Anda di halaman 1dari 17

Kisah Nabi Musa A.

S
Disusun oleh : Davina Rheina Dewi (113120014)
Nabi Musa merupakan salah satu utusan Allah SWT yang hidup di Mesir pada zaman
kekejaman raja Firaun. Mukjizat Nabi Musa As yang paling terkenal adalah kehebatan
tongkatnya yang bisa menjadi ular dan mampu membelah laut.

Tak hanya itu saja, Allah SWT juga menurunkan Kitab Taurat kepada Nabi Musa. Kesabaran
serta keteguhan hati Nabi Musa dalam menghadapi raja zalim ini menjadikan beliau termasuk
Nabi dan Rasul Ulul Azmi. Kata ulul azmi berasal dari dua kata, yakni ulul dan azmi. Arti dari
kata ulu atau uli adalah memiliki, sedangkan azmi berarti tekad atau keteguhan hati yang kuat.
Raja Firaun itu dikenal sebagai pemimpin yang sewenang-wenang menindas penduduknya, sombong,
suka memperbudak dan memecah belah penduduknya, serta mempekerjakan penduduknya dengan
kerja paksa.

Suatu kali Firaun pernah bermimpi ada api yang datang dari Baitul Maqdis yang membakar Negeri Mesir,
kecuali rumah-rumah kaum Bani Israil. Akibat mimpi itu, Firaun mengumpulkan para peramal dan ahli
sihir untuk menanyakan arti mimpi tersebut.

Para peramal pun mengartikan mimpi itu bahwa akan lahir seorang bayi laki-laki dari keturunan Bani
Israil yang akan membinasakan penduduk Mesir. Mendengarnya, Firaun jadi merasa sangat
ketakutan. Ia akhirnya memerintahkan apabila ada bayi laki-laki yang lahir dari kalangan Bani Israil
untuk segera dibunuh.
Dan Musa lahir pada saat perintah
pembunuhan terhadap bayi laki-laki
berlangsung. Ibunya yang takut dengan
keselamatan anaknya itu memilih menjauh
dan mencari tempat yang aman dari
jangkauan tentara Firaun. 
Allah SWT mengilhami ibu Musa untuk
menyusuinya dan meletakkannya di dalam
peti kemudian di taruh ke sungai. Dalam “Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; “Susuilah dia,
sebuah surah, Allah berfirman:  dan apabila kamu khawatir terhadapnya maka
jatuhkanlah dia ke sungai (Nil). Dan janganlah kamu
khawatir dan janganlah (pula) bersedih hati, karena
sesungguhnya Kami akan mengembalikannya
kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) dari
para rasul.” (QS. Al Qashash: 7).
Bayi Musa yang ada di dalam peti itu pun akhirnya terbawa arus
sungai Nil dan terbawa ke istana Firaun. Kemudian ditemukan oleh istri Firaun yang
bernama Asiyah. Maka dipungutlah peti itu oleh dayang-dayangnya, dan para
dayang membawa peti itu kepada istri Firaun. Para dayang tidak mengetahui isi peti
itu dan mereka merasa takut untuk membukanya tanpa sepengetahuan istri Firaun,
karena itulah mereka menyerahkannya kepada istri Firaun.

Setelah istri Firaun membuka peti itu, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi
laki-laki yang sangat tampan, lucu serta bercahaya, dan Allah menjatuhkan rasa
cinta ke dalam hati istri Firaun terhadap Musa saat memandangnya.
AL-QASAS AYAT 9

ُ ‫عي ْ ٍنلِي َول ََك ۖ ل َا تَ ْقتُل‬


‫ُوه‬ َ ‫ت‬ ُ ‫ع ْو َن ق َُّر‬ َ ‫ت ِف ْر‬ ُ َ ‫ام َرأ‬
ْ ‫َت‬ ِ ‫َوقَال‬
َ ‫ع َس ٰى أ َ ْن يَن ْ َف َعنَا أ َ ْو نَتَّ ِخ َذ ُه َول ًَدا َو ُه ْم ل َا يَ ْش ُع ُر‬
‫ون‬ َ
Dan berkatalah isteri Fir'aun: "(Ia) adalah penyejuk mata hati
bagiku dan bagimu. Janganlah kamu membunuhnya, mudah-
mudahan ia bermanfaat kepada kita atau kita ambil ia menjadi
anak", sedang mereka tiada menyadari.
Mendengar permintaan sang istri, Firaun menyetujui dengan
tidak membunuh bayi tersebut dan mengangkatnya menjadi
anak.

Asiyah istri Firaun berpikir anak tersebut perlu disusui sehingga


menghadirkan beberapa ibu susu untuk menyusui bayi
Musa. Sayangnya, bayi Musa menolak pemberian susu ibu-
ibu tersebut. 

Ibu kandung Nabi Musa yang mengetahui berita anaknya di


istana segera ke istana dan langsung menyusui anaknya.
Ketika sudah dewasa, Nabi Musa dan para pengikutnya begitu bersabar menghadapi raja
Firaun selama bertahun-tahun. Bahkan, Firaun begitu sombong mengaku dirinya Tuhan. 

Nabi Musa dan para pengikutnya akhirnya memutuskan keluar dari Mesir dan menuju
Syam atas perintah Allah SWT. Hal itu membuat kemarahan Firaun semakin memuncak
ketika mendengarnya. Ia mempersiapkan pasukan tentara untuk mengejar Nabi Musa dan
para pengikutnya.
۞ ‫َوا َ ْو َحيْنَٓا اِل ٰى ُم ْو ٰسىٓ ا َ ْن ا َ ْس ِر ِب ِعـبَاـ ِد ْيٓ اِنَّك ُْم ُّمتَّبَ ُع ْو َن‬
‫ٕى ِن ٰحشِ ِري َْن‬2ِِٕ ‫ۚ َفاَرْ َس َل ِفرْ َع ْونُ فِى ْال َمد َۤا‬

Dan Kami wahyukan (perintahkan)


kepada Musa, "pergilah pada malam hari
sebab pasti kamu akan dikejar."
Kemudian Firaun mengirimkan orang ke
kota-kota untuk mengumpulkan (bala
tentaranya). (QS. Asy-Syu'ara: 52-53).
Dalam pengejaran itu, pasukan Firaun hampir menyusul Nabi Musa dan pengikutnya, padahal di hadapan mereka
tertutup lautan. Mereka diliputi kepanikan ketika sampai di pinggir laut. Maka Allah SWT memerintahkan Nabi
Musa As memukulkan tongkatnya dan terbentanglah jalan di tengah lautan untuk melanjutkan pelarian.
Pada saat itu keadaan benar-benar genting dan terhimpit dialami Nabi
Musa dan pengikutnya. Namun dengan segala kekuatan iman yang
dimiliki, Nabi Musa berusaha menenangkan para pengikutnya.
Setelah itu turunlah wahyu Allah SWT kepada Musa.

“Pukullah lautan itu dengan tongkatmu” Maka terbelahlah lautan itu


dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS:Asy-
Syu’ara Ayat: 63).
“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang
besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan
golongan yang lain itu. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benar-benar merupakan suatu tanda yang
besar (mukjizat) dan tetapi adalah kebanyakan mereka
tidak beriman.” (QS:Asy-Syu’araa Ayat: 65-67)

Setelah lautan terbelah, Nabi Musa dan para pengikutnya bisa menyeberangi lautan dengan
selamat. Setelah itu Laut Merah kembali ke keadaan semula dan menenggelamkan Firaun
beserta bala tentaranya yang masih berada di tengah lautan.
Nabi Musa As kemudian mendapat wahyu berupa kitab Taurat usai
diselamatkan dari kejaran Firaun beserta bala tentaranya dan setelah
melewati puasa selama 30 hari di bulan Dzulqa'dah.
ُ ‫َو ٰو َع ْد َنا م ُْو ٰسى َث ٰل ِثي َْن َل ْيلَ ًة وَّ اَ ْت َم ْم ٰن َها ِب َع ْش ٍر َف َت َّم ِم ْي َق‬
 ‫ات َرب ٖ ِّٓه‬
ْ‫اخلُ ْف ِنيْ ِفيْ َق ْو ِمي‬ ْ ‫اَرْ َب ِعي َْن لَ ْيلَ ًة َۚو َقا َل م ُْو ٰسى اِل َ ِخ ْي ِه ٰهر ُْو َن‬
‫ل ُم ْف ِس ِدي َْن‬2ْ ‫َواَصْ لِحْ َواَل َت َّت ِبعْ َس ِب ْي َل ا‬

Dan Kami telah menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat) tiga puluh malam, dan
Kami sempurnakan jumlah malam itu dengan sepuluh (malam lagi), maka sempurnalah
waktu yang telah ditentukan Tuhannya empat puluh malam. Dan Musa berkata kepada
saudaranya (yaitu) Harun, “Gantikanlah aku dalam (memimpin) kaumku, dan
perbaikilah (dirimu dan kaummu), dan janganlah engkau mengikuti jalan orang-orang
yang berbuat kerusakan.”

CREDITS: This presentation template was created by Slidesgo, including


icons by Flaticon, infographics & images by Freepik
QS. Al-A’raf: 142
Hikmah yang dapat kita ambil dari cerita Nabi Musa adalah, jangan pernah
kehilangan harapan di sisi Allah SWT, Nabi Musa as dan bangsanya berada di depan
kematian waktu itu, entah itu dari tentara Firaun yang mengejar mereka atau mereka
akan dipaksa memasuki laut yang tidak mungkin untuk bisa bertahan lama. Meskipun
demikian, Musa tidak pernah kehilangan harapan dalam janji Allah
Nabi Musa a.s melakukan puasa di hari dimana ia diselamatkan dari kejaran Fir'aun
dan tentaranya sebagai rasa syukur atas kemenangan yang haq dari kebathilan dan
puasa ini diikuti oleh Nabi Muhammad SAW. Ini menunjukkan bahwa hendaknya
segala kenikmatan Allah yang diberikan hendaknya disyukuri dengan berbagai macam
ibadah.

Anda mungkin juga menyukai