APENDISITIS AKUT
Preseptor :
dr. Jon Effendi, Sp. B, Sp. BA
Menetap di RLQ
Demam
Anoreksia
Muntah
Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan Umum
-keadaan umum pasien, wajah, denyut nadi, pernapasan, suhu badan, dan sikap baring
pasien
-gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis
Pemeriksaan Abdomen
I: distensi abdomen, penonjolan di perut kanan bawah, jaringan parut bekas operasi,
gambaran usus atau gerakan usus.
A: peristaltik usus sering normal/dapat menurun bila terjadi ileus paralitik.
Pa: Tanda peritonitis lokal (titik Mc. Burney):
-nyeri tekan
-nyeri lepas
-defans muskular
Tanda Psoas — nyeri pada ekstensi paha kanan (apendiks retrosekal
retroperitoneal)
● Tanda obturator — nyeri pada rotasi internal paha kanan (apendiks pelvis)
● Tanda Rovsing — nyeri di kuadran kanan bawah dengan palpasi kuadran
kiri bawah
● Tanda Dunphy — rasa sakit bertambah dengan batuk
● Nyeri panggul di kuadran kanan bawah (apendiks retrosekal
retroperitoneal)
● Pasien mempertahankan fleksi pinggul dengan lutut ditarik untuk
kenyamanan
● Pemeriksaan rectal toucher umumnya harus dilakukan pada pasien dengan
keluhan nyeri perutmembedakan antara obstruksi dengan paralisis usus
● Pemeriksaan vagina
Pemeriksaan Abdomen
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Leukositosis ringan (10.000-18.000/ mm33) pada keadaan akut, apendisitis tanpa
komplikasi dan sering disertai predominan polimorfonuklear sedang.
Hitung jenis sel darah putih normal shift to the left
>18.000/mm33 meningkatkan kemungkinan terjadinya perforasi dengan atau tanpa
abscess
Kombinasi 3 tes : peningkatan CRP ≥ 8 mcg/mL, hitung leukosit ≥ 11000, dan persentase
neutrofil ≥ 75% (sensitivitas 86%, dan spesifisitas 90.7%)
Skor Alvarado ● 0-4 : kemungkinan apendisitis
kecil
● 5-6 : bukan diagnosis apendisitis
● 7-8 : kemungkinan besar
apendisitis
● 9-10 : hampir pasti menderita
apendisitis
● Bila skor 5-6 dianjurkan untuk
diobservasi di rumah sakit, bila
skor >6 maka tindakan bedah
sebaiknya dilakukan.
Skor Adult Apendicitis Score
CT-scan
Indikasi : obesitas, presentasi klinis tidak jelas, dan
curiga adanya abses
Sensitifitas dan spesifisitasnya kira-kira 95-98%
Diagnosis: appendiks dilatasi lebih dari 5-7 mm pada
diameternya. Dinding pada appendiks yang terinfeksi
akan mengecil sehingga memberi gambaran “halo”.
Tatalaksana
● gold standard : apendektomi terbuka / laparaskopik
● setiap penundaan 12 jam waktu operasi penambahan risiko 5% terjadinya perforasi.
Tatalaksana non-operatif
Tatalaksana inisial yang dapat diberikan adalah:
- bed rest total posisi fowler
- tidak usah memberikan apapun melalui mulut
-resusitasi cairan untuk koreksi dehidrasi
-pipa nasogastrik dipasang untuk mengosongkan lambung, mengurangi distensi abdomen dan
untuk mengurangi bahaya muntah pada waktu induksi anestesi. 7
-berikan anti nyeri
-berikan antibiotik profilaksis, dosis tinggi, biasanya 1-3 kali dosis. Antibiotik yang umum
diberikan adalah cephalosporin generasi 2 / generasi 3 dan Metronidazole (48 jam) saja. Bila ada
perforasi administrasi antibiotic selama 7-10 hari. Pilihan antibiotik lain: ampicilin-sulbactam,
ampicilin-asam klavulanat, imipenem, aminoglikosida, dan lain sebagainya
Tatalaksana operatif
● Apendektomi Terbuka
Sayatan McBurney dapat dilakukan dengan:
1. Insisi Gridiron,
Insisi pada titik McBurney yang dilakukan tegak lurus terhadap garis khayalan
antara SIAS dan umbilikus. Palpasi untuk menemukan massa yang membesar,
kemudian identifikasi sekum, lakukan palpasi ke arah posteromedial untuk
menemukan apendisitis posisi pelvik. Mesoapendiks diligasi dan dipisahkan.
Basis apendiks kemudian dilakukan ligasi dan transeksi.
2. Insisi Lanz,
Insisi diakukan 2 cm di bawah pusat, insisi transversal pada garis mid klavikula -
mid inguinal. Keuntungan kosmetik lebih baik dibandingkan insisi gridiron.
3. Insisi paramedian kanan bawah, insisi vertikal paralel dengan midline, 2,5 cm
di bawah umbilikus sampai diatas pubis
4. Insisi suprainguinal, insis perluasan dari insisi di titik Mc Burney, insisi ini
dilakukan pada apendiks terletak di retrosekal dan terfiksir
● Apendektomi Laparaskopik
-sekaligus menjadi prosedur diagnostik.
-bila ada abses atau infeksi lanjut, pendekatan terbuka mungkin
diperlukan & prosedur drainase perkutan
-pendekatan laparoskopi mengurangi rasa sakit, pemulihan lebih
cepat, dan kemampuan untuk “menjelajahi” abdomen melalui sayatan
kecil.
Komplikasi
● Abses pasca operasi
● hematoma
● komplikasi luka
● apendisitis "berulang" penting untuk memastikan bahwa terdapat sangat
sedikit / tidak ada sisa apendiks setelah operasi apendektomi.
● abses dengan perkembangan fistula enterokutan
● peritonitis dan sepsis difus
Prognosis
Jika didiagnosis dan ditatalaksana dalam 24 - 48 jam, pemulihan dan prognosis
akan sangat baik.
Kasus yang muncul dengan abses lanjut, sepsis, dan peritonitis mungkin memiliki
perjalanan yang lebih lama dan rumit, mungkin memerlukan pembedahan
tambahan atau intervensi lain.
Laporan Kasus
Identitas
Pasien
Nama : Tn. DS
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 23 tahun
Agama : Islam
Alamat : Ganting
Keluhan
Utama
Nyeri perut kanan bawah sejak 30
menit SMRS.
Riwayat • Awalnya nyeri perut kanan bawah dirasakan sejak 2
Penyakit bulan yang lalu, pasien sempat berobat dan
dipulangkan
Sekarang • Kemudian pasien merasakan nyeri yang meningkat di
perut kanan bawah 30 menit SMRS
• Nyeri dirasakan terus menerus, bertambah dengan
pergerakan
• Mual(+), Muntah (-), Demam (-)
• BAB tidak ada kelainan, riwayat BAB berdarah (-)
• Nyeri BAK (-), BAK sering (-)
Riwayat Penyakit Dahulu
DM (-)
HT (-)
Riwayat operasi sebelumnya
Riwayat alergi obat tidak ada
Riwayat Keluarga
Tidak ada keluarga yang menderita keluhan
yang sama dengan pasien
Riwayat Kebiasaan
Pasien bekerja Jarang makan buah dan
sayur, sering minum kopi
Seorang pedagang, ajrang minum air putih,
sering duduk
Pemeriksa
• Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
an Fisik • Kesadaran : GCS 15
• Vital Sign
Tekanan Darah: 110/70 mmHg
Nadi : 83 x/menit
Frekuensi nafas : 20 x/menit
Suhu : 37oC
VAS :5
• Kepala : Tidak ditemukan kelainan
Pemeriksaan • Mulut : Tidak ditemukan kelainan
• Leher : Tidak ditemukan kelainan Thorax
Fisik • Jantung : Tidak ditemukan kelainan
• Paru :Fremitus meningkat, perkusi redup, suara
dasar bronkial
• Abdomen:
Inspeksi : Distensi (-), Darm contour (-), Darm
steifung (-)
Palpasi : Supel, tidak terdapat pembesaran hepar
dan lien, Nyeri tekan (-), Nyeri lepas (-),
Perkusi : Timpani
Auskultasi: Bising usus (+) normal
• Ekstremitas :Tidak ditemukan kelainan
• Regio Anal :Tidak diperiksa
Diagnosis Kerja
Tumor Recti susp
malignancy
Terapi
Awal
• IVFD RL = 8 jam/kolf
• Ceftriakson 2x 1gr iv
• Inj. Kalnex 3x1 amp
• Vit. K 3x1 amp
• PCT 3X500 mg
• Tranfusi darah 2 FFP
• Injeksi ranitidin 2x5 mg
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Pemeriksaan Hematologi
• Hb : 9,2 g/dl (12-14)
Penunjang • Hematokrit : 29% (37-43)
• Leukosit : 10.360 mm3 (5000-10.000)
• Trombosit : 591.000 /mm3 (150.000-440.000)
• Eritosit :3,58 106/mikroliter (4- 4,5)
• PT : 11, 4 detik
• APTT : 29,4 detik (21,9-29,3)
• Na : 138 mmol/L
• K : 3,8 mmol/L
• Cl : 112 mmol/L (97-112)
• Albumin : 2,4 g/dL (3,8-5)
• Globulin : 4,2 g/dL (1,3-2,7)
Pemeriksaan
Kesimpulan:
Penunjang • Anemia
• Leukositosis
• Trombositosis
• APTT melebihi nilai rujukan
• Albumin menurun
• Globulin meningkat
• Klorida meningkat
Pemeriksaan
2. Pemeriksaan Pencitraan
Penunjang
Foto X-Ray
Hillus paru kanan
menebal corakan
bronkovesikular
meningkat
Kesan : Pneumonia
2. Pemeriksaan Pencitraan
Pemeriksaan Pemeriksaaan
Penunjang Kolonoskopi :
• Scope masuk hingga rektum
• Ditemukan masa tumor 6cm dari
ACL
• Bernodul
• Sirkuler, rapuh dan mudah
berdarah
• Dilakukan pengambilan biopsi
• Scope tidak dapat masuk lebih
jauh
H
Identitas
● Nama: Tn. DC
● Usia: 23 tahun
● Alamat: Ganting
● No RM:
● Tanggal masuk: 16 Februari 2021