Anda di halaman 1dari 6

Pemerintahan Daerah menurut UU No

23 Tahun 2014
Diadopsi dan disarikan kembali dari bahan presentasi Simanjuntak
(2015) “ Sistem Pemda Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 dan
Hubungannya dengan Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum”
dipresentasikan di SulSel 25 Oktober 2015
(Kemendagri, 2015)
Tujuan Desentralisasi dari Rangkaian Aspek Legal Historis (1)
Sumber: Simanjuntak, Nelson (2015)

• UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1945 meneruskan sistem yg diwariskan oleh Pem.


Kolonial Belanda yakni menerapkan prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi dalam sistem
pemda, dengan penekanan lebih diberikan kepada prinsip dekonsentrasi
• UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1948 lebih menekankan pada prinsip
desentralisasi pemerintahan sehari-hari dijalankan oleh Dewan Pemerintahan Daerah (DPD)
dimana Kepala daerah bertindak selaku Ketua DPD bertanggung jawab kepada DPRD
Kondisi ini merupakan cerminan dr demokrasi parlementer yg dianut pd masa itu
• UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1957 hampir sama dengan pengaturan dalam
Undang-Undang Nomor 22 Thn 1948 tetapi keduanya ada perbedaannya pada peranan yang
dijalankan oleh kepala daerah yangmana Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 Kepala
daerah hanya berperan selaku alat daerah dan tidak bertanggung jawab kepada Pemerintah
Pusat
Tujuan Desentralisasi dari Rangkaian Aspek Legal Historis (2)

• PENETAPAN PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 1959 bahwa pemerintah daerah terdiri


dari kepala daerah dan DPRD yangmana Kepala daerah mengemban dua fungsi yaitu
sebagai eksekutif daerah dan wakil Pemerintah Pusat di daerah, juga selaku Ketua DPRD
• UNDANG-UNDANG NOMOR 18 TAHUN 1965 perubahan mendasar yang terjadi
dalam sistem pemerintahan daerah adalah bahwa kepala daerah bukan lagi bertindak
sebagai Ketua DPRD, dan dia juga diizinkan menjadi anggota partai politik. Meskipun
prinsip desentralisasi dan dekonsentrasi dianut dalam sistem tersebut, namun
dekonsentrasi hanyalah dianggap sebagai pelengkap
• UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1974 kuatnya intervensi Pemerintah Pusat
dalam setiap elemen dasar dari pemerintahan daerah kepala daerah berperan sebagai
daerah otonom dan Kepala wilayah Nuansa sentralisasi juga terasa kuat dalam aspek
kepegawaian, keuangan, dan aspek-aspek lainnya
Tujuan Desentralisasi dari Rangkaian Aspek
Legal Historis (3)
• UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 Perubahan dari sentralisasi yang dianut
oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 menjadi pemerintahan daerah yang desentralistik
secara ekstrim terjadi penyerahan urusan secara drastis ke daerah kabupaten/kota. Pemerintah
Pusat dan provinsi mempunyai kewenangan yang terbatas
• UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 Berusaha mencari keseimbangan antara
desentralisasi dengan sentralisasi urusan pemerintahan sudah dibagi antar tingkatan
pemerintahan secara sistematik antara Pemerintah Pusat, provinsi dan kabupaten/kota Namun
dalam pelaksanaannya tidak optimal dikarenakan : 1. pembagian urusan pemerintahan tidak
diikuti dengan pembagian sumber-sumber pendanaan yang seimbang 2. urusan pemerintahan
yang diserahkan ke provinsi sedikit tapi sumber pendanaannya banyak sehingga menyebabkan
kecenderungan provinsi untuk mencampuri urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota 3. di tingkat kabupaten/kota sebagai lini terdepan penyedia pelayanan publik
kurang didukung oleh pendanaan yang memadai
K E B I JA K A N D E S E N T R A L I S A S I
Sekian dan Terima kasih, silakan mengkaji UU no 23 Tahun
2014 untuk menguatkan pemahaman Saudara/i
Sumber: Simanjuntak, Nelson. (2015) “ Sistem Pemda
Berdasarkan UU No 23 Tahun 2014 dan Hubungannya dengan
Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum” dipresentasikan di
SulSel 25 Oktober 2015, Kemendagri, 2015

Semoga Sukses!

Anda mungkin juga menyukai