepada orang yang kaya yang mampu,
maka turutlah (menerima pengalihan tersebut).” (HR Bukhari Muslim)

Rukun hilawah ada 3 (tiga) yaitu sebagai berikut.


1. Pelaku yang terdiri atas:
• pihak yang berutang atau berpiutang atau muhil
• pihak yang berpiutang atau berutang atau muhal
Rukun dan ketentuan • pihak yang pengambil alih utang atau piutang atau
muhal’alaih.
syariah : 2. Objek akad :
• adanya utang atau
• adanya piutang
3. Ijab kabul/serah terima
Ketentuan syariah, yaitu sebagai berikut :
1. Pelaku
• baligh (dewasa) dan berakal sehat
• berhak penuh untuk melakukan tindakan hukum dalam urusan hartanya dan rela (rida)
dengan pengalihan utang piutang tersebut.
• Diketahui identitasnya
2. Objek penjaminan (makful bihi)
• Bisa dilaksanakan oleh pihak yang mengambil alih utang atau piutang
• Harus jelas nilai, jumlah dan spesifikasinya
3. Ijab kabul adalah pernyataan dan ekspresi saling rela diantara pihak-pihak pelaku akad
yang dilakukan secara verbal,tertulis, melalui korespondensi atau menggunakan cara-
cara komunikasi modern.
Pengalihan utang dari transaksi non syariah ke
syariah
Alternatif 1: Alternatif 3:
1. LKS memberi qardh (qardhul hasan) ke 1. LKS membeli sebagian aset nasabah, sehingga
nasabah , dgn qardh tsb nasabah terjadi syirkah al milk terhadap aset.
melunasi utangnya 2. Bagian aset yg dibeli LKS senilai dengan utang
2. Nasabah menjual aset ke LKS lalu nasabah kepada LKK.
melunasi qardh ke LKS 3. LKS menjual secara murabahah bagian aset yg
3. LKS menjual secara murabahah. jadi miliknya ke nasabah dibayar secara cicilan.
Alternatif 2: Alternatif 4:
1. LKS memberi qardh ke nasabah, dgn qardh tsb 1. Nasabah melakukan akad ijarah dengan LKS
nasabah melunasi utangnya 2. LKS dapat membantu menalangi kewajiban
2. Nasabah menjual aset ke LKS, lalu melunasi nasabah dgn prinsip al qardh.
qardh nya ke LKS 3. Akad ijarah tidak boleh dipersyaratkan
3. LKS menyewakan aset ke nasabah, dgn akad dengan(harus terpisah dari ) pemberian talangan.
ijarah al muntahiya bit tamlik 4. Besar imbalan jasa ijarah tidak boleh berdasar
jumlah talangan yg diberikan LKS ke nasabah.
AKAD AL-RAHN
(PINJAMAN DENGAN JAMINAN)
Pegadaian Syariah (Rahn)
Pengertian Gadai Syariah :
Gadai diistilahkan dengan rahn dan dapat juga dinamai al-habsu (Pasaribu, 1996). Secara
etimologis, pengertian rahn adalah tetap dan lama, sedangkan al-habsu berarti penahanan
terhadap suatu barang tersebut (Syafei, 1987). Sedangkan menurut Sabiq (1987), rahn adalah
menjadikan barang yang mempunyai nilai harta menurut pandangan syara’ sebagai jaminan
hutang, hingga orang yang bersangkutan boleh mengambil sebagian (manfaat) barangnya itu.

● Rahn tajlisi
tajlisi adalah pengalihan hak kepemilkan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan
ketentuan bahwa benda yang hak kepemilkannya dialihkan tersebut tetap dalam
penguasaan pemilik benda.

Sumber hukum : Al-Quran dan Al-Hadist


RUKUN RAHN :
1)      Pelaku akad, yaitu rahin (yang menyerahkan barang), dan
murtahin (penerima barang);
2)      Objek akad, yaitu marhun (barang jaminan) dan marhun
bih (pembiayaan); dan
3)      Shighat, yaitu ijab dan qabul.

SYARAT RAHN:

Syarat Rahn
1)      Kedua belah pihak adalah orang yang sah melakukan tindakan
hukum seperti dalam jual beli.
2)      Barang yang digadaikan adalah sesuatu yang segera dapat
diterima/dikuasai oleh yang menerima gadai, bukan barang yang
masih dalam penguasaan orang lain.
3)      Memenuhi ketentuan administrasi apabila aqad dilakukan
dengan pegadaian yang dikelola oleh pemerintah
Perlakuan akuntansi Bagi pihak yang menerima gadai
● Pada saat menyerahakn uang pinjaman, jurnal:
Piutang xxx
Kas xxx
● Pada saat menerima uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Kas  xxx
Pendapatan  xxx
● Pada saat mengekluarkan biaya untuk biaya pemaliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas  xxx
● Pada saat pelunasan uang pinjaman, barang gadai dikembalikan dengan membuat
tanda serah terima barang, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
● Jika pada saat jatuh tempo, utang tidak dapat dilunasi dan kemudian gadai dijual oleh
pihak yang menggadaikan, jurnal:
Kas xxx
Piutang xxx
Perlakuan akuntansi Bagi pihak yang
menggadaikan
1. Pada saat menerima uang pinjaman, jurnal:
Kas  xxx
Utang xxx
2. Bayar uang untuk biaya pemeliharaan dan penyimpanan, jurnal:
Beban xxx
Kas xxx
3. Ketika dilakukan pelunasan atas hutang, jurnal:
Utang   xxx
Kas  xxx
4. Jika pada saat jatuh tempo, uang tidak dapat dilunasi sehingga barang gadai dijual pada saat
penjualan barang gadai, jurnal:
Kas    xxx
Akumulasi penyusutan (bila asset tetap)  xxx
Kerugian  xxx
Keuntungan xxx
Asset  xxx
5. Pelunasan utang atas barang yang dijual pihak yang menggadai, jurnal:
Utang xxx
Kas  xxx
Akad Ju’alah
(hadiah)
Pengertian Akad Ju’alah
Ju’alah artinya janji hadiah atau upah.
•Ju’alah berasal dari kata Ja’ala yang memiliki banyak arti : Jumlah
imbalan, meletakkan,membuat, menasabkan
•Pengertian secara etimologi berarti upah atau hadiah yang diberikan
kepadaseseorang, karena orang tersebut mengerjakan atau
melaksanakan suatu pekerjaan tertentu.
•Secara terminologi fiqih berarti “suatu iltizam (tanggung jawab) dalam
bentuk janjimemberikan imbalan upah tertentu secara suka rela
terhadap orang yang berhasil melakukanperbuatan atau memberikan
jasa yang belum pasti dapat dilaksanakan atau dihasilkan sesuaidengan
yang diharapkan.

Sumber Hukum Akad Ju’alah : Al- Qur’an dan Hadist


Dasar Hukum Akad Ju’alah : Dewan Syariah Nasional
mengeluarkan Fatwa tentang akad Ju’alah Nomor 62/DSN-
MUI/XII/2007
Rukun dan Ketentuan Syariah
Ketentuan Syari’ah
Rukun Ju’alah ada empat, yaitu:
1. Pihak yang membuat sayembara: cakap hukum,
1. Pihak yang membuat sayembara/penugasan (al
baligh dan dapat juga dilakukan oleh orang lain.
qaid/al-ja’il)
2. Objek yang harus dikerjakan:
2. Objek akad berupa pekerjaan yang harus
a. Harus mengandung manfaat yang jelas,
dilakukan (al-maj’ul)
b. Boleh dimanfaatkan sesuai syari’ah.
3. Hadiah yanga kan diberikan (al-ji’l)
3. Hadiah yang diberikan harus sesuatu yang bernilai
4. Ada sighat dari pihak yang menjanjikan (ijab)
(harta) dan jumlahnya harus jelas.
4. Sah dengan ijab saja tanpa ada Kabul
Perlakuan Akuntansi
1. Bagi pihak yang membuat sayembara/membuat janji
Saat membuat janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti atas sayembara
tersebut. Saat sayembara terpenuhi, maka akad ju’alah akan dicatat sebagai beban.
Berikut contoh jurnal:
Beban ju’alah                                       xxx
    Kas/aset nonkas lain                                         xxx

2. Bagi pihak yang menerima janji


Saat mendengar janji tidak diperlukan pencatatan apa pun karena belum pasti hasil atas
sayembara tersebut. Setelah sayembara tersebut terpenuhi, maka akad ju’alah dicatat sebagai
pendapatan.
Berikut contoh jurnal:
Kas/aset nonkas lain                            xxx
    Pendapatan ju’alah                                          xxx
CHARGE
CARD DAN
SYARIAH
CARD
Pengertian CHARGE CARD DAN
SYARIAH CARD
Charge card adalah fasilitas kartu talangan yang dipergunakan oleh
pemegang kartu (hamil ala-bithaqah) sebagai alat bayar atau pengambilan
uang tunai pada ttempat-tempat tertentu yang harus dibayar lunas kepada
pihak yang memberikan talangan (mushdir al-bithaqah) pada waktu yang
telah di tetapkan(fatwa DSN No.42/DSN MUI/V/2004).
Syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang
hubungan hukum (berdasarkan sistem yang sudah ada) antara para pihak
berdasarkan prinsip syariah.

Syariah card adalah kartu yang berfungsi seperti kartu kredit yang
hubungan hukum antara pihak berdasarkan prinsip syariah. Pihak
yang dimaksud adalah pihak penerbit kartu (mushdir al-bithaqah),
pemegang kartu (hamil al-bithaqah) & penerima kartu (merchant
tajir/qabil al-bithaqah).

Sumber hukum : AL-Quran dan Al-Hadist


Rukun dan ketentuan syariah dan perlakuan akuntansi
Ketentuan-ketentuan dari Charge Card Syariah
1. Ketentuan secara hukum,
Charge Card Syariah dibolehkan sesuai fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 54/DSN-MUI/X/2006.
Menggunakan ketentuan akad kafalah, Qardh dan Ijarah.
Berikut penjelasan dari masing-masing akad.
a. Kafalah: dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penjamin (kafil) bagi Pemegang Kartu terhadap Merchant atas
semua kewajiban bayar (dayn) yang timbul dari transaksi antara Pemegang Kartu dengan Merchant, dan/
atau penarikan tunai dari selain bank atau ATM bank Penerbit Kartu. Atas pemberian Kafalah, penerbit
kartu dapat menerima fee (ujrah kafalah);
b. Qardh; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah pemberi pinjaman (muqridh) kepada Pemegang Kartu
(muqtaridh) melalui penarikan tunai dari bank atau ATM bank Penerbit Kartu;
c. Ijarah; dalam hal ini Penerbit Kartu adalah penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap
Pemegang Kartu. Atas Ijarah ini, Pemegang Kartu dikenakan membership fee.
Untuk transaksi pemegang kartu kredit (hamil al-bithaqah) melalui merchant (Qabil al-bithaqah / penerima
kartu), yang akan digunakan adalah kafalah wal ijaroh. Untuk transaksi pengambilan uang tunai
digunakan akad al-Qardh wal Ijarah.)
2. Ketetuan Fee (Uang Administrasi):
a. Iuran keanggotaan (membership fee). Penerbit kartu boleh menerima iuran keanggotaan
(rusum al-udhwiyah), termasuk perpanjangan masa keanggotaan dari pemegang kartu
sebagai imbalan izin penggunaan fasilitas kartu.
b. Ujrah (merchant fee). Penerbit kartu boleh menerima fee yang diambil dari harga objek
transaksi atau pelayanan sebagai upah / imbalan (ujrah samsarah), pemasaran (taswiq),
dan penagihan (tahsil al-dayn).
c. Fee penarikan uang tunai. Penerbit kartu boleh menerima fee penarikan uang tunai (rusum
sahib al-nuqud) sebagai fee atas pelayanan dan penggunaan fasilitas yang besarnya
tidak dikaitkan dengan jumlah penarikan.
d. Fee Kafalah. Penerbit kartu boleh menerima fee dari Pemegang Kartu atas
pemberian Kafalah.
Semua bentuk fee tersebut di atas (1 sampai dengan 4) harus ditetapkan pada saat akad
aplikasi kartu secara jelas dan tetap, kecuali untuk merchant fee.

3. Ketentuan Tawidh dan Denda


• Ta’widh. Penerbit Kartu dapat mengenakan ta’widh, yaitu ganti rugi terhadap biaya-
biaya yang dikeluarkan oleh Penerbit Kartu akibat keterlambatan pemegang kartu dalam
membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo.
• Denda keterlambatan (Late Charge). Penerbit kartu boleh mengenakan denda
keterlambatan pembayaran yang akan diakui sebagai dana sosial.
Terima Kasih
‫شكرا لك‬

"Ilmu adalah kehidupan


bagi pikiran".

- Abu Bakar -

ِ ‫سالَ ُم َع َل ْي ُك ْم َو َر ْح َم ُة‬
‫هللا َو َب َر َكا ُت ُه‬ َّ ‫َوال‬

Anda mungkin juga menyukai