Anda di halaman 1dari 95

Pemeriksaan Fisik

Head to Toe

PEMBIMBING : DR. RUDI DERMAWAN SP. P

PRESENTASI : RATIH ANDRIANI


Sebuah proses
PEMERIKSAA memeriksa tubuh
N FISIK pasien untuk
menemukan tanda
klinis penyakit

TINJAUAN
KEADAAN
TANDA VITAL MENURUT
UMUM
ORGAN

INSPEKSI PALPASI PERKUSI AUSKULTASI


KESAN SAKIT
Penilaian berdasarkan subjektif yaitu:
• Kondisi penderita (kuat, lemah atau sangat lemah)
• Posisi penderita atau sikap dan postur tubuh (berbaring,
telentang, letak paksa, duduk, membungkuk)
RINGAN •
Cara berbicara (mampu menyelesaikan kalimat atau tidak)
• Cara berjalan (adanya gangguan neurologis, nyeri,
SEDANG
kecepatan berjalan)
BERAT • Habitus (Astenikus, atletikus, piknikus)
• Ekpresi wajah dan kontak mata
KESADARAN
GLASGOW COMA SCALE
KESADARAN

 COMPOSMENTIS
Pada pasien normal :
Pasien kooperatif, gerakannya terarah dan sadar sepenuhnya
Pasien dapatmenjawab pertanyaan pemeriksa dengan baik
PENURUNAN KESADARAN

Apatis Somnolen Delirium Sopor Koma

Kebanyakan pasien yang dalam keadaan apatis memiliki penurunan

kesadaran yang ringan sampai sedang diikuti dengan penurunan minat

terhadap lingkungan sekitar. Pasien biasanya merespon lambat terhadap

stimulan yang diberikan.


PENURUNAN KESADARAN

Apatis Somnolen Delirium Sopor Koma

• Keadaaan dimana terjadi penurunan tingkat kesadaran yang minimal


sehingga pasien tampak mengantuk yang dapat disertai dengan mood
yang irritable dan respon yang berlebih terhadap lingkungan sekitar.
• Biasanya keadaan mengantuk akan lebih tampak pada pagi dan siang
hari, sedangkan pada malam harinya pasien akan terlihat gelisah.
PENURUNAN KESADARAN

Apatis Somnolen Delirium Sopor Koma

• Gangguan kesadaran yang disertai ketidakmampuan untuk fokus atau


mudah terganggunya perhatian.
• Pada delirium, gangguan hanya terjadi sementara dalam waktu yang
singkat (biasanya dalam hitungan jam atau hari) dan dapat timbul
fluaktif dalam 1 hari.
• Pasien dengan delirium biasanya mengalami disorientasi, pertama adalah
waktu, tempat, lalu lingkungan sekitar.
PENURUNAN KESADARAN

Apatis Somnolen Delirium Sopor Koma

Kondisi dimana pasien mengalami tidur yang dalam atau tidak

merespon, respon hanya timbul pada stimulan yang kuat dan terus

menerus. Dalam keadaan ini dapat ditemukan gangguan kognitif.


PENURUNAN KESADARAN

Apatis Somnolen Delirium Sopor Koma

Keadaan dimana pasien tidak merespon sama sekali terhadap

stimulan, meskipun telah diberikan stimulan yang kuat dan terus

menerus.
SUHU
SUHU

TAND
PERNAPASAN
PERNAPASAN A NADI
NADI

VITAL

TEKANAN
TEKANAN
DARAH
DARAH
TEKANAN DARAH
Syarat pengukuran:
Sphygmomanometer di cek terlebih dahulu dan diperhatikan ukuran yang sesuai.
Neonatus: 5 cm
Anak > 5 tahun : 12 cm
Dewasa:
• Lengan yang normal dan yang kurus : 35 cm
• Lengan yang berotot dan gemuk : 42 cm

1. Melingkarkan manset pada lengan 1,5cm diatas fossa cubiti anterior Lengan
yang di pasang manset harus santai dan bebas dari pakaian. Tidak boleh ada AV
shunt, sikatrik post insisi a. brachialis atau tanda-tanda limfedema
2. Lakukan palpasi a. brachialis bahwa arteri tersebut memiliki denyut yang aktif
3. Atur posisi lengan agar a. brachialis pada fossa cubiti terletak setinggi jantung
CARA PENGUKURAN TEKANAN DARAH

Lengan berada setinggi jantung dengan posisi rileks, manset dipasang mengelilingi lengan
atas, tepi bawah manset 2,5 cm di atas fossa cubiti

Raba pulsasi a. brachialis atau a. radialis

Pompa dan kembangkan manset sampai pulsasi tidak teraba

Naikkan tekanan manset sampai 30 mmHg, lalu kempiskan manset

Letakkan bell stetoskop di daerah a. brachialis

Bunyi yang terdengar pertama kali setelah manset dikempiskan disebut bunyi korotkoff, hal
ini untuk menentukan tekanan sistolik

Bunyi terakhir menghilang disebut tekanan diastolik


NADI
Yang dapat dinilai :
frekuensi, irama,
Cara Pemeriksaan:
kualitas, dan isi. Lokasi
pemeriksaan:
Arteri radialis Pulsasi dirasakan dengan menggunakan jari telunjuk dan jari
tengah
Arteri carotis
Tekan a. radialis sampai terasa pulsasi maksimal
Arteri poplitea
Jika irama teratur dan frekuensinya terasa normal, hitung frekuensi
Arteri brachialis denyut a. radialis selama 15 detik x 4

Arteri tibialis posterior


Jika pulsasi ritme tidak teratur, itung frekuensi nadi selama 60 detik
Arteri femoralis
Pada irama yang irregular, pada saat yang sama lakukan auskultasi
Arteri dorsalis pedis pada jantung
PENILAIAN
Frekuensi (normal: 60-100 x/menit)
• Takikardi: frekuensi nadi >100x/menit (febris, syok, dekompensasi jantung,
hipertiroid)
• Bradikardi: frekuensi nadi <60x/menit (kongenital, atlet, peningkatan tekanan
intrakranial

Irama
• Regular (normal)
• Irregular (sinus aritmia, atrial fibrilasi)

Ekualitas
• Ekual (sama besar kekuatan pulsasinya)
• Unequal (tidak sama besar kekuatan pulsasinya)

Tegangan nadi
• Kuat (hipertensi)
• Lemah (febris, gagal jantung, anemia)
PERNAPASAN

TIPE PERNAPASAN
CARA PEMERIKSAAN:
• Abdomino-thorakal ( pada laki-laki)
• Thorako-abdominal ( pada perempuan) Hitung jumlah respirasi selama 1
menit dengan inspeksi visual, atau
FREKUENSI dengan mendengarkan bunyi
• Normal : 14-20 kali/menit pernafasan pasien dengan stetoskop
• Takipnea : pernafasan cepat ( penyakit paru) ketika memeriksa bagian kepala
• Bradipnea : pernafasan yang lebih lambat ( obat-
dan leher atau bagian dada.
obatan atau TTIK)
PERNAPASAN
KEDALAMA
BAU
N
PERNAPASA Hiperventilasi: pernafasan yang cepat dan dalam
PERNAPASA (koma, infark, hipoksia)
N
N
Bau aseton (koma
Pernafasan normal diabetikum)
Cheyne stokes: pola pernafasan meningkat dan
Bau amoniak (koma berkurang secara bergantian sehingga terjadi
uremikum) periode pernafasan dalam dan dangkal yang
diikuti apneu ( gagal jantung, uremia, stroke)
Bau gangren
Pernafasan dangkal
(gangren paru)
Biot’s: pernafasan dapat dangkal ataupun dalam
Bau Alkohol dan berhenti dalam periode yang singkat dalam
pola yang tidak teratur (kerusakan pada medulla
Pernafasan dalam oblongata dan depresi nafas)
Bau baygon
SUHU
Pengukuran axilla
• Termometer dijepit di axilla, baca hasil 5-10 menit.

Pengukuran oral
• Termometer diletakkan dibawah lidah dan dirapatkan oleh bibir, tunggu 3-5 menit.

Pengukuran rektal
• Termometer diberi pelicin, masukkan 3-4cm ke dalam anus mengarah umbilikus, tunggu 3 menit.

Catatan:
• Suhu oral : 0,2-0,5°C lebih rendah dari suhu rektal.
• Suhu aksila : 0,5°C lebih rendah dari suhu oral.
PENILAIAN

JENIS SUHU

• Normal: 36,5-37,5 °C
• Subfebris: >37,5 - 38 °C
• Febris / Pireksia: >38 °C
• Hiperpireksia : Kenaikan suhu
>41,2°C
• Hipotermi : Suhu abnormal <35°C
Pemeriksaan Kepala
 Hidrocephalus : kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan serebrospinal dengan
atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel (Stenosis
Aquaductus Sylvii, Infeksi, Neoplasma)

 Mikrocephalus : Ukuran kepala bayi lebih kecil dibanding bayi lain yang seusianya (Toxoplasmosis, Zika
Viral Infection, Maternal Toxic Exposure)
Pemeriksaan Rambut

 Kuantitas : tipis, tebal

 Tekstur : halus, kasar

 Distribusi: sebagian atau total atau

Alopesia : penurunan jumlah dan pertumbuhan rambut. (Hipotiroitisme, Autoimun)

 Hirsutisme : pertumbuhan rambut melebihi normal (Sindrom chasing, policystic ovarii, dan akromegali)

 Warna putih/abu (graying hair) sebelum waktunya : (Anemia Perniciosa)

 Merah dan mudah rontok (malnutrisi)


Pemeriksaan Mata dan Alis
 Eksofthalmus : Bola mata yang menonjol. (Hipertiroid, Selulitis Orbita, Periostitis)

 Enofthalmus : Kedudukan bola mata yang kebelakang (Fraktur dasar orbita, Ftisis Bulbi)

 Lagoftalmus : Kelopak mata yang tidak dapat menutup sempurna (Sikatrik Kelopak Mata)
Pemeriksaan Mata dan Alis
 Ptosis : Kelopak mata sukar terangkat. (Miastenia Gravis, Sindrom Horner, Palsi N III)

 Trikiasis : Bulu mata tumbuh ke arah dalam. (Blefaritis, Enteropion, Trakoma)

 Xantelasma : Penimbunan deposit berwarna kekuning-kuningan pada kelopak mata (Hiperlipidemia, Histiositosis dan
retikulohistosis)

 Madarosis : Rontoknya supersilia. (Psoriasis, Leprosy, Lupus, Scleroderma, Blefaritis)


Pemeriksaan Mata dan Alis

 Injeksi Konjungtiva : Pelebaran pembuluh darah A. Konjungtiva Posterior (Konjungtivitis)

 Injeksi Siliar : Pelebaran pembuluh darah A. Siliar Anterior (Keratitis, Uveitis)

 Injeksi Episklera : Pelebaran pembuluh darah A. Siliar Longus (Glaukoma)


Pemeriksaan Mata dan Alis
 Ektropion : Tepi kelopak mata melipat ke arah luar bola mata (Senilitas, Paralitik, Siaktrik, Tumor)
 Entropion : Tepi kelopak mata membalik ke dalam tepi jaringan (Senilitas, Spasme, Sikatrik)
 Konjungtiva Anemis : Konjungtiva tarsal nampak pucat (Anemia, Perdarahan)
 Sklera Ikterus : Perubahan warna sklera menjadi kuning (Gangguan Hepar, Anemia Hemolitik)
Pemeriksaan Mata dan Alis
 Miosis : pupil mengalami konstriksi (Horner Syndrome, Pancoast Tumor, Perdarahan Pons, Opiate,
Anticolinergik, Antipsikotik)

 Midriasis : melebar/dilatasi dari pupil. (Tanda kematian, Trauma, Glaukoma)

 Hifema : Darah di Bilik Mata Depan (Trauma)


Pemeriksaan Mata dan Alis
 Strabismus Konvergent : Kelainan posisi bola mata ke arah nasal (Hipermetropia Tinggi Yang Tidak
Terkoreksi, Kelemahan Otot Bola Mata)

 Strabismus Divergent : Kelainan posisi bola mata ke arah temporal (Miopia Tinggi Yang Tidak Terkoreksi,
Kelemahan Otot Bola Mata)

 Nistagmus : gerakan ritmis bola mata (BPPV)


Pemeriksaan Hidung
 Epistaksis : Perdarahan pada hidung sering kali pada Plexus Kiesselbach pada septum anterior (nose picking, fracture,
foreign body, cocain, topical nasal drug, warfarin, anticoagulant drug, coagulation disorder.

 Polip nasal : pertumbuhan mukosa hidung yang berlebihan. Lunak, berwarna abu-abu pucat. (Rhinitis Allergic
Chronic)

 Saddle Nose : Depresi dorsum nasal oleh tulang, kartilago, ada kedua komponen tersebut. (Kongenital, Lupus, Morbus
Hansen)
Pemeriksaan Hidung

 Clift Lip : Kelainan deformitas yang paling

sering pada kepala dan leher (Maternal

Smoking and Alcohol Abuse, Benzodiazepines,

and Corticosteroids

 Septum Deviasi : peralihan posisi dari septum

nasi dari letaknya yang berada di garis medial

tubuh.
Pemeriksaan Mulut
 Sianosis : membran kulit dan mukosa yang berwarna kebiruan atau pucat karena kandungan oksigen yang rendah
dalam darah. (Hipoperfusi, Emfisema, Tetralogy of Fallot, Kedinginan)

 Stomatitis : Proses inflamasi pada bibir dan mukosa mulut

 Bercak Koplik : bintik-bintik kecil dengan bagian tengah berwarna putih atau putih kebiru-biruan dengan dasar
kemerahan di daerah mukosa pipi (Morbili)
Pemeriksaan Mulut
 Macroglossia : Ukuran Lidah Membesar. (Kelainan Kongenital, Down Syndrome)
 Coated Tongue : Lidah ditutupi selaput putih (Demam Tifoid)
 Geographic Tongue : daerah eritema, dengan atrofi papila filiform lidah, dikelilingi oleh serpiginous, putih
perbatasan, hiperkeratosis. (Benign Migratory Glossitis, Psoriasis, Liken Planus, Mucosal Candida,
Chemical Injury)
Pemeriksaan Mulut
 Hipertrofi Tonsil : Membesaran Ukuran Tonsil (Tonsilitis Kronik, Keganasan)

 Faring Hiperemis :  pelebaran pembuluh darah di sekitar faring sebagai respon terhadap inflamasi akibat
infeksi lokal pada faring
Pemeriksaan Telinga
Tophi : benjolan (nodul) keras, putih kekuningan merupakan deposit asam urat (Gouty Atritis)

Serumen : sekret kelenjar sebasea, kelenjar seruminosa, epitel kulit yang terlepas dan partikel debu yang
terdapat pada bagian kartilaginosa liang telinga. (Serumen Prop)

Otorea : cairan yang keluar dali liang telinga. (OMSK, Kolesteatoma)


Pemeriksaan Leher
TRAKEA

Kenali kartilago tiroidea, krikoidea, trakea

Inspeksi trakea: deviasi

Palpasi: jari tengah→sepanjang sisi


trakea→celah antara trakea dan
m.sternomastoideus→bandingkan→simetris
TRAKEA
Normalnya trachea berada di tengah
leher/incisura jugularis sterni.
PEMERIKSAAN TIROID

INSPEK
PALPASI
SI
Tengadahkan kepala sedikit ke
belakang Kel. Tiroid → mudah diraba
pada leher yg panjang dan
Penyinaran ke bwh dari ujung dagu ramping
→ Inspeksi

Garis-bentuk bayangan tepi-bawah


setiap kelenjar tiroid Pendek → ekstensi

Os diminta menelan → leher sedikit


ekstensi → amati gerakan Kadang kelenjar tiroid beberapa org
kel.tiroid→ k.tiroidea, krikoidea, terletak di di bawah os.sternum →
dan kel,tiroid semua akan bergerak tidak dapat dijangkau pd
naik ketika menelan pemeriksaan fisik
LANGKAH-LANGKAH PALPASI
KELENJAR TIROID
Fleksikan leher sedikit ke depan

Letakkan jari-jari kedua tangan pd leher → jari telunjuk di


bawah kartilago krikoidea

Minta pasien minum air→ lakukan palpasi, rasakan gerakan isthmus tiroid ke
atas→sering dpt dipalpasi (tidak selalu)

Geser trakea ke kanan dg jari2 tangan kiri, palpasi ke arah lateral utk
temukan lobus kanan tiroid → margo lateralis kel.tiroid

Perhatikan ukuran, bentuk, konsistensi, kenali nodulus dan nyeri


tekan

Kel.tiroid membesar → auskultasi→ kedua lobus lateralis → bunyi


bruit
Pengukuran Tekanan Vena Jugularis
Cara Pemeriksaan
1. Posisi pasien berbaring terlentang denga kepala membentuk sudut 30 dengan bidang datar
2. Atur kepala, kepala dipalingkan
3. Tekan bagian distal vena jugularis
4. Tandai batas vena yang kolaps
5. Dari titik kolaps tarik garis horizontal shg bertemu garis vertikal yg ditarik dari angulus sterni
Ludovici menggunakan mistar
6. Ukur jarak antara bidang dg batas bagian vena yg kolaps
7. JVP normal 5 + 0, 5 + 2 cmH2O
PEMERIKSAAN
THORAX
PARU
PEMERIKSAAN THORAX
PARU
Baringkan pada tempat tidur
bersudut 450
INSPEKSI

PALPASI

PERKUSI
AUSKULTAS
I

Pemeriksaan dilakukan pada bagian depan dada secara menyeluruh


kemudian pada bagian belakang dada.
INSPEKSI
Retraksi intercosta, supraklavikular,
BENTUK THORAX epigastrium
• Dada seperti tong (‘barrel Ada atau tidak bagian thorak
chest’) tertinggal
• Dada corong (‘Funnel
Chest’/ Pectus Deformitas atau tidak
Excavatum): sternum
mencekung Ada lesi atau tidak
• Pigeon breast (Pectus
Carinatum) penonjolan
Ada benjolan atau tidak
sternum
PALPASI
GERAKAN DADA
• Letakan tangan dengan
lembut pada masing-
masing sisi dada dan
periksa apakah terasa
kurangnya gerakan dari
salah satu sisi pada waktu
inspirasi.
PALPASI
VOCAL FREMITUS
• Minta penderita mengulangi kata-kata “77”
atau “99”, rasakan getaran dada yang
ditimbulkan.

Fremitus suara mengeras:


• Pneumonia
• Cavitas yg berhub dengan bronchus
• Atelektase kompressi

Fremitus suara melemah:


• Penebalan pleura (schwarte) dan fibrosis
• Tumor paru
• Effusi pleura
PERKUSI
Perkusi dengan ujung jari tengah salah satu tangan terhadap falang
tengah jari yang lain yang diletakan datar pada dada.

Normal (sonor)

Resonansi bertambah (hipersonor).


Pada: emfisema dan pneumotoraks

Resonansi berkurang (sonor memendek


atau redup).
Pada: pneumonia dan TB paru

Resonansi (-) (beda atau pekak).


Pada: effusi, schwarte, fibrosis paru,
massa tumor
Pemeriksaan Thorax - Paru
Suara yang terdengar saat perkusi :
• Suara sonor (resonant) : suara perkusi jaringan paru normal
• Suara memendek (suara tidak panjang)
• Suara redup (dull), ketukan pada pleura yang terisi cairan, efusi pleura.
• Suara timpani (tympanic) seperti ketukan di atas lambung yang kembung
• Suara pekak (flat), seperti suara ketukan pada otot atau hati
• Resonansi amforik, seperti timpani tetapi lebih bergaung
• Metallklang Hipersonor (hyperresonant) suara lebih keras, contoh pada bagian paru yang di atas daerah yang ada
cairannya, suara antara sonor dan timpani, karena udara bertambah misalnya pada emfisema pulmonum, juga
pneumothorak
PERKUSI
BATAS PARU-HEPAR

CARA PEMERIKSAAN:
• Cari angulus sterni ludovici
• Arah kan jari kesebelah kanan menemukan costae 2, ketuk
mulai ics II linea midclavikularis kanan
• Bunyi paru adalah sonor, apabila terdengar bunyi dull 
batas paru hepar
• Untuk memeriksa peranjakan, minta pasien menarik nafas
dalam. Dibagian dull tadi akan terdengar bunyi sonor.

Batas paru hepar di sela iga ke VI kanan.


Pemeriksaan Thorax -
Paru
Jika suara nafas bronchovesicular atau bronkial terdengar di
lokasi yang jauh dari yang tercantum, dapat dicurigai
terdapat yang paru berisi udara telah digantikan oleh
jaringan paru-paru berisi cairan atau padat.
Pemeriksaan Thorax - Paru

 Crackles mungkin dari kelainan paru


(pneumonia, fibrosis, gagal jantung dini)
atau dari saluran udara (bronchitis,
bronkiektasis).

 Wheezing dicurigai menyempit saluran


udara, seperti pada asma, PPOK, atau
bronkitis.

 Ronki dicurigai sekresi di saluran nafas


besar.
PEMERIKSAAN THORAX
POSTERIOR

INSPEKSI

PALPASI

PERKUSI
AUSKULTAS
I
PEMERIKSAAN THORAX
POSTERIOR

INSPEKSI

PALPASI

PERKUSI
AUSKULTAS
I
PEMERIKSAAN THORAX
POSTERIOR

INSPEKSI

PALPASI

PERKUSI
AUSKULTAS
I
PEMERIKSAAN THORAX
POSTERIOR

INSPEKSI

PALPASI

PERKUSI
AUSKULTAS
I
Inspeksi dan Palpasi Jantung

 Kelainan / deformitas dinding Dada  Pakai Jari ke-2 & ke-3 atau telapak tangan

 Pulsasi di epigastrium  Letak iktus cordis


 Ictus  letak; melebar/terlokalisi
 Periksa getaran
Cara Pemeriksaan Perkusi Jantung

 Cari batas paru hepar

 Naik 1 ICS diatas batas paru hepar

 Ketuk kearah medial hingga terdengar bunyi dull (batas jantung kanan relatif). Satu jari ke arah medial
adalah batas jantung kanan absolut

 Letakkan pleximeter di linea axillaris anterior setinggi batas jantung kanan. Ketuk kearah medial hingga
terdengar bunyi dull (batas jantung kiri)

 Letakkan pleximeter di ICS I linea parasternalis sinistra ,ketuk hingga terdengar bunyi dull (batas atas)
Batas Jantung

Perkusi :
 Batas Atas : Linea parasternal ICS II Sinistra
 Batas Kanan: Linea sternalis ICS IV dextra
 Batas Kiri : Linea midclavikula ICS V Sinistra
Auskultasi Jantung

4 Daerah Auskultasi

Katup Aorta : ICS II linea parasternal dextra

Katup Pulmonal: ICS II linea parasternal sinistra

Katup Trikuspidal: ICS IV linea sternal sinistra

Katup Mitral : ICS V linea midclavicula sinistra


Bunyi Jantung
Bising Jantung

 Bunyi jantung 1 (sistolik) • Suara yang ditimbulkan oleh getaran


 Penutupan katup atrioventrikular didalam rongga jantung atau dinding
 Low pitched aorta yang terpancar sampai di kulit
 Bunyi jantung 2 (diastolik) prekordial
 Penutupan katup semilunaris identifikasi
 High pitched Waktu 1. bising sistolik
 Bunyi jantung 3
2. bising diastolik
 Pengisian cepat pada fase early
diastolic 3. bising kontinu
 Bunyi jantung 4
 Kontraksi atrium untuk mengisi
ventrikel fase end diastolic
Pembagian Regio Abdomen
Pembagian Regio Abdomen Dan Organ Intra Abdomen
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
• Dinding Abdomen Cembung / Datar
• Bentuk abdomen asimetris (Pembesaran salah satu organ)
• Pink-purple striae (Cushing Syndrome)
• Pelebaran Vena Dinding Abdomen (Sirosis Hepatic, Obstruksi Vena Cava Inferior)
• Ekimosis Dinding Abdomen (Intraperitoneal or retroperioneal hemoragik)
• Bulging flank (Asites)
• Suprapubic Bulge (Distensi Bladder, hamil)
• Peristaltik untuk mencurigai adanya obstruksi intestinal. Normalnya terlihat pada orang kurus
• Pulsasi aorta sering kali terlihat di epigastrium, peningkatan pulsasi curigai aneurisma aorta
Pemeriksaan Abdomen - Auskultasi

Auskultasi dilakukan sebelum

palpasi & perkusi

( bisa menyebabkan perubahan

frekuensi suara usus), gunakan

diafragma stethoscope.

Bising usus normal: 5 –

35x/menit.
PALPASI

PALPASI SUPERFISIAL
• Ruas terakhir dan ruas tengah jari-jari,
• Nyeri tekan, tahanan otot, suatu massa dan
organ superficial
• Merelaksasikan pasien
PALPASI

PALPASI DALAM
• Palpasi hati, limpa, ginjal.
• Massa: perhatikan lokasinya, ukuran, bentuk,
konsistensi, nyeri atau tidak, mobilitas dan
pulsasinya.

Massa abdomen dikategorikan atas:


• Fisiologis : uterus gravida
• Inflamasi : diverticulitis colon
• Vaskuler : aneurisma aorta abdominalis
• Neoplasma : karsinoma colon
• Obstruktif : distensi bladder, dilatasi usus.
Pemeriksaan Abdomen – Palpasi Hepar
o Tekan dengan lembut
o Pasien diminta inspirasi dalam.
o Rasakan tepi hepar sewaktu hepar turun menyentuh ujung-ujung jari.
o kemudian tekanan jari dikurangi agar hepar bisa diraba  permukaan anterior hepar
o Saat inspirasi  hepar dapat dipalpasi sekitar 4 cm inferior tepi costa dextra pd L.
midclavicularis
Pembesaran Hepar : Hepatitis, Tahap Awal Sirosis Hepatis
Permukaan Hepar Berbenjol-benjol : Hepatoma
PALPASI LIEN

Besarnya lien diukur menurut


SCHUFFNER, yaitu:
• Untuk  Jarak maximal dari pusar ke
garis singgung pada arcus costae kiri
dibagi 4 bagian yang sama. Garis ini
diteruskan kebawah sehingga
memotong lipat paha.
• Garis dari pusat kelipat paha pun
dibagi 4 bagian yang sama,
menggunakan teknik palpasi yang
sama dengan hepar.
Hackett
H.0 Limpa tidak teraba pada inspirasi maksimal

H.1 Limpa teraba pada inspirasi maksimal

H.2 Limpa teraba tapi proyeksi tidak melebihi garis horizontak yang
ditarik melalui pertengahan arcus costae dan umbilicus pada garis
mamilaris kiri

H.3 Limpa teraba dibawah garis horizontal melalui umbilicus

H.4 Limpa teraba dibawah garis horizontal pertengahan umbilicus dan


symphisis pubis

H.5 Limpa teraba dibawah garis H.4


Pemeriksaan Abdomen – Palpasi Spleen

Spleenomegal dapat terjadi pada kondisi portal hypertension, hematologic


malignancies, HIV infection, hematoma.
Pemeriksaan Abdomen – Palpasi dan Perkusi
Ginjal
• Dengan bimanual tangan kiri mengangkat ginjal ke anterior pada area lumbal posterior,
tangan kanan diletakan pada bawah arcus costae, kemudian lakukan palpasi dan
diskripsikan adakah nyeri tekan, bentuk dan ukuran.
• Normalnya ginjal tidak teraba. Teraba pada Hidronefrosis, Kista, dan Tumor. Jika
pembesaran pada kedua ginjal curigai Policystic Kidney Disease.
• Nyeri Ketok CVA, dirasakan pada pasien dengan Pyelonefritis dan Nefrolitiasis
CARA PEMERIKSAAN
ASITES
Undulasi

Shifting dullness

Knee-chest position
KNEE CHEST
POSITION
PERKUSI ABDOMEN
Perkusi abdomen dilakukan
dengan cara tak langsung, sama
seperti pada perkusi di rongga
toraks tetapi dengan penekanan
yang lebih ringan dan ketokan
yang lebih perlahan.

• Untuk konfirmasi pembesaran hati dan


limpa,
• Untuk menentukan ada tidaknya nyeri
ketok.
• Untuk diagnosis adanya cairan atau massa
padat.
• Membantu dalam menentukan apakah
rongga abdomen berisi lebih banyak cairan
atau udara. Perkusi secara umum  tymphani
Berbagai hal lain yang dapat ditemukan
pada physical diagnostic abdomen:
Asites + Jaundice
• Curigai adanya sirosis atau keganasan dengan metastase peritoneal.

Rebound tenderness
• Disebabkan oleh inflamasi peritoneal, mis. Apendisitis akut.

Rovsing’s sign
• Nyeri di RLQ sewaktu dilakukan penekanan pada sisi siri abdomen .
• Nyeri RLQ jika tangan palpasi di angkat tiba-tiba (referred rebound tenderness)

Murphy’s sign
• Nyeri tajam pada RUQ disertai berhenti inspirasi tiba-tiba (respiratory arrest on inspiration).
• Teknik pemeriksaan:
• Ibu jari kiri atau jari-jari tangan kanan ditekukkan di bawah tepi kosta pada posisi sisi lateral m.
rectus berpotongan dengan tepi kosta.
• Jika pembesaran hepar (+)  jari-jari ataupun ibu jari tangan ditekukkan di bawah tepi hepar.
Perintahkan pasien respirasi dalam, perhatikan pernafasan pasien serta tingkat rasa nyerinya.
BAWAH

EKSTREMITAS ATAS
Tangan

Inspeksi

 Kulit tangan :Hiperpigmentasi/hipopigmentasi, anemis,eritema,keratinase

 Bentuk tangan : Akromegali, tangan sekop. Bentuk jari : Polidaktili, sindaktili

 Ukuran dan besarnya: simetris/asimetris. Pembengkakan/edema

 Pergerakan : tremor, tonus/klonus, gerakan involunter

 Fraktur
 Bentuk kuku : clubbing finger (jari tabuh), garis beau, koilonikia (spoon nails), leukonikia, onikomadesis

 Deformitas : Rheumatoid athritis

 Ikterik: Hiperbilirubinemia

Palpasi

 Suhu : akral hangat atau dingin

 Kelembaban : normal, kering, berkeringat, atau berminyak

 Kapilari refil : (normal <2 detik) apabila >2 detik terjadi penurunan perfusi ke ekstremitas.

 Adanya nyeri tekan, krepitasi, deformitas


EKSTREMITAS BAWAH

Tungkai
Inspeksi
 Kulit : Hiperpigmentasi/hipopigmentasi, anemis, keratinasi
 Panjang dan besar tungkai : Simetris/asimetris: pemendekan misalnya pada kelumpuhan cerebral
 Ukuran: dipengaruhi oleh status gizi : Gemuk → besar. Kurus → kecil
 Edema: Edema (pitting dan non pitting) → Pada penyakit jantung, paru dan ginjal
Palpasi
 Suhu : akral hangat atau dingin
 Kelembaban : normal, kering, berkeringat, atau berminyak
 Fraktur
 Deformitas : Rheumatoid athritis
Terima
Kasih
CARA BERJALAN
STATUS GIZI
Pemeriksaan Abdomen - Palpasi
Pemeriksaan Abdomen - Palpasi
Pemeriksaan Abdomen - Palpasi
Pemeriksaan Abdomen - Palpasi

Anda mungkin juga menyukai