Anda di halaman 1dari 51

ARITMIA PADA ANAK

oleh
GHINA AMALIAH IRYANI SAID

Pembimbing
dr. Hanus Yufril Nando
dr. Lusiana Ningsih
Aritmia pada anak 55,1 per 100.000 kasus

Jenis Aritmia yang sering terjadi

Sinus takikardi 50%


Supraventrikular
takikardi 13%
Bradikardi 6%
Atrial Fibrilasi
Angka Kejadian Kematian Aritmia

Kelahiran hidup
Kematian

• sepertiganya bemanifestasi dalam kondisi kritis pada tahun pertama


kehidupan
• 50% diantaranya berakhir dengan kematian
• populasi 200 juta penduduk
• diperkirakan 32.000 bayi yang menderita aritmia tiap tahunnya
APA ITU ARITMIA ?

• gangguan irama jantung


• gangguan kecepatan denyut
• konduksi
Aritmia dapat terjadi bila ?
• Pacemaker (nodus Sa menghasilkan irama
yang normal
• Adanya gangguan pada jalur konduksi normal
• Bagian jantung selain nodus SA mengambil
alih sebagai pacemaker
Anatomi & Fisiologi jantung

a. Struktur
b. Fungsi
c. Ukuran
d. Letak
Sistem Konduksi Jantung

1. SA Nodus
a. Jaras internodus anterior
(Bachman)
b. Jaras internodus media
(wenkebach)
c. Jaras internodus posterior
(thorel)
1. AV Nodus
2. Serabut purkinje
Perkembangan Sistem Kardiovaskuler Anak

Usia TD & Nadi Struktur & Fungsi


Bayi (0-1 TD : 80/40 Jantung terletak lebih tinggi didalam dada. Denyut
thn) Nadi : 120- jantung melambat dari 120-160 pada saat lahir
130x/menit menjadi 100-120, dan mungkin terdapat sinus
aritmia (denyut melambat bersamaan dengan
inspirasi). Jantung masih menempati llebih dari
satu setengah leher dada, tetapi menjadi lebih
efisien dengan penurunan denyut dan sedikit
peningkatan tekanan darah

Usia sekolah TD : 100/60 Berat jantung meningkat empat kali lipat pada
(1-6 thn) Nadi : 80- usia 5 tahun, berkaitan dengan pennurunan
100x/menit denyut jantung dan peningkatan tekanan darah.
Sinus aritmia tampak lebih jelas selama usia
prasekolah, suara tambahan fisiologis dapat
muncul pada pertama kali, dan murmur
fungsional mungkin terdengar.
Usia TD & Nadi Struktur dan Fungsi
Anak usia TD : 100/60mmHg Berat jantung mencapai 10 kali berat saat pada masa
sekolah Nadi : 70-80x/menit pubertas. Akan tetapi ukuran jantung anak usia
(6-12 sekolah secara proposional lebih kecil terhadap
tahun) ukuran tubuhnya dibandingkan pada setiap tahapan
usia lain. Hal ini merupakan alasann mengapa anak
usia mudah lelah
Remaja TD : 120-80mmHg Pertumbuhan ukuran jantung terus berlanjut dan
(12-21 Nadi : 60- melebar. Walaupun pertumbuhan jantung relatif
tahun) 100x/menit besar daripada pertumbuhan pembuluh darah,
kemungkinan menyebabkan remaaja mengalami nyeri
dada sepintas setelah beraktivitas
Klasfikasi Aritmia
Disritmia Nodus Sinus Disritmia Atrium Disritmia Ventrikel

1. Kontraksi prematur
1. Sinus Takikardi atrium 1. Kontraksi prematur
2. Sinus Bradikardi 2. Takikardi atrium ventrikel
3. Supraventrikuler paroksimal 2. Bigemini ventrikel
Takikardia 3. Flutter atrium 3. Takikardi ventrikel
4. Fibrilasi atrium 4. Fibrilasi ventrikel
1. Sinus Takikardi

a. Frekuensi : 100 sampai 180 denyut per Penyebab


menit a. Cemas/ketakutan
b. Gelombang P; mendahului setiap b. Demam
kompleks QRS, dapat tenggelam dalam c. Anemia
gelombang T yang mendahuluinya; d. Syok hipovolemik
interval PR normal karena dehidrasi
c. Kompleks QRS; biasanya mempunyai
durasi normal Penanganan biasanya
d. Hantaran; biasanya normal diberikan propanolol
e. Irama; reguler
2. Sinus Bradikardi

a. Frekuensi; 40 sampai 60 denyut per Penyebab


menit a. Intoksikasi digitalis
b. Gelombang P; mendahului setiap b. Peningkatan tekanan
kompleks QRS, interval PR normal intrakranial
c. Kompleks QRS biasanya normal c. Nyeri hebat
d. Hantaran; biasanya normal d. Anoreksi nervosa
e. Irama; reguler e. Hipotermi

Obat pilihan untuk menangani


bradikardi adalah atropine
3. Supraventriuler Takikardi
Terbagi menjadi 3:
a. Atrial takikardi
b. Nodul takikardi
c. Av reentrant
a. Frekuensi berkisar 240-400x/menit takikardi
b. Gelombang P sulit dinilaii (terdapat di jalur by
c. Durasi QRS umumnya normal
d. Irama: reguler
pass. Dan dapat
terlihat pada WPW

Kejadian SVT
a. Serangan pertama sebelum usia 4 bulan
b. Laki-laki > perempuan
c. 50% idiopatik & 50% kelain jantung kongenital
d. Anomali ebstein, single ventrikel
e. 10-20% setelah operasi jantung
4. Kontraksi prematur atrium

a. Frekuensi; 60 sampai 100 denyut per menit


b. Gelombang P; biasanya mempunyai konfigurasi yang
berbeda dengan gelombang P yang berasal dari nodus SA
c. Kompleks QRS; bisa normal, menyimpang atau tidak ada
d. Hantaran; biasanya normal
e. Irama; reguler, kecuali bila terjadi PAC. Gelombang P akan
terjadi lebih awal dalam siklus dan biasanya tidak akan
mempunyai jeda kompensasi yang lengkap
Yang menyebabkan yaitu;
a. Iritabilitas otot atrium karena kafein,
b. Alcohol
c. nikotin.
d. Miokardium teregang seperti pada
e. gagal jantung kongestif
f. Stress
g. Kecemasan
h. Hipokalemia
i. Cedera
j. Keadaaan hipermetabolik
5. Takikardia atrium
paroksimal Hal ini dapat disebabkan
oleh; emosi, tembakau,
kafein. Kelelahan,
pengobatan
simpatomimetik atau
alkohol.1

a. Frekuensi; 150 sampai 250 denyut per menit


b. Gelombang P; ektopik dan mengalami distorsi
dibanding gelombang P normaal; dapat ditemukan
pada awal gelombang T; interval PR memendek
(kurang dari 0, 12 detik).
c. Kompleks QR; biasanya normal, tetapi dapat
mengalami distorsi apabila terjadi penyimpangan
hantaran
d. Hantaran; biasanya normal
e. Irama; reguler
Fluter atrium

a. Frekuensi; antara 250 sampai 400 kali denyut per kali


b. Irama; reguler atau iregule, tergantung jenis
penyekatnya (misalnya 2:1, 3:1 atau kombinasinya)
c. Gelombang P; tidak ada, melainkan diganti oleh pola
gigi geraji yang dihasilkan oleh fokus diatrium yang
melepaskan impuls dengan cepat. Gelombang ini
disebut sebagai gelombang f
d. Kompleks QRS; konfigurasinya normal dan waktu
hantarannya juga normal
e. Gelombang T; ada namun bisa tertutup oleh
gelombang fluter
Penyebab
a. penyakit infeksi akut
b. Perikarditis
c. miokarditis
d. keracunan digitalis
e. riwayat post operatif koreksi terutama yang melibatkan
atrium seperti koreksi Atrial Septum Defek (ASD)
f. prosedur Mustard untuk D-transposition of the great
artery ,
g. prosedur Fontan. Prosedur ini dapat menyebabkan atrial
flutter karena adanya gangguan pada sistem konduksi
yang terjadi apabila terdapat jahitan luka melewati
septum atrium
Fibrilasi atrium

a. Frekuensi; frekuensi atrium antara 350 sampai 600 denyut permenit; respons
ventrikuler biasanya 120 sampai 200 denyut per menit
b. Gelombang P; tidak terdapat gelombang P yang jelas; tampak indulasi yang
ireguler, dinamakan gelombang fibrilasi atau gelombang F, interval PR tidak
dapat diukur
c. Kompleks QRS; biasanya normal
d. Hantaran; biasanya normal melalui ventrikel. Ditandai oleh respons
ventrikuler ireguler. Karenaa nodus AV tidak berespon terhadap frekuensi
atrium yang cepat, maka impuls yang dihantarkan menyebabkan ventrikel
berespon ireguler
e. Irama; ireguler dan biasanya cepat, kecuali bila terkontrol. Ireguleritas irama
diakibatkan oleh perbedaan hantaran pada nodus AV
Atrial fibrilasi biasanya berhubungan dnegan ;
a. Penyakit katup jantung
b. Cor pulmonal
c. Penyakit jantung congenital
Biasnaya diberikan terapi antikoagulan .
Obat pilihan diberikan preparat
Umumnya kejadian AF berhubungan digitalis atau anti aritmia seperti
a. Rheumatik heart disease quinidin
b. Eibstein anomaly
c. Atresia tricuspid
d. ASD
e. Riwayat surgery intra-atrial
f. Perikarditis
g. Emboli pulmonal
Kontraksi premaur ventrikel

a. Frekuensi; 60 sampai 100 denyut per menit


b. Gelombang P; tidak akan muncul karena impuls
berasal dari ventrikel
c. Kompleks QRS; biasanya lebar dan aneh, berdurasi
lebih dari 0-10 detik. Mungkin berasal dari satu
focus yang sama dalam ventrikel; atau mungkin
memiliki berbagai bentuk konfigurasi bila terjadi
dari multi focus di ventrikel
d. Hantaran; terkadang retrograde melalui jaringan
penyambung dan atrium
e. Irama; reguler bila terjadi denyut premature
•PVC bisa disebabkan oleh; toksisitas
digitalis, hipoksia, hipokalemia, demam,
asidosis, latihan, dan peningkatan sirkulasi
ketokolamin.

•Obat yang biasanya dipakai pada


penatalaksanaan akut adalah lidokain,
prokainamid, atau quinidin mungkin
efektif untuk terapi jangka panjang
Bigemini Ventrikel

a. Frekuensi; frekuensi jantung biasanya kurang


dari 90 denyut per menit penyebab yang sering
b. Gelombang P; dapat tersebunyi dalam kompleks adalah intoksikasi
QRS digitalis, sehingga
c. Kompleks QRS; kompleks QRS yang lebar dan Bigemini ventrikel
aneh dan terdapat jeda kompensasi lengkap akibat intoksikasi
d. Hantaran; denyut sinus dihantarkan dari nodus digitalis diobati
sinus secara normal, namun PVC yang mulai dengan fenitoin
berselang seling pada ventrikel akan
mengakibatkan hantaran retrograde ke jaringan
penyambung dan atrium
e. Irama; ireguler
Takikardi Ventrikel

a. Frekuensi; 150 sampai 200 denyut per menit


b. Gelombang P; biasanya tenggelam dalam
kompleks QRS, bila terlihat, tidak selalu
mempunyai pola yang sesuai dengan QRS.
c. Kompleks QRS; mempunyai konfigurasi yang
sama dengan PVC lebar dan aneh, dengan
gelombang T terbalik.
d. Irama; biasanya reguler, tetapi dapat juga terjadi
takikardia ventrikel ireguler
Fibrilasi Ventrikel

a. Frekuensi; cepat. Tak terkoordinasi dan tak efektif


b. Gelombang P; tidak terlihat
c. Kompleks QRS; cepat. Undulasi ireguler tanpa pola yang khas
(multifokal). Ventrikel hanya memiliki gerakan yang bergetar
d. Hantaran; banyak focus di ventrikel yang melepaskan impuls
pada saat yang sama mengakibatkan hantaran tidak terjadi; tidak
terjadi kontraksi ventrikel
e. Irama; sangat ireguler dan tidak terkoordinasi, tanpa pola yang
khusus
Faktor Resiko
• Serangan jantung • Gangguan Fungsi
• Gagal jantung tiroid
• Gangguan katup jantung • Obat-obatan
• Penyakit jantung bawaan • Kehamilan
• Konsumsi alkohol
• Tekanan darah tinggi
• Imbalance elektrolit
• Diabetes • Sepsis
• Sleep apneu
Terapi
No Nama Dosis Efek kontraindikasi
obat/sediaan
1 Amiodaron 5 mg/kgBB Gangguan Blok AV dan SA,
HCL dalam 1 jam GI, sakit bradikardia, distroidisme
Tab 200mg, inj pertama, kepala, Nb. Pemberian injeksi
dilanjutkan tremor, dapat diencerkan ke dalam
vial 50mg/ml ,
1mg/menit ataksia, 20 ml, 50 ml, sampai
amp 3 ml
dalam 6 jam, parestesia, dengan 250 ml larutan d5
kemudian 0,5 flebitis, tergantung dosis,
mg/menit dalam mikrodefosit kebutuhan dan kondisi
18 jam pada kornea penyakit
No Nama Dosis Efek kontraindikasi
obat/sediaan
2 Digoksin Digitalis cepaat : Mual
0,25-0,5 mg IV
Tab 0,25 mg, inj muntah,
(0,01-0,03
0,25mg/ml, amp mg/kgBB/hari) diare, alergi
2 ml Dosis oral
pemeliharaan :
0,01-0,02
mg/kgBB/hari
(dewasa 1-3
tab/hari)

Nb : Diencerkan ke dalamm 10cc lar. Isotonis, bolus selama 2 menit . bila


belumterkontrol bolus digoksin dapat diuang 4 jam setelah pemberian pertama
dengan dosis maksimal 1,5 mg/24 jam
No Nama Dosis Efek kontraindikasi
obat/sediaan
3 Propafenon Hcl Dosis 450- Konstipasi,
Tab 150mg 600mg/hari pandangan
(dewasa 3-4 kabur, mulut
tab/hari) dosis kering,
maximal hipotensi
900mg/hari
4 Adenosine Dosis oral 2-3 Mual, Hipotensi, perhatian
Triphospate tab/hari anoreksia, khusus pada pasien
Tab 20mg, inj muntah, dengan penyakit paru
10mg/ml, amp 2
ml sakit kepala, obstruksi
gatal, cardiac
arrest, blok
AV dan SA,,
dispneu,
bronkopneu
monia
Pemeriksaan penunjang
• Ekg
• Foto thorax
• Echocardiography
• Pemeriksaan elektrolit
Laporan kasus
• Identitas Pasien
• Nama : An. R
• Jenis kelaamin : Laki-laki
• Umur : 1 tahun 5 bulan
• Tanggal Pemeriksaan: 3 September 2020
• Ruangan : Kamar Perawatan anak RS
Torabelo Sigi
Anamnesis
• Anak laki-laki masuk RS dengan keluhan kejang.
Keluhan dirasakan 6 jam sebelum pasien masuk
rumah sakit. Kejang dirasakan sudah 2 kali pada saat
dirumah. Menurut orang tua pasien bahwa pada
saat kejang pasien tidak mengalami sesak napas.
Setelah kejang pertama pasien sempat menangis,
kejang kedua pasien langsung tertidur. Model kejang
pasien kedua tangan dikepal dan kedua kaki tegak
lurus, mata pasien mendelik ke kiri. Pada saat kejang
pasien mengalami demam. Muntah (-) Bab cair (-)
• Riwayat kelahiran, bayi laki-laki lahir di RS Torabelo
Sigi . Lahir dengan sectio secaria atas indikasi
ketuban pecah dini sejak ± 3 hari. Ibu mengatakan
air ketuban merembes sedikit-sedikit, warna sisa air
ketuban berwarna kehijauan, Bayi lahir tidak
langsung menangis, sianosis (-), muntah (-), retraksi
dinding dada (+), Pernapasan cuping hidung (-),
Anus (+), palatum (+), lilitan tali pusat tidak ada.
Bayi lahir kurang bulan dengan berat badan lahir
2000 gram dan panjang badan 45 cm.
• Riwayat kehamilan ibu G1 P0 A0, usia ibu sewaktu
mengandung berumur 27 tahun. Riwayat penyakit
yang diderita ibu (-) selama kehamilan, riwayat
penyakit diabetes melitus (-), hipertensi (-), riwayat
konsumsi obat-obatan saat hamil (-), riwayat
pemeriksaan antenatal (+) sering diperiksa ke
posyandu tiap bulan. Ibu mengatakan bahwa
pernah demam pada bulan pertama kehamilan dan
mengeluhkan sakit kepala namun tidak sampai
dirawat dirumah sakit
• PEMERIKSAAN TANDA VITAL
• Denyut jantung : 182 x/mennit
• Respirasi : 48x/menit
• Suhu : 36,6oC
• Capillary Refill Time : < 2 detik
• Kepala
• Wajah : Simetris bilateral, massa (-), exopthalmus (-), ptosis (-)
• Deformitas: Tidak ada
• Bentuk : Normocepal
•  
• Mata
• Cowong: mata cowong -/-
• Konjungtiva : Anemis -/-
• Sklera : Ikterik -/-
• Pupil : Isokor
• Mulut : Bibir sianosis (-), lidah kotor (-), stomatitis (-) mukosa bucal
merah muda
• Dada
• Paru-paru
• Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (+) substernal
• Palpasi : Ekspansi paru normal, vocal fremitus paru kanan=kiri
• Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
• Auskultasi : Bunyi broncovesikular diseluruh lapang paru, Rh -/-, Wh -/-
•  
• Jantung
• Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
• Auskultas : Bunyi jantung S1-S2 reguler murni, bising jantung (-)
• Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
• Palpasi : Teraba getaran (thrill) sistolik pada spasium interkostal ke 3 line
parasternal kiri
• Perut
• Inspeksi : Tampak datar
• Auskultasi : Peristaltik (+) dengan kesan
normal
• Palpasi : Dalam batas normal
• Perkusi : Tympani ke empat kuadran (+)
Resume
• Seorang anak laki-laki berusia 1 tahun 5 bulan masuk ke RS Torabelo Sigi
dengan keluhan kejang. Keluhan dirasakan 6 jam sebelum pasien masuk
rumah sakit. Kejang dirasakan sudah 2 kali pada saat dirumah. Menurut
orang tua pasien bahwa pada saat kejang pasien tidak mengalami sesak
napas. Setelah kejang pertama pasien sempat menangis, kejang kedua
pasien langsung tertidur. Model kejang pasien kedua tangan dikepal dan
kedua kaki tegak lurus, mata pasien mendelik ke kiri. Pada saat kejang
pasien demam. Riwayat kelahiran, lahir dengan sectio secaria atas indikasi
ketuban pecah dini sejak 2 hari, air ketuban berwarna kehijauan. Bayi
lahir tidak langsung menangis, retraksi dinding dada (+), Ibu pasien
mengatakan bahwa pernah demam pada bulan pertama kehamilan dan
mengeluhkan sakit kepala namun tidak sampai dirawat dirumah sakit.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan denyut jantung 182x/menit,
pernapasan 48x/menit dan suhu 36,6 0C.
Diagnosis kerja
• Kejang demam Kompleks
• Takikardi
Anjuran pemeriksaan lanjutan
• Pemeriksaan Darah Lengkap
• Pemeriksaan Foto Thoraks
• EKG
• Echocardiogram
Darah Rutin
• RBC : 4,25 x106/mm3
• HGB : 15,8 g/dl
• HCT : 49,3 %
• PLT : 251 x103/mm3
• WBC : 24,8 x103/mm3
• Interpretasi EKG
• 1. Irama : Sinus
• 2. Ritme : 300/3 = 100x/menit
• 3. Regularitas : reguler
• 4 Axis : normoaxis 30o
• 5. Gelombang P : 0,04 detik ( 1 kotak kecil)
• 6. Interval PR : 0,16 detik (4 kotak kecil)
• 7. Interval QRS : 0.12 detik (3 kotak kecil) melebar
• 8. Segmen ST : sejajar dengan garis isoeletrik
• 9. Gelombang T : T lebar dan dalam (terbalik) pada sadapan V2, V3, V4 dan V5
• 10. Kesan : - Incomplete BBB
- Hipokalemia
- LVH
Diagnosis Akhir
• Aritmia sinus takikardia ec kejang demam
kompleks
Penatalaksanaan
• Medikamentosa
• Propanolol 2 x 1mg
• Paracetamol 250mg/5ml 3 x 0,2 ml drops (k/p)
• Diazepam rektal 0,25mg/8 jam (jika kejang)
Prognosis
• Quo ad vitam : ad bonam
• Quo ad funcionam : dubia ad bonam
• Quo ad sanationam : ad bonam
• DAFTAR PUSTAKA
•  
• Setiati,S., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 1. Edisi VI. Badan Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Interna Publishing..
Jakarta; 2015.
• Ain,nur dkk., Karakteristik Penderita Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak di RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari 2010
– Mei 2012. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UNAND .Padang; 2015.
• Wahab,Samik. Kardiologi Anak; Penyakit Jantung Kongenital Yang Tidak Sianotik.EGC. Jakarta; 2009
• Sudoyo,A dkk., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi V. Interna Publishing.Jakarta; 2009
• Kalagi, S.C. 2016. Gambaran Aritmia Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandau Manado Periode 1
Januari 2015-31 Desember 2015. Jurnal e-clinic. Vol 4, No2. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi; Manado
• Perki. 2014. Pedoman Tatalaksana Fibrilasi Atrium. Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskuler Indonesia; Jakarta
• Nur, F.A., DKK. 2011. Arrhytmia Clasification on Electrovcardiogram `signal Using Extreme Learning Machine. Fakultas Teknik
Elektro Universitas Telkom.
• Rampengan., H.S. 2014. Buku Praktis Kardiologi. Fakultas Kedokteraan Universitas Indonesia; Jakarta
• Isik,U.dkk. 2015. A Case Series of Neonatal Arrhytmia. Journal of Mitral Fetal & Neonatal Medicine. No 1. Vol 4.
InformHealthCare; Turkey
• Kammeraad, JAE. Et al. 2004. Pediatric Cardiac Dysrhytmias. Dignostic and Therapeutic
• Aalexander, B.C.,ME. 2000. Ventrikular Arrhytmia: When to Worry. Pediatric Cardiology, 21(6), 532-541.
• 12. Delacretaz, E. 2006. Suprventrikular Tachycardia. New England Journal of Medicine. 354(10).
• 13. Kleinman, M. E.,Chameides, L., Schexnayder, S. M., Samson, R. A., Hazinski, M. F., Atkins, D. L.,Zaritsky, A. L.(2010).
Part 14: Pediatric Advanced Life Support: 2010 American Heart Association guidelines for cardiopulmonaryresuscitation and
emergency cardiovascular care.\\Circulation,122(18_suppl_3),S876-S908. from:10.1161/CIRCULATIONAHA.110.971101
• 14. Purba.,T.R. 2016. Pocket Synopsis: Obat di Indonesia. Graha Wangi Kalimantan;Banjarbaru

Anda mungkin juga menyukai