Anda di halaman 1dari 39

PENDAHULUAN:

Himpunan, Fungsi, Relasi,


Induksi Matematika
Sistem Bilangan Real

Kuliah PAR
1 Semester Genap 2018-2019
HIMPUNAN

2
OPERASI PADA HIMPUNAN

3
OPERASI PADA HIMPUNAN

4
RELASI

5
FUNGSI

6
SIFAT-SIFAT FUNGSI

7
SIFAT-SIFAT FUNGSI

8
SIFAT-SIFAT FUNGSI

9
TEKNIK PEMBUKTIAN
 Ada banyak cara untuk membuktikan suatu teorema dan
kadang-kadang suatu teorema dapat dibuktikan dengan
beberapa cara berbeda.
 Secara umum, terdapat 2 jenis metode pembuktian yaitu
Metode Pembuktian Langsung dan Metode Pembuktian Tidak
Langsung.

10
LANGKAH-LANGKAH UNTUK MELAKUKAN
PEMBUKTIAN
1. Tulislah teorema yang akan dibuktikan.
2. Tandailah permulaan pembuktian dengan kata BUKTI, sebagai
pemisah antara teorema dan pembuktian yang dilakukan.
Sehingga akan membantu untuk tidak menggunakan hal-hal
yang seharusnya dibuktikan.
3. Tuliskan hipotesa awal (mana yang pertama kali diketahui) dan
apa yang akan dibuktikan.
Contoh :
“Misalkan x dan y adalah bilangan bulat positif” atau
“ Misalkan x adalah bilangan real > 0
4. Buktikan secara lengkap dan menyeluruh
5. Apabila menggunakan sifat-sifat tertentu dalam proses
pembuktian, tuliskanlah sifat-sifat tersebut.
6. Tandailah akhir suatu pembuktian, bisa dengan tanda segiempat,
qed, atau TERBUKTI
11
KESALAHAN YANG BIASA TERJADI DALAM PEMBUKTIAN
1. Mengambil kesimpulan berdasarkan suatu atau beberapa contoh kasus
saja.
Kadang-kadang suatu teorema terlalu abstrak sehingga sulit ditangkap
logikanya. Untuk itu kadangkala dilakukan pemberian satu atau beberapa
contoh kasus untuk membantu memahami teorema tersebut.
Contoh :
Misalkan akan dibuktikan bahwa jumlah 2 buah bilangan genap
menghasilkan bilangan genap juga. Suatu pembuktian yang salah adalah
“ Ambil x = 4 dan y = 2, maka m + n = 4 + 2 = 6. Jadi jumlah bilangan
genap adalah bilangan genap.”
Seharusnya:
“Ambil sembarang x dan y dimana x dan y adalah bilangan genap dan
x + y akan menghasilkan bilangan genap juga”

Jadi kita tidak menyebutkan nilai angkanya, karena terdapat tak berhingga
banyak bilangan genap.

12
KESALAHAN YANG BIASA TERJADI DALAM
PEMBUKTIAN

2. Menggunakan simbol yang sama untuk merepresentasikan


dua hal yang berbeda.

Contoh :
“Misal x dan y adalah suatu bilangan ganjil. Maka menurut
definisi bilangan ganjil x = 2k + 1 dan y = 2k + 1 untuk
suatu bilangan bulat k”

Hal yang menjadi salah adalah simbol k digunakan ganda untuk


keperluan ekspresi yang berbeda (walaupun didapatkan
kesimpulan akhir benar). Jika k menyatakan hal yang sama
berarti m = 2k + 1 = n, padahal tidak dinyatakan bahwa m = n.
sehingga sebaiknya dituliskan :

“Misal x dan y adalah suatu bilangan ganjil. Maka menurut


definisi bilangan ganjil m = 2k1 + 1 dan n = 2k2 + 1 untuk
suatu bilangan bulat k1 dan k2” 13
KESALAHAN YANG BIASA TERJADI DALAM
PEMBUKTIAN

3. Melompat langsung kepada kesimpulan


Pembuktian harus dilakukan tahap demi tahap secara urut tanpa
melompat-lompat. Pengurangan langkah akan mengakibatkan bukti
menjadi tidak kuat.

Contoh :
“Misalkan x dan y bilangan genap. Berdasarkan definisi bilangan genap
maka x = 2m dan y = 2n untuk suatu bilangan bulat m dan n. Maka x
+ y = 2m + 2n. Sedemikian sehingga x + y adalah bilangan genap”

Dalam pembuktian diatas, ada satu yang terlewati yaitu berdasarkan


pernyataan
x + y = 2m + 2n maka disimpulkan x + y adalah bilangan genap.
Hal ini tidak jelas, seharusnya dituliskan bahwa :
x + y = 2m + 2n
= 2 (m+n) distributif

Sehingga menurut definisi bilangan genap maka x + y adalah bilangan genap. 14


KESALAHAN DALAM
PEMBUKTIAN
4. Menggunakan apa yang akan dibuktikan.

Contoh :
“Misal x dan y adalah bilangan genap. Jika x + y
adalah bilangan genap maka x + y = 2m untuk
sembarang bilangan bulat m”

Kesalahan terletak pada penggunaan asumsi bahwa x


+ y adalah bilangan genap, padahal itulah yang
akan dibuktikan.
15
METODA PEMBUKTIAN LANGSUNG
Dalam metoda ini, hal-hal yang diketahui tentang suatu teorema
diturunkan secara langsung dengan teknik-teknik tertentu
sampai tercapai kesimpulan yang diinginkan.

Contoh :
1. Metoda Pengecekan Satu per Satu (enumerasi)
Buktikan bahwa untuk semua bilangan genap x antara 4 sampai
20, x dapat dinyatakan sebagai penjumlahan 2 bilangan prima.
Bukti
Dengan melakukan pengecekan satu per Satu, maka
didapatkan :
4 = 2+2 6 = 3+3 8 = 3+5
10 = 5+5 12 = 5+7 14=3+11
16=5+11 18=7+11 20=7+13
Terlihat bahwa semua bilangan genap n (4 ≤ x ≤ 20) dapat 16
dinyatakan sebagai penjumlahan 2 bilangan prima.
METODA PEMBUKTIAN LANGSUNG
2. Metode Pengecekan secara umum
Buktikan bahwa jumlah 2 bilangan genap adalah genap.
Bukti
Ambil sembarang bilangan genap x dan y
Akan dibuktikan bahwa x+y adalah bilangan genap(juga)
Karena x dan y adalah bilangan-bilangan genap, maka x = 2m dan y =
2n untuk bilangan-bilangan bulat m dan n, sehingga :
x + y = 2m + 2n
= 2 (m+n) distributif
Misal k = m + n
Karena m dan n adalah bilangan-bilangan bulat juga maka k adalah
bilangan bulat, sehingga (x + y) = 2k untuk semua bilangan bulat k.
Berdasarkan definisi bilangan genap berarti bahwa (x + y) merupakan
bilangan genap karena merupakan hasil kali 2 bilangan bulat. Terbukti
bahwa jumlah 2 bilangan bulat genap adalah bilangan genap (juga).
17
METODA PEMBUKTIAN LANGSUNG
3. Pembuktian dengan kasus-kasus
Untuk sembarang bilangan riil x,buktikan bahwa
jika |x|>4, maka x2 >16
Bukti
Misal x adalah bilangan riil yang memenuhi |x| > 4
|x| > 4 berarti bahwa x > 4 atau x < -4
Jika x > 4 maka x2 > 42 = 16
Jika x < -4 berarti – x > 4, sehingga (-x)2 > 42 atau x2
> 16
Jadi, baik x > 4 maupun x < -4, x2 > 16
Terbukti bahwa jika |x| > 4, maka x2 > 16 18
METODA PEMBUKTIAN TAK
LANGSUNG
Dalam metode ini, hal-hal atau fakta-fakta yang diketahui tidak digunakan
secara langsung untuk menuju pada kesimpulan. Biasanya bukti
dimulai dari hal-hal lain.

1. Pembuktian Dengan Kontradiksi


Dilakukan dengan cara mengasumsikan bahwa negasi kalimat yang
akan dibuktikan bernilai benar. Jadi, jika kebenaran p ingin dibuktikan,
langkah yang dilakukan adalah dengan mengasumsikan bahwa (not p)
adalah benar, kemudian berusaha menunjukkan bahwa asumsi tersebut
akan menyebabkan terjadinya kontradiksi. Dengan demikian,
disimpulkan bahwa asumsi (not p) bernilai salah atau p bernilai benar.

2. Pembuktian Dengan Kontraposisi


Suatu pernyataan akan selalu ekivalen (mempunyai nilai kebenaran
yang sama) dengan kontraposisinya. Dengan demikian, untuk
19
membuktikan kebenaran suatu pernyataan dapat pula dinyatakan
dengan membuktikan kebenaran kontraposisinya.
MEMILIH METODA PEMBUKTIAN
 Untuk memilih metoda mana yang paling tepat dalam
pembuktian suatu pernyataan sangatlah sulit karena masing-
masing metode memiliki ciri, kemampuan, keindahan, dan
kekhususan tersendiri.

 Ada kalanya suatu pernyataan dapat dibuktikan dengan suatu


metode tertentu saja, atau ada kalanya juga suatu pernyataan
dapat dibuktikan dengan beberapa metode yang berbeda dengan
sama baiknya.

 Untuk membuktikan suatu pernyataan diperlukan suatu


“feeling”. “feeling” yang tajam tersebut dapat dicapai dengan
melatih dan membiasakan diri dalam membuktikan pernyataan-
pernyataan. Semakin sering dilakukan, maka semakin kuat
20
“feeling” yang dapat dimiliki.
INDUKSI MATEMATIKA
 Induksi Matematika merupakan suatu teknik yang dikembangkan
untuk membuktikan pernyataan. Pernyataan yang dimaksudkan
dibatasi hanya pada pernyataan yang menyangkut bilangan bulat.

 Induksi Matematika digunakan untuk mengecek hasil proses


yang terjadi secara berulang sesuai dengan pola tertentu.

 Induksi Matematika digunakan untuk membuktikan pernyataan


yang khusus menyangkut bilangan bulat positif. Dengan
menggunakan Induksi Matematika akan mengurangi pembuktian
bahwa semua bilangan bulat positif termasuk ke dalam suatu
himpunan kebenaran dengan jumlah langkah terbatas.

21
INDUKSI MATEMATIKA
Contoh :
Misalkan p(n) adalah pernyataan yang menyatakan :
“jumlah bilangan bulat positif dari 1 sampai n adalah n(n+1)/2”

Misal untuk n = 6, p(6) adalah jumlah bilangan bulat positif dari 1


sampai 6 adalah 6(6+1)/2. Terlihat bahwa 1 + 2 + 3 + 4 + 5 + 6 =
21 = 6(7)/2.

Tetapi pembuktian hanya dengan mengambil contoh p(6) saja tidak


berlaku sebagai bukti bahwa p(n) benar untuk seluruh n.

Walaupun pengambilan contoh n = 6 menghasilkan nilai dibawah


himpunan kebenaran p(n), tetapi n = 6 bukan satu-satunya
bilangan bulat positif karena bilangan bulat positif tidak
berhingga banyaknya. 22
PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
Misalkan p(n) adalah pernyataan bilangan bulat positif dan akan
membuktikan bahwa p(n) adalah benar untuk semua bilangan
bulat positif n. Untuk membuktikan pernyataan ini, hanya
perlu menunjukkan bahwa :
1. p(1) adalah benar
2. Untuk semua bilangan bulat positif n ≥ 1, jika p(n) benar maka
p(n+1) adalah juga benar.

Langkah 1 dinamakan basis induksi sedangkan langkah 2


dinamakan langkah induksi.
induksi Selain itu asumsi yang
digunakan pada langkah 2 yang menyatakan bahwa pernyataan
adalah benar untuk p(n) disebut hipotesis induksi.

23
PRINSIP INDUKSI MATEMATIKA
(MODIFIKASI )

24
INDUKSI MATEMATIKA-CONTOH
Contoh 1:
Tunjukkan bahwa n ≥ 1, 1 + 2 + 3 + … + n = n(n+1)/2 melalui induksi matematika

Jawab :
Langkah 1 :
Untuk n = 1, maka 1 = 1(1+1)/2 adalah benar.
1 = 1 (1+1)/2
= 1 (2)/2
= 2/2
=1
Langkah 2 : Misalkan pernyataan benar untuk n, akan dibuktikan pernyataan benar untuk untuk n+1
1+2+3+…+n = n (n + 1) /2 adalah benar (hipotesis induksi), maka akan dibuktikan
bahwa
1 + 2 + 3 + … + n + (n +1) = (n +1) ((n + 1) + 1)/ 2 adalah benar juga.
Sekarang perhatikan:
1 + 2 + 3 + … + n + (n +1) = (1 + 2 + 3 + … + n) + (n +1)
= ( n(n+1)/2) ) + (n+1)
= ( (n2 + n)/2 ) + (2n+2)/2
= (n2 + 3n + 2)/2
= (n+1)(n+2)/2
= (n+1) ((n+1) + 1) / 2

Karena langkah 1 dan langkah 2 keduanya telah dibuktikan benar, maka untuk semua bilangan bulat positif n,25
TERBUKTI bahwa 1 + 2 + 3 + … + n = n (n + 1) /2
INDUKSI MATEMATIKA-CONTOH
Contoh 2:
Buktikan bahwa jumlah n buah bilangan ganjil positif pertama adalah n2

Jawab
Langkah 1.
Untuk n = 1 jumlah satu buah bilangan ganjil positif pertama adalah 12 = 1.

Langkah 2.
Misalkan untuk n ≥ 1
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) = n2 adalah benar, maka akan dibuktikan bahwa
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2(n+1) – 1) = (n+1)2 atau
1 + 3 + 5 + … + (2n – 1) + (2n+1) = (n+1)2 adalah benar juga.
Sekarang perhatikan:
1+3+5+…+(2n – 1)+(2n+1) = (1+3+5+…+(2n – 1)) + (2n+1)
= n2 + (2n+1)
= n2 + 2n + 1
= (n + 1)2

Soal: buktikan bahwa jumlah n buah bilangan genap positif pertama adalah 26
n2 +n
INDUKSI MATEMATIKA-CONTOH
Contoh 3:
Untuk n ≥ 1, Tunjukkan bahwa n3 + 2n adalah kelipatan 3

Jawab
Langkah 1.
Untuk n = 1, didapat 13 + 2 (1) = 3 adalah benar kelipatan 3

Langkah 2.
Misalkan untuk n ≥ 1, maka n3 + 2n adalah benar kelipatan 3
Akan diunjukkan bahwa :
(n+1)3 + 2(n+1) adalah juga benar kelipatan 3.
Sekarang perhatikan:
(n+1)3 + 2(n+1) = (n3 + 3n2 + 3n + 1) + (2n + 2)
= (n3 + 2n) + 3n2 + 3n + 3
= (n3 + 2n) + 3(n2 + n + 1)
Adalah benar kelipatan 3.
Terlihat bahwa : (n3 + 2n) adalah kelipatan 3 dari hipotesis awal langkah 2
Sedangkan bahwa : 3(n2 + n + 1) jelas merupakan kelipatan 3 juga, sehingga n 3 + 2n adalah
kelipatan 3 terbukti benar.

27
INDUKSI MATEMATIKA-CONTOH
Contoh 4:
Buktikan bahwa 22n – 1 habis dibagi 3 untuk semua bilangan bulat n ≥ 1

Jawab
Langkah 1.
Untuk n = 1, didapat 22 (1) -1 = 3 habis dibagi oleh 3.

Langkah 2.
Misalkan n ≥ 1, maka 22n -1 adalah benar habis dibagi oleh 3.
Akan ditunjukkan bahwa : 22(n+1) - 1 adalah benar habis dibagi 3.
Sekarang perhatikan bahwa:
22(n+1) - 1 = 22n + 2 - 1
= 22n . 22 - 1 = 4 . 22n – 1 =( 3 + 1).22n – 1
= (22n + 3. 22n) – 1
= (22n – 1) + 3. 22n

Adalah benar kelipatan 3.


Terlihat bahwa : (22n – 1) adalah benar kelipatan 3 dari langkah 1 sedangkan 3. 22n jelas 28
merupakan kelipatan 3.
INDUKSI MATEMATIKA-CONTOH
Contoh 5:
Buktikan bahwa 1(2) + 2(3) +…+ n(n+1) = n(n  1)(n  2) untuk semua n.
3
Jawab
Langkah 1.
Untuk n = 1, didapat 1(1  1)(1  2) adalah benar.
2
3
Langkah 2.
Misalkan n ≥ 1, maka adalah benar.
Akan ditunjukkan bahwa :
1(2) + 2(3) + … + n(n+1) +(n+1)(n+2) = (n  1)(n  1  1)(n  1  2)
1(2) + 2(3) + … + n(n+1) +(n+1)(n+2) = (n  1)(n  2)(n  3) 3
3
= (n3 + 3n2 + 3n2 + 9n + 2n + 6)/3
= ((n3 + 3n2 + 2n) + (3n2 + 9n + 6))/3
= ((n3 + 3n2 + 2n)/3) + 3(n2 + 3n + 2)/3
= ((n3 + 3n2 + 2n)/3) + (n2 + 3n + 2) 29
= n(n+1)(n+2)/3 + (n+1)(n+2) Adalah benar.
INDUKSI MATEMATIKA-DUA
VARIABLE-CONTOH

30
SOAL LATIHAN

31
SOAL

32
BILANGAN REAL
 Himpunan bilangan real adalah himpunan bilangan yang
merupakan gabungan dari himpunan bilangan rasional dan himpunan
bilangan irasional

 Himpunan bilangan rasional, Q = {x|x = , p dan q Z,p dengan q


0} q

contoh :
1 4 57
, ,
 Himpunan-himpunan
3 9 1 berikut ada didalam himpunan bilangan
rasional :
* Himpunan bilangan asli, N = {1,2,3,….}
* Himpunan bilangan bulat, Z = {…-2,-1,0,1,2,……}
 Himpunan bilangan irasional, p
iR = {x|x tidak dapat dinyatakan dalam bentuk } q
contoh : , e, log 5, 2
 Teorema :
“Jumlah bilangan rasional dan irrasional adalah irrasional”
 Representasi desimal bilangan rasional adalah berakhir atau
berulang dengan pola yang sama :
contohnya : 3/8 = 0.375, atau 0.3750000000….
13/11 =1.1818181818…
 Setiap bilangan rasional dapat ditulis sebagai desimal berulang dan
sebaliknya
contoh : x = 0.136136136….
y = 0.271271271…..
Buktikan x dan y merepresentasikan bilangan rasional
 Representasi bilangan irrasional tidak berulang dan sebaliknya,
contoh : 0.101001000100001….
SISTEM BILANGAN REAL

 Himpunan bilangan real yang dilengkapi dengan sifat-


sifat bilangan disebut sistem bilangan real.

 Sifat-sifatbilangan real dibagi menjadi :


* Sifat-sifat aljabar
* Sifat-sifat urutan
* Sifat-sifat kelengkapan
SIFAT ALJABAR SISTEM BILANGAN
REAL

Sistem bilangan real R terdiri dari himpunan bilangan


real R yang dilengkapi dengan operasi jumlahan (+) dan
perkalian (.) yang berlaku sifat – sifat dasar aljabar yaitu

(A1) a+b=b+a untuk semua a,b  R (sifat komutatif


perjumlahan);
(A2) (a+b)+c=a+(b+c) untuk semua a,b,c  R (sifat
asosiatif perjumlahan);
(A3) terdapat suatu elemen 0  R sedemikian
sehingga 0+a=a dan a+0=a untukk semua a
 R (eksistensi dari elemen 0);
(A4) untuk setiap a  R terdapat elemen –a  R
sedemikian sehingga a+(-a)=0 dan (- a)+a=0
(eksistensi dari elemen – elemen negatif);
(M1) a  b=b  a untuk semua a,b  R (sifat
komutatif perkalian);
(M2) (a  b)  c=a  (b  c) untuk semua a, b,c  R
(sifat asosiatif perkalian);
(M3) terdapat suatu elemen 1  R sedemikian
sehingga 1  a=a dan a  1=a untuk semua
a  R (eksistensi dari elemen unit);
(M4) untuk setiap a0 dalam R terdapat elemen
1/a dalam R sedemikian sehingga a  (1/a)=1
dan (1/a)  a=1 (elemen invers terhadap
operasi perkalian);
(D) a  (b+c)=(a  b) + (a  c) dab (b+c)  a=(b 
a)+(c  a) untuk setiap a,b,c  R (sifat
distributif dari perkalian atas perjumlahan).

37
TEOREMA 1

e. Jika a,bR, b0 dan a.b=1, maka b=a-1


TEOREMA 2
1.    Bila a0 dan b dalam R sedemikian sehingga a  b=1 maka
b=1/a.
2.    Bila a  b=0, maka a=0 atau b=0.

Teorema 3

1). Untuk setiap a,bR, maka terdapat


tepat satu xR sehingga a+x=b
2). Untuk setiap a,bR dengan a0, maka
terdapat tepat satu xR sehingga a.x=b

Anda mungkin juga menyukai