Anda di halaman 1dari 37

CASE REPORT SESSION

ACUTE APPENDICITIS
Kelompok 5
SMF Bedah
FK UNISBA
RS Al-Islam Bandung
STATUS PASIEN
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. O
Jenis kelamin: wanita
Usia : 65 tahun
Alamat : Ciwidey
Pekerjaan : ibu rumah tangga
perkawinan : menikah
Agama : islam
Suku : sunda
Tanggal pemeriksaan : 02 Februari 2010
Tanggal Operasi : 02 Februari 2010
ANAMNESIS
Keluhan Utama: sakit di bagian perut sebelah kanan bawah sejak
3 minggu lalu
RPS
Pasien mengeluh terdapat nyeri perut sejak 3 minggu yang lalu.
Nyerinya terasa hilang timbul. Nyeri bermula dari ulu hati dan
menyebar ke pinggang kanan. Nyeri perut lebih terasa ketika pasien
berubah posisi dan bergerak. Rasa nyeri semakin bertambah tiap
harinya. Pasien mengeluhkan adanya demam. Keluhan disertai
adanya mual, muntah dan penurunan nafsu makan. Buang Air Kecil
(BAK) dan Buang Air Besar (BAB) normal. Pasien menyangkal
sebelumnya pernah mengeluhkan hal yang sama. Pasien sudah
memasuki masa menopause sejak beberapa tahun yang lalu. Pasien
tidak mengeluhkan adanya batuk dan pilek
RPD
Pasien menyangkal memiliki riwayat penyakit jantung,
kencing manis dan asthma. Pasien mengaku memiliki
penyakit tekanan darah tinggi dan belum pernah dioperasi
sebelumnya.
Riwayat Pengobatan: 2 minggu sebelumnya berobat ke
puskesmas dan diberi obat tapi tidak ada perbaikan.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis :
Pasien tampak sadar
Tampak kesakitan, lemas
Vital sign : tekanan darah = 155/80 mmHg
 : nadi = 88 x / menit
 : pernafasan = 20 x / menit
 : suhu = 36,9o C
Kepala : konjungtiva anemis, sclera tidak ikterik
Leher : tidak ada pembesaran KGB, JVP tidak meningkat.
Thorax : Pergerakan dada dan bentuk dada simetris
 Paru : sonor, VSB normal kanan=kiri, wheezing -/-, ronchi -/
 Jantung : Bunyi jantung S1 dan S2 murni, regular, murmur (-)
Abdomen : Status Lokalis
Nyeri di daerah kanan bawah.
 a/r right lower quadrant (RLQ)
 Inspeksi
 Perutdatar
 Tidak tampak kemerahan/luka/bekas operasi
 Auskultasi: BU (+)
 Perkusi: pekak pindah (-), pekak samping (-)
 Palpasi
 NT dan NL (+) di McBurney
 DM (-)

Rovsing’s sign (+); psoas sign (+); obturator sign


(+)
 Ekstremitas : edema -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab:
Darah
Hb: 9,3 mg/dl (↓)
WBC : 10.000
Hct : 28,2 %(↓)
PLT : 382.000
Differential Count:
Basofil : 0
Eosinofil : 0
Band : 0
Segmented: 71
Limfosit : 14
Monosit : 15
Ureum 57
Kreatinin 1,1
Urin Mikroskopis:
Makroskopis: RBC 1-2
Warna kuning WBC 6-8
Berat Jenis > 1,030 Sel epitel (-)
pH 5,5 Bakteri (+)
nitrit urin (+)
Kristal (-)
protein (-)
Silinder (-)
glukosa (-)
keton urin (-)
Urobilinogen 3,2
Bilirubin (-)
Darah 1+
WBC 1+
Chest X-Ray
Cor membesar, aorta sklerotik
Pulmo: hili tidak melebar, tidak tampak infiltrate atau lesi konsolidasi
intrapulmonal
Kesan: Cardiomegali dengan atherosclerotic aorta tanpa bendungan paru
USG
Hepar : agak membesar, tekstur halus homogeny, tidak tampak adanya massa. V
porta, v hepatica, dan biliaris tidak melebar
Kt empedu : normal, tidak tampak batu
Limfa: tidak membesar
Pancreas: normal
Ginjal: normal, tidak tampak batu/ massa /Sol
Kt Kemih : normal
Uterus: normal, kavum douglas kosong
Ovarium : tidak terdeteksi
Mc Burney : tampak struktur tubuler multilayer berujung buntu pada potongan
transversal menyerupai target lesi, diameter 0,64 cm
Kesan: hepatosplenomegali ringan. Appendicitis akut
Diagnosis Banding
Appendicitis kronis eksaserbasi akut
 limfadenitis iliocaecal
Tumor caecum
Torsi kista ovarium
Batu ureter
Pyelonephritis
Diagnosis:
appendisitis akut
Penatalaksanaan :
a. Dilakukan appendektomi c. Tindakan :
b. Laporan operasi :  - dilakukan tindakan a/
Diagnose pra bedah :
antiseptic di daerah yang
appendicitis akut
akan diinsisi
Indikasi operasi : appendicitis
- Dilakukan insisi kutis
Disinfektan kulit : betadine
Jenis operasi : appendectomy
- Identifikasi appendicitis
Waktu : 14.30-15.30 WIB  - Appendectomy
Posisi pasien : supine/ - Perawatan post luka
terlentang - Penutupan luka dengan
Do : ditemukan appendecitis
hecting subcutikuler
dengan panjang >10 cm
Prognosis
Quo ad vitam: ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
ACUTE APPENDICITIS
Definisi
Apendisitis: peradangan pada apendiks
vermiformis
Etiologi
Obstruksi pada lumen  faktor penyebab yang paling
dominan
Penyebab yang paling umum fecalith
Appendiceal ulceration
Infeksi organisme Yersinia
Epidemiologi
Terjadi pada 12% laki-laki dan 25% perempuan.
Peak incidence  20-40 tahun atau 20-30 tahun.
Di negara Barat: 7% populasi
Di RSHS Bandung: + 250 apendektomi / tahun
Insidensi tertinggi: dekade II - III
Laki-laki dan perempuan memiliki kemungkinan
terkena appendicitis yang sama. Namun pada usia
pubertas dan sekitar umur 25 tahun, rasio
pria:wanita=3:2 atau 1,2-1,3:1.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi terjadinya
appendicitis
Adanya isi lumen
Derajat sumbatan yang terus-menerus
Sekresi mucus yang terus-menerus
Sifat inelastik/tak lentur dari mukosa appendix.
Patogenesis
Manifestasi Klinis
Anamnesis:
Abdominal pain: Awalnya di epigastrium atau di
area umbilicus  menyebar ke daerah right lower
quadrant setelah 4-6 jam. Pada beberapa pasien,
nyeri langsung terasa di perut kanan bawah dan
tetap terasa pada lokasi yang sama.
Anorexia, nause, vomit (self-limited/1x-2x).
Obstipasi
Gejala Klinis
Mula: nyeri ulu hati, mual,
anoreksia, makin lama
makin menetap
Nyeri kemudian ke abdo-
men kanan bawah, menjadi
terlokalisir, dan nyeri menetap
Bertambah nyeri pada
pergerakan, berjalan,
atau batuk
Gejala Klinik
Nyeri mulai di epigastrium/regio umbilikus, mual,
anorexia
Nyeri pindah ke kanan bawah: rangsangan peritoneum
lokal di titik McBurney
Nyeri tekan = tenderness
Nyeri lepas = rebound tenderness
Defans muskuler = muscular guarding
Pemeriksaan Fisik
Tampak kesakitan, membungkuk
Suhu tubuh sedikit meningkat, tanpa perforasi
Peristalsis normal atau sedikit menurun
Nyeri perut kanan bawah, lokasi jelas
Nyeri tekan, nyeri lepas di daerah yg sama
Rovsign sign(+), obturator sign(+), psoas sign(+)
Tergantung letak apendiks, colok dubur mungkin nyeri /
mungkin tidak
Pemeriksaan Fisik
Rovsing’s sign
Obturator sign
Psoas sign
Pemeriksaan Penunjang

X-ray: tidak khas, jarang membantu diagnosa

USG: dilatasi lumen, dinding tebal


CT: Thickened appendix dengan periappendicael
stranding
Diagnosis
1. Anamnesa:
 Nyeri perut awalnya di epigastrik,
kemudian ke perut kanan bawah.
 Anorexia, mual dan muntah(aktivasi vagus)
 Obstipasi
 Febris(komplikasi infeksi akut)
2. Pemeriksaan fisik
Diagnosa Banding
Adenitis mesenterial akut
Gastroenteritis akut
Torsio testis
Divertikulitis
Intususepsi
Ileitis akut
Batu ureter
Adneksitis
Kehamilan ektopik
Mittelschmerz
DIAGNOSIS BANDING
Differential diagnosis Gejala
Pelvic inflammatory disease - Terjadi selama fase proliferasi dari siklus menstruasi
- Durasi gejalanya lebih lama
- Demam lebih tinggi
- Leukocytosis lebih tinggi
- Lokasi nyerinya kurang terlokalisir
- Nyeri pelvic lebih hebat
- Cervical motion tenderness

Mittleschemerz pain (ruptured ovarian - Nyerinya terjadi terutama saat ovulasi


follicular cyst) - Terdapat riwayat nyeri ovulasi sebelumnya
- Demam jarang muncul
- Tenderness present
- Leukocytosis

Acute mesenteric adenitis - Nyeri kurang terasa atau lebih menyebar


- Nyeri tekan tidak sesakit pada appendicitis
- Voluntary guarding
- Generalized lymphadenopathy
Viral / bacterial gastroenteritis - Massive diarrhea (diarrhea pada appendicitis
jarang lama dan massive)
- Nyeri abdomennya difuse , jarang menjadi
localized
- Tenderness ditemukanmild dan generalized (jarang
adanya nyeri spesifik di quadran kanan bawah)

Intussusception - Terjadi pada umur < 2 tahun (idiopatik)


- Gizi baik
- Setelah beberapa jam, BAB menjadi berdarah dan
terdapat mukus
- Teraba massa pada RLQ

Urinary tract infection - Demam


- Ketok CVA (+)
- Terdapat pus cell dan bakteri pada pemeriksaan
urin
Batu ureter - Nyeri menyebar ke labia, skrotum, atau penis
- Hematuria
- Tidak demam
- Tidak ditemukan leukositosis
- Diagnosis: pyelography
Patology Anatomy
 Early acute appendicitis:
 earliest stage.
 Terdapat eksudat netrofil yang jarang pada lapisan mukosa, submukosa dan
muscularis propria.
 Reaksi inflammasi merubah lapisan serosa menjadi dull, granular, dan memiliki
membran berwarna merah.
 Acute suppurative appendicitis:
 latter stage.
 Banyak terdapat eksudat netrofilik yang menghasilkan reaksi fibrinopurulent di
sepanjang lapisan serosa.
 Terbentuk abses pada dinding serta ulceration dan foci of suppurative necrosis pada
mukosa.
 Acute gangrenous appendicitis:
 kerusakan appendix yang berkelanjutan menyebabkan large areas of hemorrhagic
green ulceration pada mukosa ditambah dengan green-black gangrenous necrosis
yang melewati dinding appendix sampai ke lapisan serosa.
 Jika dibiarkan: rupture + suppurative peritonitis.
Patologi
MANAJEMEN
Setelah diputuskan untuk operasi, pasien harus
dipersiapkan dulu segala sesuatunya, yaitu sebagai
berikut :
Adekuat hidrasi
Memperbaiki atau memantau elektrolit
Memantau kondisi jantung, pulmonary, dan renal
Antibiotik : untuk non-perforasi appendicitis diberikan
24-48 jam, sedangkan untuk yang perforasi diberikan
7-10 hari sebelum operasi.
Open Appendectomy
Apendektomi
KOMPLIKASI
Sepsis
Gangrenous appendicitis
Intraabdominal abcess
Perforated appendicitis
Periappendicullar plegmon (mass)
Periappendicular abcess
Local/ diffuse peritonitis
PROGNOSIS
Mortalitas: 0,1% pada appendisitis akut, 3% bila
ruptur, 15% bila ruptur pada geriatric. Penyebab
kematian: sepsis tidak terkontrol, peritonitis, abses
intraabdomen atau gram-negatif sepitecemia, aspirasi.
ANALISA KASUS
Diagnosis pada pasien ini ditegakkan dari:
Anamnesa: nyeri pada ulu hati yang berpindah menuju
perut kanan bawah disertai mual, muntah, dan
anoreksia.
Pemeriksaan fisik: NT & NL (+) pada titik Mc Burney;
Rovsing’s sign (+); psoas sign (+); obturator sign (+)
Pemeriksaan penunjang (USG):
Mc Burney: tampak struktur tubuler multilayer berujung
buntu pada potongan transversal menyerupai target
lesi, diameter 0,64 cm
ATURNUHUN SADAYANA

Anda mungkin juga menyukai