Anda di halaman 1dari 17

PERTEMUAN Ke-6

ASPEK KETERAMPILAN BAHASA

 Berdasarkan wacana kita dapat memahi keterampialan seseorang mempelajari


bahasa dengan fokus pada penguasaan kemampuan berbahasa atau kemampuan
berkomunikasi melalui bahasa yang digunakannya. Kemampuan ini melibatkan
dua hal: (1) kemampuan untuk menyampaikan pesan, baik secara lisan (melalui
berbicara) maupun tulisan (melalui menulis), serta (2) kemampuan memahami,
menafsirkan, dan menerima pesan baik yang disampaikan secara lisan (melalui
kegiatan menyimak) maupun tertulis (melalui kegiatan membaca). Secara implisit,
kemampuan-kemampuan itu tentu saja melibatkan penguasaan kaidah bahasa
serta pragmatik. Kegiatan pragmatik merupakan kesanggupan penggunaan
bahasa untuk berbagai situasi yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan,
tujuan dan konteks berbahasa.
 Belajar bahasa pada dasarnya bertujuan untuk mengungkapkan kemampuan
menggunakan bahasa untuk berbagai keperluan. Para ahli bahasa
mengelompokkan tujuan pengajaran bahasa berdasarkan atas keterampilan
berbahasa yaitu: (1) keterampilan menyimak (listening skill), (2) Keterampilan
berbicara (speaking skill), (3) keterampilan membaca (reading skill), dan (4)
keterampilan menulis (wreating skill).
 Keterampilan-keterampilan tersebut saling
terkait mengingat antara yang satu dengan
yang lain, misalnya: keterampilan menyimak
erat katitannya dengan keterampilan berbicara.
Keterampilan menyimak merupakan dasar atau
modal utama untuk berbicara. Seseorang yang
terampil menyimak dengan baik dapat
dipastikan keterampilan berbicaranya baik
pula. Demikian pula keterampilan membaca
dan menulis saling menunjang serta
mempengaruhi, keseringan membaca akan
menjadi dasar untuk keterampilan menulis.
Bagan aspek keterampilan Berbahasa

MENYIMAK Lisan BERBICARA

Reseptif Produktif
MEMBACA Tulis MENULIS

Dalam kehidupan sehari-hari, menyimak dan berbicara merupakan kegiatan berbahasa lisan yang biasa kita
lakukan. Dimanapun kita berada, kedua jenis keterampilan berbahasa ini hamper selalu kita perlukan untuk
berkomunikasi dengan orang lain, sejak kita bangun pagi hingga akan akan tidur pada malam hari, baik di dalam
maupun diluar rumah, kita gunakan untuk berkomunikasi secara lisan

Menyimak
Dalam percakapan sehari-hari, kata mendengar, mendengarkan, dan menyimak sering kita gunakan. Dalam
pengajaran keterampilan berbahasa makna ketiga kata itu dengan harus dibedakan. Coba Anda bedakan sekali
lagi makna tersebut. Dalam peristiwa mendengar adalah tanpa direncanakan, tanpa diseganja. Belun terdapat
faktor kesegajaan. Sedangkan peristiwa mendengarkan faktor kesengajaan sudah ada, tetapi tetapi faktor
mamahami belum ada. Menyimak sudah ada faktor kesengajaan juga termasuk faktor pemusatan perhatian dan
pemahaman. Dalam peristiwa menyimak unsur pemahaman merupakan faktor pemahaman. Faktor
kesengajaan, pemusatan perhatian dan pemahaman ada dalam peristiwa menyimak.
 Menyimak, sebagai salah satu keterampilan berbahasa, tidak kalah pentingnya dengan
berbicara, membaca, dan menulis. Peristiwa menyimak diawali dengan mendengarkan
bunyi bahasa secara langsung atau melalui rekaman radio, telepon, atau televisi. Bunyi
bahasa yang ditangkap oleh teliga kita diidentifikasi jenis dan pengelompokannya
menjadi suku kata, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Jeda dan intonasi pun ikut
diperhatikan oleh menyimak. Bunyi bahasa yang diterima kemudian ditafsirkan
maknanya, dinlai kebenarnnya agar dapat diputuskan diterima tidaknya.
 Menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa,
mengidentifikasikan, menafsirkan, menilai, dan mereaksi terhadap makna yang
termuat pada wacana lisan. Jadi, peristiwa pada hakikatnya merupakan rangkaian
kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi. Secara sederhana dapat
dikatakan, menyimak merupakan proses memahami pesan yang disampaikan melalui
bahasa lisan. Sebaliknya berbicara adalah proses penyampaian pesan dengan
menggunakan bahasa lisan. Pesan yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud
aslinya melainkan berupa bunyi bahasa yang kemudian dialihkan menjadi bentuk
semula yaitu idea tau gagasan yang sama seperti yang dimaksud oleh pembicara.
 Dengan berbicara seseorang menyampaikan informasi melalui ujaran kepada kita.
Dengan menyimak kita menerima informasi dari seseorang. Pada kenyataannya,
peristiwa berbicara selalu dibarengi dengan peristiwa menyimak. Atau peristiwa
menyimak pasti ada dalam peristiwa berbicara.
 Secara sederhana dapat dikatakan, menyimak
merupakan proses memahami pesan yang
disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya
berbicara adalah proses penyampaian pesan
dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan
yang diterima oleh penyimak bukanlah wujud
aslinya melainkan berupa bunyi bahsa yang
kemudian dialihkan menjadi bentuk semula
yaitu idea tau gagasan yang sama seperti
yang dimaksud oleh pembicara.
Berbicara
Pada hakikatnya pengertian berbicara yang berbeda satu sama lainnya. Aktivitas
berbicara sesuai dengan kebutuhannya, dapat saja berbicara didefinisikan secara
sempit, misalnya berbicara adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan media
bahasa lisan. Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam
bentuk ujaran. Dalam hal ini Suhendar mengatakan “Berbicara adalah proses
perubahan wujud pikiran/perasaan menjadi wujud ujuran.” (1992.20). Ujuran yang
dimaksud adalah bunyi-bunyi bahasa yang bermakna. Coba anda banyakan, jika
seseorang meminta sesuatu kepada orang lain dengan menggunakan gerak-dan
isyarat tangan, tanpa menggunakan ujaran. Komunikasi hanya dengan isyarat
dapat berjalan, tetapi komunikasi seperti itu memiliki keterbatasan. Komunikasi
tanpa ujaran akan berlangsung tidak selancar komunikasi dengan ujaran, karena
akan ada gagasan yang tidak saling dipahami oleh kedua belah pihak.
Menurut beberapa pakar komunikasi berpendapat bahwa:
1. Berbicara Merupakan Espresi Diri
Kepribadian seseorang dapat dilihat dari pembicaraannya. Kemarahan, kesediahan,
kebahagiaan, bahkan ketidakjujuran seseorang tidak dapat disembunyikan selam
dia berbicara.
Kartapati (1981: 9) mengatakan berbicara merupakan ekspresi diri. Dengan
berbicara seseorang dapat menyatakan kepribadian dan pikirannya, berbicara
dengan dunia luar atau hanya sekedar pelampiasan uneg-uneg.
2. Berbicara Merupakan Kemampuan Mental Motorik
Berbicara tidak hanya melibatkan kerja sama alat-alat ucap secara harmonis
untuk menghasilkan bunyi bahasa, akan tetapi berbicara juga melibatkan
aspek mental. Bagaimana bunyi bahasa dikaitkan dengan gagasan yang
dimaksud pembicaraan merupakan sesuatu keterampilan tersendiri.
Kemampuan mengaitkan gagasan dengan bunyi-bunyi bahasa (kata dan
kalimat) secara tepat merupakan kemampuan yang mendukung keberhasilan
berbicara.
3. Berbicara Terjadi dalam Konsteks Ruang dan Waktu
Berbicara harus memperhatikan ruang dan waktu. Tempat dan waktu
terjadinya pembicaraan mempunyai efek makna pembicaraan.
4. Berbicara Merupakan Berbahasa yang bersifat Produktif
Produktif di sini bukan berarti menghasilkan suatu produk berupa barang.
Produk yang dihasilkan oleh seseorang pembicara berupa ide, gagasan atau
buah pikiran. Ide, gagasan, atau pikiran seseorang pembicara memiliki
hikam atau dapat dimanfaatkan oleh penyimak. Orang yang terampil
berbicara adalah orang yang pandai menyampaikan buah pikirannya dengan
bahasa yang baik dan benar, serta isi pembicaraannya bermakna dan
bermanfaat bagi pendengarnya.
5. Tujuan dan Jenis Berbicara
a. Tujuan Berbicara
Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan informasi berupa gagasan-
gagasan kepada pendengar. Tujuan tersebut antara lain untuk memberi
informasi, menyatakan diri, mencapai tujuan, berekspresi, menghibur dan lain-
lain.
b. Jenis Berbicara
Jenis berbicara dalam pemahaman ini mengacu pada situasi. Situasi yang
dimaksud adalah sesuai yang berkaitan dengan tujuan berbicara.
a. Berbicara dalam situasi nonformal
b. konteks Pembicaraan
c. Situasi berbicara nonformal
Secara sederhana dapat dikatakan, menyimak merupakan proses memahami
pesan yang disampaikan melalui bahasa lisan. Sebaliknya berbicara adalah
proses penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa lisan. Pesan yang
diterima oleh penyimak bukanlah wujud aslinya melainkan berupa bunyi bahsa
yang kemudian dialihkan menjadi bentuk semula yaitu idea tau gagasan yang
sama seperti yang dimaksud oleh pembicara.
Membaca
 Membaca adalah suatu interpretasi simbol –simbol tertulis atau membaca adalah menangkap makna dari
serangkaian simbol –simbol (Nurhadi, 1995: 34). Membaca menurut Kridalaksana dalam Fajar Rachmawati (2007:
3) bahwa membaca adalah keterampilan mengenal dan memahami tulisan dalam bentuk urutan lambang –
lambang grafis dan perubahannya menjadi wicara bermakna dalam bentuk pemahaman diam –diam atau
pengujaran keras –keras. Membaca adalah salah satu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca
untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata ataubahasa lisan
(Tarigan,1990: 7).Sehingga membaca dapat diartikan sebagai mengidentifikasi simbol –simbol dan
mengasosiakannyadengan makna.Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 83) bahwa membaca adalah mengeja
atau melafalkan apa yang tertulis. Sabarti Akhadiah dkk (1991: 22) mengungkapkan bahwa membaca
merupakan suatu kesatuan kegiatan seperti mengenali huruf dan kata –kata, menghubungkannya dengan bunyi
serta maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud jawaban.

 Pada bagian ini, ada dua jenis kegiatan membaca yaitu membaca dalam hati dan membaca bersuara. Dalam
kehidupan, kita lebih banyak melakukan kegiatan membaca dalam hati dari pada membaca bersuara. Namun
untuk profesi tertentu, seperti sebagai pembaca berita , hakim, presiden, dan profesi lainnya, kemampuan
membaca bersuara memegang peranan penting dalam karir mereka. Kemampuan membaca dalam hati
mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, dan ingatan kita dalam membaca, sedangkan kemampuan
membaca bersuara mensyaratkan kita untuk melafalkan kata demi kata, kalimat demi kalimat dari bahan
bacaan dengan pengucapan,intonasi, tekanan, dan tempo suara yang tepat.
 Dalam membaca wacana informatif dan membaca untuk tujuan belajar, strategi membaca memindai ( scanning
dan skimming) menjadi penting. Kemampuan membaca dengan sangat cepat diperlukan dalam pemindaan
bahan bacaaan. Scanning akan membantu kita menemukan dengan cepat informasi khusus yang kita perlukan,
sedangkan skimming membantu kita memperoleh gambaran mengenai bahan bacaan yang kita hadapi. Kedua
strategi membaca itu diperlukan dalam melakukan kegiatan prabaca (previewing), kemudian menjadi dasar bagi
pembaca untuk melakukan dugaan-dugaan mengenai isi bacaan. Selanjutnya, setelah tahap prabaca dan
pendugaan dilalui, dalam membaca untuk tujuan pemahaman (belajar), kita akan menggunakan kecepatan yang
bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Ini dikarenakan kita sering harus member tanda-tanda tertentu pada bahan
bacaan. Kegiatan pemahaman akan lebih mantap apabila diakhiri dengan menulis sebuah rangkuman dan
catatan mengenai teks yang telah dibaca.
 Pada bagian ini, ada dua jenis kegiatan membaca yaitu membaca dalam hati dan
membaca bersuara. Dalam kehidupan, kita lebih banyak melakukan kegiatan membaca
dalam hati dari pada membaca bersuara. Namun untuk profesi tertentu, seperti sebagai
pembaca berita , hakim, presiden, dan profesi lainnya, kemampuan membaca bersuara
memegang peranan penting dalam karir mereka. Kemampuan membaca dalam hati
mengandalkan kemampuan visual, pemahaman, dan ingatan kita dalam membaca,
sedangkan kemampuan membaca bersuara mensyaratkan kita untuk melafalkan kata
demi kata, kalimat demi kalimat dari bahan bacaan dengan pengucapan,intonasi,
tekanan, dan tempo suara yang tepat.
 Dalam membaca wacana informatif dan membaca untuk tujuan belajar, strategi
membaca memindai ( scanning dan skimming) menjadi penting. Kemampuan membaca
dengan sangat cepat diperlukan dalam pemindaan bahan bacaaan. Scanning akan
membantu kita menemukan dengan cepat informasi khusus yang kita perlukan,
sedangkan skimming membantu kita memperoleh gambaran mengenai bahan bacaan
yang kita hadapi. Kedua strategi membaca itu diperlukan dalam melakukan kegiatan
prabaca (previewing), kemudian menjadi dasar bagi pembaca untuk melakukan dugaan-
dugaan mengenai isi bacaan. Selanjutnya, setelah tahap prabaca dan pendugaan dilalui,
dalam membaca untuk tujuan pemahaman (belajar), kita akan menggunakan kecepatan
yang bervariasi sesuai dengan kebutuhan. Ini dikarenakan kita sering harus member
tanda-tanda tertentu pada bahan bacaan. Kegiatan pemahaman akan lebih mantap
apabila diakhiri dengan menulis sebuah rangkuman dan catatan mengenai teks yang
telah dibaca.
 Dalam berpidato, kadang-kadang seseorang harus menggunakan naskah lengkap
karena sesuatu alasan. Dalam membaca naskah pidato, seseorang harus
mengandalkan kemampuan membaca bersuara dengan intonasi, tekanan, dan
tempo yang tepat serta kemampuan menggunakan gerak tubuh dan ekspresi wajah
yang sesuai. Kemampuan itu hanya dapat diperoleh melalui latihan.
 Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membacakan naskah pidato.
Pertama, sebelum membaca suatu naskah pidato secara nyaring, hendaklah naskah
tersebut dipahami terlebih dulu, dengan cara membacanya dalam hati. Dengan
pemahaman terlebih dulu maka pembacaan naskah pidato secara bersuara
nantinya tidak hanya akan lancar, tetapi juga dapat dilakukan dengan baik. Kedua,
berupaya menggunakan bahasa tubuh yang tepat, terutama memelihara kontak
mata dengan pendengar ketika membacakan naskah pidato secara nyaring.
 Internet merupakan salah satu sumber informasi. Kemampuan menelusuri wacana
informatif di internet merupakan nilai tambah yang harus dikuasai. Selain
menguasai teknik penelusuran, kecepatan membaca ( scanning dan skimming)
sangat diperlukan dalam membaca wacana informatif di internet.
 Kemudian, dalam membaca karya sastra, seseorang paling tidak harus memahami
tiga hal, yaitu (1) kode bahasa, (2) kode sastra dan (3) kode budaya yang berkaitan
dengan sastra itu. Tanpa pemahaman ketiga hal tersebut, pembaca tidak akan
dapat memahami dan menikmati karya sastra yang dibaca.
Menulis
Menulis adalah kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis
kepada pihak lain. Aktivitas menulis melibatkan unsur penulis sebagai
penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau media tulisan, dan
pembaca sebagai penerima pesan.
Menurut Tarigan (Hasani, 2005:1) menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan grafik tersebut.
Menurut Syamsudin (Hasani, 2005:1) Menulis adalah aktivitas seseorang dalam
menuangkan ide-ide, pikiran, dan perasaan secara logis dan sistematis dalam
bentuk tertulis sehingga pesan tersebut dapat dipahami oleh para pembaca.
Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa menulis dapat diartikan
sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis
sebagai media penyampai.
Menurut Djago Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
menulis berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau
pikiran dan perasaan. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)
juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: meletakkan
simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain.
 Dalam menulis, seseorang mulai dengan membuat perencanaan. Kemudian, dalam menulis,
seseorang mulai dengan membuat perencanaan. Kemudian, mungkin yang bersangkutan langsung
menulis, kemudian meerevisinya, kemudian menulis lagi, merevisi lagi, dan menulis lagi. Tahapan itu
dilakukannya berulang-ulang sampai diperoleh sebuah tulisan akhir. Tetapi, ada pula orang yang
menulis dimulai dengan membuat perencanaan, kemudian rencana tulisan itu direvisi, lalu menulis,
kemudian merevisi rencana tulisan, kemudian menulis lagi, melakukan revisi. Proses menulis tampak
bolak-balik dari membuat rencana tulisan, merevisi rencana tersebut, menulis, kemudian melakukan
revisi terhadap rencana terhadap tukisan sampai akhirnya tulisan selesai.
 Dalam menulis, kita harus melakukan pemilihan kata dari sejumlah bersar dalam kata dalam bahasa
Indonesia yang memiliki karakteristik, antara lain (a) berupa kata-kata yang bersinonim dan
berantonim, (b) denotasi dan konotasi, (c) kata umum dan kata khusus, (d) kata konkret dan kata
abstrak, (e) kata kajian dan kata populer, (f) kata asing dan serapan. Kemudian, kata-kata tersebut
dengan dibantu oleh unsur gramatikal tertentu harus disusun menjadi kalimat-kalimat efektif.
Syarat-syarat kalimat efektif adalah (1) kejelasan unsure subjek dan predikat, (2) kehematan, (3)
kesejajaran, (4) kevariasian, dan (5) penekanan.
 Selain itu, seorang penulis juga harus memperhatikan aspek ejaan dalam menulis. Dalam bahasa
Indonesia, ejaan yang berlaku disebut Ejaan yang Disempurnakan (EYD), dapat dibaca dalam buku
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang ada di sekolah atau yang dijual di took-toko. Buku
ejaan tersebut memuat lima aspek, yaitu: (1) pemakaian huruf dan pemenggalan kata, (2) penulisan
huruf capital dan huruf miring, (3) penulisan kata, (4) penulisan unsur serapan, dan (5) pemakaian
tanda baca.
 Sebuah tulisan yang baik bukanlah hanya terdiri dari deretan kalimat lepas, melainkan kalimat-
kalimat harus dirangkaikan secara serasi dan padu dengan cara tertentu menjadi paragraf-paragraf .
 Karangan fiksi merupakan hasil kreatif dan imajinatif penulis. Berbeda
dengan itu, karangan nonfiksi merupakan hasil pemikiran dan pengamatan
penulis yang dituangkan dengan menggunakan strategi tetentu. Oleh karena
itu, karangan nonfiksi bersifat logis dan empiris.
 Biasanya sebuah fiksi direncanakan dengan cara menulis sinopsis cerita
terlebih dulu, kemudian baru dikembangkan dalam bentuk cerita pendek,
novel, atau naskah drama. Di pihak lain, proses penulisan karagan nonfiksi
melalui langkah-langkah sebagai berikut: pemilihan topik, perumusan tujuan
penulisan, penulisan kerangka karangan, pengumpulan bahan tulisan, dan
bahan pengembangan kerangka karangan menjadi karangan utuh.
 Hubungan antara berbicara dengan menulis seorang pembicara yang baik biasanya
memerlukan persiapan tertulis. Dengan adanya persiapan dalam bentuk tulisan,
seorang pembaca akan menjadi mudah memaparkan isi, perasaan, pikiran, ide, pen
Hubungan membaca dengan menulis gaya tulisan berasal dari membaca, riset
dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar menulis lewat membaca. Untuk lebih
tepatnya, kita memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan
membaca. Kita sudah melihat banyak bukti yang menegaskan hal ini: Anak-anak
yang berpartisipasi dalam program membaca-bebas, menulis dengan lebih baik
dan mereka yang melaporkan bahwa semakin banyak mereka membaca semakin
baik tulisannya
Simpulan
Menulis adalah proses komunikasi berupa penyampaian pesan secara tertulis kepada pihak lain
yang melibatkan penulis sebagai penyampai pesan dan pembaca sebagai penerima pesan.
Hubungan menyimak dengan berbicara yaitu merupakan komunikasi dua arah/tatap muka secara
langsung dimana menyimak bersifat reseftif, sedangkan berbicara bersifat produktif, misalnya
percakapan kita sehari-hari merupakan contoh hubungan menyimak dan berbicara dimana ada
pembicara dan penyemak, selain itu kemampuan menyimak seseorang merupakan factor penting
yang mendukung kemampuan berbicara. Hubungan menyimak dengan membaca keduanya
bersifat reseptif (menerima), Prof. Dr. Henry Guntur Tarigan (1994:2) menuliskan hubungan
penting antara membaca dan menyimak antara lain: 1) Pengajaran serta petunjuk-petunjuk dalam
membaca diberikan oleh sang guru melalui bahasa lisan. 2) menyimak merupakan cara atau mode
utama bagi pelajaran lisan (verbalized learning) selamatahun-tahun permulaan di sekolah. 3) kosa
kata atau perbendaharaan kata menyimak yang sangat terbatas mempunyai kaitan dengan
kesukaran-kesukaran dalam belajar membaca secara baik.
Hubungan menyimak dengan menulis kreatifitas seorang penulis banyak dipengaruhi oleh
kemampuan dalam menyimak suatu ujaran, karena pada hakikatnya keterampilan menyimak
dapatmeningkatkan kreatifitas seorangpenulis. Hubungan berbicara dengan membaca
kemampuan umum berbahasa lisan memiliki pengaruh yang besar dalam melatar belakangi
pengalaman-pengalaman yang berarti.
 Hubungan antara berbicara dengan menulis seorang pembicara
yang baik biasanya memerlukan persiapan tertulis. Dengan
adanya persiapan dalam bentuk tulisan, seorang pembaca akan
menjadi mudah memaparkan isi, perasaan, pikiran, ide, pen
Hubungan membaca dengan menulis gaya tulisan berasal dari
membaca, riset dengan jelas menunjukkan bahwa kita belajar
menulis lewat membaca. Untuk lebih tepatnya, kita
memperoleh gaya tulisan, bahasa khusus penulisan, dengan
membaca. Kita sudah melihat banyak bukti yang menegaskan
hal ini: Anak-anak yang berpartisipasi dalam program membaca-
bebas, menulis dengan lebih baik dan mereka yang melaporkan
bahwa semakin banyak mereka membaca semakin baik
tulisannya.
SEKIAN
SELAMAT BELAJAR
SEMOGA SUKSES SELALU

Anda mungkin juga menyukai