Anda di halaman 1dari 48

Clinical Report Session

APENDISITIS AKUT
Preseptor :
dr. Jon Effendi, Sp. B, Sp. BA

Farhan Abdallah 2040312070


Aina Almaaidah Morgan 2040312057
Brilianata Andira 2040312013
Pendahuluan
Apendisitis adalah suatu peradangan
pada apendiks vermiformis (usus
buntu). Apendisitis akut umumnya
disebabkan oleh infeksi bakteri.

Apendisitis akut dapat terjadi pada


beragam tingkat usia dan paling sering
menyerang pada usia dekade kedua
dan ketiga.

Kasus apendisitis memerlukan


tindakan bedah segera, karena dapat
menyebabkan komplikasi yang
berbahaya seperti perforasi.
Latar Belakang
 Insiden apendisitis akut di negara maju lebih tinggi
dari negara berkembang
 Proses inflamasi pada apendiks akibat infeksi.
 Penyebab utama terjadinya infeksi adalah karena
terdapat obstruksi.
 Nyeri perut muncul mendadak dirasakan pada
daerah epigastrium atau periumbilikus kemudian
nyeri menjalar di titik McBurney
Tinjauan
Pustaka
Anatomi
Apendiks vermiformis
diperdarahi oleh arteri
apendikularis, cabang
arteri ileokolika. Persarafan
sekum dan apendiks
berasal dari saraf simpatis
dan parasimpatis dari
pleksus mesenterika
superior.
Etiologi dan Patofisiologi
Fase obstruksi Fase inflamasi
Adanya sumbatan yang Tekanan yang terus
menyebabkan sekresi meningkat menyebkan
mucus tidak dapat edema yang
keluar dan menumpuk di menyebabkan celah
dalam apendiks antar sel epitel
sehingga tekanan lumen merenggang dan kuman
meningkat pun dapat masuk
submukosa, (+) pus.
Fase Perforasi

aliran arteri terganggu di dinding apendiks 


iskemik  infark dinding dan gangren, bila rapuh
dan pecah  apendisitis perforasi
Klasifikasi
Appendisitis Akut :
- Cataral Appendisitis : proses peradangan baru terjadi
karena obstruksi, gejala diawali nyeri di umbilikus, mual
muntah, anoreksia, malaise, dan demam ringan.
- Supuratif Appendisitis : disertai edema  aliran vena di
dinding appendiks terbendung  trombosis.
- Appendisitis Gangrenosa : aliran darah arteri mulai
terganggu  infark dan gangren.
.
● Appendisitis Abses : bila massa
lokal yg terbentuk berisi pus.
● Appendisitis Perforasi : appendiks
yang sudah gangren pecah  pus
masuk ke rongga perut 
peritonitis.
● Appendisitis Kronis : lanjutan
appendisitis akut supuratif sbg
proses radang yang persisten.
Gejala Klinis
Nyeri awal di epigastrium

Menetap di RLQ

Demam

Anoreksia

Muntah
Diagnosis
Anamnesis

-nyeri kolik peri-umbilikalis meningkat (24 jam pertama)  konstan dan


tajam, berpindah ke fosa iliaka kanan
-peningkatan nyeri terjadi gradual seiring dengan perkembangan
penyakit
-nyeri memberat bila dilakukan penekanan pada dinding abdomen,
batuk, ataupun mengedan
-variasi lokasi anatomis appendiks dapat mengubah gejala nyeri
-anorexia, mual, muntah ataupun konstipasi
- diare  infeksi sekunder dan iritasi pada ileum terminal atau caecum
- indigesti atau perubahan bowel habit
- demam ringan
Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Umum
-keadaan umum pasien, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring
pasien
-gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis

Pemeriksaan Abdomen
I: distensi abdomen, penonjolan di perut kanan bawah, jaringan parut bekas operasi,
gambaran usus atau gerakan usus.
A: peristaltik usus sering normal/dapat menurun bila terjadi ileus paralitik.
Pa: Tanda peritonitis lokal (titik Mc. Burney):
-nyeri tekan
-nyeri lepas
-defans muskular
Tanda Psoas — nyeri pada ekstensi paha kanan (apendiks retrosekal
retroperitoneal)
● Tanda obturator — nyeri pada rotasi internal paha kanan (apendiks pelvis)
● Tanda Rovsing — nyeri di kuadran kanan bawah dengan palpasi kuadran
kiri bawah
● Tanda Dunphy — rasa sakit bertambah dengan batuk
● Nyeri panggul di kuadran kanan bawah (apendiks retrosekal
retroperitoneal)
● Pasien mempertahankan fleksi pinggul dengan lutut ditarik untuk
kenyamanan
● Pemeriksaan rectal toucher umumnya harus dilakukan pada pasien dengan
keluhan nyeri perutmembedakan antara obstruksi dengan paralisis usus
● Pemeriksaan vagina
Pemeriksaan Abdomen

Pe: -nyeri ketok  iritasi pada peritoneum


-pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness,  udara bebas atau cairan bebas juga
dapat dinilai. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi
abdomen hipertimpani.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium
Leukositosis ringan (10.000-18.000/ mm33) pada keadaan akut, apendisitis tanpa
komplikasi dan sering disertai predominan polimorfonuklear sedang.
Hitung jenis sel darah putih normal shift to the left
>18.000/mm33  meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi dengan atau tanpa
abscess
Kombinasi 3 tes : peningkatan CRP ≥ 8 mcg/mL, hitung leukosit ≥ 11000, dan persentase
neutrofil ≥ 75% (sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%)
Skor Alvarado ● 0-4 : kemungkinan apendisitis
kecil
● 5-6 : bukan diagnosis apendisitis
● 7-8 : kemungkinan besar
apendisitis
● 9-10 : hampir pasti menderita
apendisitis
● Bila skor 5-6 dianjurkan untuk
diobservasi di rumah sakit, bila
skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
Skor Adult Apendicitis Score

skor ⩽10 :risiko rendah apendisitis,


skor 11-15 :risiko menengah apendisitis,
skor ⩾16 : risiko tinggi apendisitis.
USG
Diagnosis:diameter anteroposterior 7 mm atau lebih,
didapatkan suatu appendicolith, adanya cairan atau
massa periapendiks (Sensitifitas > 85% dan
spesifitasnya > 90%)
False positif : infeksi sekunder apendiks eg. salphingitis
atau inflammatory bowel disease.
False negative : letak apendiks retrocaecal atau rongga
usus yang terisi banyak udara yang menghalangi
apendiks.

CT-scan
Indikasi : obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan
curiga adanya abses
Sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%
Diagnosis: appendiks dilatasi lebih dari 5-7 mm pada
diameternya. Dinding pada appendiks yang terinfeksi
akan mengecil sehingga memberi gambaran “halo”.
Tatalaksana
● gold standard : apendektomi  terbuka / laparaskopik
● setiap penundaan 12 jam waktu operasi penambahan risiko 5% terjadinya perforasi.
Tatalaksana non-operatif
Tatalaksana inisial yang dapat diberikan adalah:
- bed rest total posisi fowler
- tidak usah memberikan apapun melalui mulut
-resusitasi cairan untuk koreksi dehidrasi
-pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung, mengurangi distensi abdomen dan
untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi. 7
-berikan anti nyeri
-berikan antibiotik profilaksis, dosis tinggi, biasanya 1-3 kali dosis. Antibiotik yang umum
diberikan adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3 dan Metronidazole (48 jam) saja. Bila ada
perforasi administrasi antibiotic selama 7-10 hari. Pilihan antibiotik lain: ampicilin-sulbactam,
ampicilin-asam klavulanat, imipenem, aminoglikosida, dan lain sebagainya
Tatalaksana operatif
● Apendektomi Terbuka
Sayatan McBurney dapat dilakukan dengan:
1. Insisi Gridiron,
Insisi pada titik McBurney yang dilakukan tegak lurus terhadap garis khayalan
antara SIAS dan umbilikus. Palpasi untuk menemukan massa yang membesar,
kemudian identifikasi sekum, lakukan palpasi ke arah posteromedial untuk
menemukan apendisitis posisi pelvik. Mesoapendiks diligasi dan dipisahkan.
Basis apendiks kemudian dilakukan ligasi dan transeksi.
2. Insisi Lanz,
Insisi diakukan 2 cm di bawah pusat, insisi transversal pada garis mid klavikula -
mid inguinal. Keuntungan kosmetik lebih baik dibandingkan insisi gridiron.
3. Insisi paramedian kanan bawah, insisi vertikal paralel dengan midline, 2,5 cm
di bawah umbilikus sampai diatas pubis
4. Insisi suprainguinal, insis perluasan dari insisi di titik Mc Burney, insisi ini
dilakukan pada apendiks terletak di retrosekal dan terfiksir
● Apendektomi Laparaskopik
-sekaligus menjadi prosedur diagnostik.
-bila ada abses atau infeksi lanjut, pendekatan terbuka mungkin
diperlukan & prosedur drainase perkutan
-pendekatan laparoskopi mengurangi rasa sakit, pemulihan lebih
cepat, dan kemampuan untuk “menjelajahi” abdomen melalui sayatan
kecil.
Komplikasi
● Abses pasca operasi
● hematoma
● komplikasi luka
● apendisitis "berulang"  penting untuk memastikan bahwa terdapat sangat
sedikit / tidak ada sisa apendiks setelah operasi apendektomi.
● abses dengan perkembangan fistula enterokutan
● peritonitis dan sepsis difus
Prognosis
Jika didiagnosis dan ditatalaksana dalam 24 - 48 jam, pemulihan dan prognosis
akan sangat baik.
Kasus yang muncul dengan abses lanjut, sepsis, dan peritonitis mungkin memiliki
perjalanan yang lebih lama dan rumit, mungkin memerlukan pembedahan
tambahan atau intervensi lain.
Laporan Kasus
Identitas
Pasien
Nama : Tn. DS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ganting
Keluhan
Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 30
menit SMRS.
Riwayat • Awalnya nyeri perut kanan bawah dirasakan sejak 2
Penyakit bulan yang lalu, pasien sempat berobat dan
dipulangkan
Sekarang • Kemudian pasien merasakan nyeri yang meningkat di
perut kanan bawah 30 menit SMRS
• Nyeri dirasakan terus menerus, bertambah dengan
pergerakan
• Mual(+), Muntah (-), Demam (-)
• BAB tidak ada kelainan, riwayat BAB berdarah (-)
• Nyeri BAK (-), BAK sering (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
 DM (-)
 HT (-)
 Riwayat operasi sebelumnya
 Riwayat alergi obat tidak ada

Riwayat Keluarga
 Tidak ada keluarga yang menderita keluhan
yang sama dengan pasien

Riwayat Kebiasaan
 Pasien bekerja Jarang makan buah dan
sayur, sering minum kopi
 Seorang pedagang, ajrang minum air putih,
sering duduk
Pemeriksa
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
an Fisik • Kesadaran : GCS 15
• Vital Sign
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37oC
VAS :5
• Kepala : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan • Mulut : Tidak ditemukan kelainan
• Leher : Tidak ditemukan kelainan Thorax
Fisik • Jantung : Tidak ditemukan kelainan
• Paru :Fremitus meningkat, perkusi redup, suara
dasar bronkial
• Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-), Darm contour (-), Darm
steifung (-)
Palpasi : Supel, tidak terdapat pembesaran hepar
dan lien, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-),
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+) normal
• Ekstremitas :Tidak ditemukan kelainan
• Regio Anal :Tidak diperiksa
Diagnosis Kerja
Tumor Recti susp
malignancy
Terapi
Awal  
• IVFD RL = 8 jam/kolf
• Ceftriakson 2x 1gr iv
• Inj. Kalnex 3x1 amp
• Vit. K 3x1 amp
• PCT 3X500 mg
• Tranfusi darah 2 FFP
• Injeksi ranitidin 2x5 mg
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pemeriksaan Hematologi
• Hb : 9,2 g/dl (12-14)
Penunjang • Hematokrit : 29% (37-43)
• Leukosit : 10.360 mm3 (5000-10.000)
• Trombosit : 591.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritosit :3,58 106/mikroliter (4- 4,5)
• PT : 11, 4 detik
• APTT : 29,4 detik (21,9-29,3)
• Na : 138 mmol/L
• K : 3,8 mmol/L
• Cl : 112 mmol/L (97-112)
• Albumin : 2,4 g/dL (3,8-5)
• Globulin : 4,2 g/dL (1,3-2,7)
Pemeriksaan
Kesimpulan:
Penunjang • Anemia
• Leukositosis
• Trombositosis
• APTT melebihi nilai rujukan
• Albumin menurun
• Globulin meningkat
• Klorida meningkat
Pemeriksaan
2. Pemeriksaan Pencitraan
Penunjang
Foto X-Ray
Hillus paru kanan
menebal corakan
bronkovesikular
meningkat
 
Kesan : Pneumonia
 
2. Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan Pemeriksaaan
Penunjang Kolonoskopi :
• Scope masuk hingga rektum
• Ditemukan masa tumor 6cm dari
ACL
• Bernodul
• Sirkuler, rapuh dan mudah
berdarah
• Dilakukan pengambilan biopsi
• Scope tidak dapat masuk lebih
jauh

Kesimpulan :Tumor recti susp


malignancy
 
Pemeriksaan
Penunjang
3. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Hasil belum keluar
Diagnosis
Tumor Recti susp
malignancy
Tindakan Operasi

LAR (Lower Anterior


Reseksi), tunggu hasil PA
Diskusi
TERIMAKASI
CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including
icons by Flaticon and infographics & images by Freepik

H
Identitas
● Nama: Tn. DC
● Usia: 23 tahun
● Alamat: Ganting
● No RM:
● Tanggal masuk: 16 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai